Kamu tak pernah tahu orang yang duduk di hadapanmu atau dia yang berdiri di dekat pintu kereta itu baik atau tidak. Kamu tahunya, mereka yang ada di dalam kereta itu orang yang asing di hidupmu. Kamu tak pernah mengenalnya, barangkali bertemu baru sekali atau dua kali ini. Tapi kamu pun harus tahu, hidup ini sebenarnya sama asingnya dengan mereka semua. Keasingan yang selalu menawarkan dua hal, keramahan dan ketidakramahan.
Sementara orang-orang yang sudah kamu kenal saja tetap bisa memberikan ketidakramahannya kepadamu. Kamu menarik dan membuang napas panjang dengan terpejam dan berpikir.
Ternyata hidup ini tak selalu ramah seperti bayanganmu.
Kegagalan bukan lagi mimpi buruk tapi seperti beberapa orang asing di luar sana yang tega menyakiti. Perlahan membuatmu hilang percaya, dan rasanya ingin menyerah. Tapi bukankah menyerah hanya solusi sementara yang bisa saja membuat dirimu sendiri mengalami kerugian yang lebih banyak? Setidaknya saat merasa ada di klimaks kesulitan, kamu memikirkan kembali alasan untuk terus bertahan dan terus melangkah ke depan. Jangan buat hidupmu sia-sia karena menyerah begitu saja.
ADVERTISEMENTS
1. Alih-alih merasa menderita, kenapa kamu tak membuka mata dan melihat mereka yang jauh lebih susah?
Jangan langsung berpikir perempuan muda yang sedang tertawa ceria dengan temannya di ujung gerbong sana lebih beruntung darimu. Terkadang kamu merasa hidupmu ini lebih sulit dan lebih menyebalkan dari kehidupan orang lain. Padahal kamu sendiri tak pernah tahu bagaimana kehidupan di balik tawa perempuan itu. Bisa jadi tawanya itu sebuah pil pahit yang membuatnya terus terjaga dengan kewarasan di tengah masalah. Bisa jadi tawa hanya topeng supaya orang tak perlu mengasihani dirinya sendiri.
Berbeda denganmu yang baru saja diterpa masalah dengan kadar kesulitan barang kali lebih ringan dari perempuan itu, tapi kamu sudah berkali-kali mengasihani diri sendiri. Bukankah harusnya kamu membuka mata, dan mulai melihat sekelilingmu. Di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita darimu, tapi mereka jauh lebih tegar dibanding denganmu.
ADVERTISEMENTS
2. Masalah dan pelajaran seperti halnya kaki, yang harus sepasang supaya pengalaman hidupmu tak pincang
Hidup tanpa masalah itu seperti omong kosong
Masalah datang biasanya sepaket dengan pelajaran setelahnya. Sebab masalah dan pelajaran seperti halnya kaki. Kamu tak bisa berjalan dengan baik jika hanya menggunakan satu kaki. Jalanmu sudah pasti pincang, terseok-seok, bahkan bisa buatmu tersungkur tiap kali mencoba untuk bangkit. Jadi, kamu  memang perlu menggunakan keduanya untuk bisa terus melangkah ke depan.
ADVERTISEMENTS
3. Menyerah tak akan menyelesaikan apa-apa, yang ada kamu hanya dihantui rasa bersalah
Sampai kapan pun menyerah tak akan pernah bisa jadi sulosi terbaik. Bahkan saat kamu sakit parah, menyerah hanya akan menyisahkan rasa bersalah kepada orang terdekatmu, begitu juga sebaliknya. Sebab hidup ini memang soal perjuangan. Entah hasil akhirnya seperti apa, setidaknya berjuang membuatmu tak harus berkecil hati apalagi merasa bersalah. Barang kali perjuangan pula yang membuatmu menemukan kepuasan tersendiri, yang tak selalu bergantung dengan hasilnya. Sukses atau tidak, menyenangkan atau tidak semua tetap memuaskan.
Lagipula, tak akan pernah ada perjuangan yang sia-sia, bukan?
ADVERTISEMENTS
4. Kalau jalan hidupmu masih panjang, kenapa harus rela dipangkas oleh kata menyerah tanpa lebih dulu berjuang?
Masalah ibarat belukar atau tebing terjal yang menghadangmu di perjalanan. Kamu harus berusaha menyingkirkan atau melewatinya, supaya bisa kembali menemukan jalan datar yang lengang, yang membuatmu bernapas dengan tenang.
Bukankah jalan di depanmu pun masih menyediakan banyak kesempatan yang bisa kamu pilih. Kamu masih bisa melanjutkan karir, berjalan-jalan ke tempat indah yang ada di bumi ini, atau membangun keluarga kecil yang bisa jadi sebuah mesin sederhana pembuat bahagia. Sementara memangkas perjalananmu dengan kata menyerah, sama seperti meniadakan kesempatan baik itu.
ADVERTISEMENTS
5. Hidup dan dirimu terlalu berharga, jangan sampai jatuh sekali buatmu berpikir bahagia sudah sudah tak ada
Bahagia itu kamu yang tentukan. Kalimatnya memang klise, tapi maknanya selalu khusus untuk kamu yang pikirannya sudah di ambang jurang kepasrahan. Sebab bahagiamu itu ibarat bunga, yang gugur satu, pasti akan ada bunga-bunga lain yang tumbuh bermekaran. Dengan satu syarat, kamu tetap harus bernapas sekalipun berat karena masalah menggandulimu.
Kamu pun harus paham, hidup dan dirimu ini masih terlalu berharga jika hanya diserahkan begitu saja dengan keputusasaan. Masih banyak mereka yang peduli padamu, dan tetap ingin melihatmu ranum meski berada di tengah kemarau panjang.