Kepercayaan diri adalah keberanian untuk menjadi diri sendiri dan keyakinan pada kemampuan diri. Rasa percaya diri adalah modal untuk mencapai sukses dalam segala aspek kehidupan; pendidikan, karir, dan kehidupan pribadi misalnya.
Kaitan antara rasa percaya diri dan kesuksesan membuat banyak orang belajar bagaimana caranya menjadi pribadi yang percaya diri. Mungkin, kita bisa mulai belajar dari hal-hal yang tidak dilakukan mereka yang punya percaya diri tinggi berikut ini:
ADVERTISEMENTS
1. Mencari-cari Alasan Ketika Berbuat Salah
Seseorang dengan tingkat percaya diri yang tinggi memahami dirinya dengan baik – tentang apa yang harus dikerjakan dan dipikirkan. Dia pun bisa mengukur kemampuan dirinya dan mengatur tugas-tugasnya dengan tepat.
Memahami karakter dan kemampuan diri dengan baik akan membuat seseorang berhati-hati dalam bersikap. Ketika berlaku salah, dia tidak akan menunjuk jari ke orang lain atau keadaan. Macet bukanlah alasan ketika dia datang terlambat ke kantor. Mood yang sedang jelek juga bukan ‘kambing hitam’ untuk produktivitas yang menurun.
Alih-alih mencari-cari alasan untuk kealpaannya, dia justru memilih untuk mengoreksi dan memperbaiki diri setelahnya.
ADVERTISEMENTS
2. Enggan Melakukan Hal-hal yang Membuatnya Takut
Dia tidak akan membiarkan rasa takut mempengaruhi dan mengendalikan hidupnya. Pasalnya, hal-hal yang menakutkan sering kali justru jadi yang harus dikerjakan. Bukan mengalihkan tanggung jawab pada orang lain, tapi memilih menantang diri untuk melakukannya.
Keputusan atasan untuk penempatan kerja di daerah pedalaman tidak dianggap sebagai ancaman atau kesialan. Tapi, inilah kesempatan untuk menjajal kemampuan diri. Bekerja di lingkungan baru memungkinkan seseorang memacu dirinya sendiri untuk bekerja lebih keras.
ADVERTISEMENTS
3. Betah Bertahan di Zona Nyaman
Orang-orang dengan kepercayaan diri yang tinggi tidak akan betah berlama-lama di zona nyaman. Dia tau bahwa zona nyaman bukanlah tempat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Bertahan di zona nyaman hanya akan membuat satu demi satu mimpi terkubur tanpa sempat di raih.
Bekerja sebagai karyawan di perusahaan tentu boleh-boleh saja. Tapi, ketika posisi tidak menjanjikan kenaikan pangkat atau kesejahteraan, buat apa bertahan hingga bertahun-tahun. Bukankah masih banyak peluang sukses di luar sana?
Kepercayaan diri yang tinggi membuatnya berani menempatkan diri di zona tidak nyaman. Menurutnya, disitulah tempat yang paling tepat untuk bisa lebih cepat meraih kesuksesan.
ADVERTISEMENTS
4. Terbiasa Menunda Pekerjaan
Lebih baik mengerjakan tugas hari ini daripada menundanya hingga besok. Yup, tidak ada yang lebih buruk dari kebiasaan menunda pekerjaan. Selain membebani pikiran, kebiasaan ini hanya akan membuat sebuah pekerjaan tidak diselesaikan dengan maksimal.
Meskipun tugas kampus masih jauh dari deadine, lebih baik mulai kerjakan sesegera mungkin. Manfaatkan waktu luang untuk mulai mencicil tugas tersebut. Setidaknya, ada cukup banyak waktu untuk mengerjakan tugas dengan lebih berhati-hati dan teliti.
Frasa ‘menunggu saat yang tepat’ bisa berarti bahwa kamu takut untuk memulai, malas, meragukan kemampuan diri sendiri, atau tidak menghendaki perubahan.
ADVERTISEMENTS
5. Terlalu Peduli Pada Penilaian Orang Lain
Menjadi pribadi yang percaya diri berarti punya kemampuan untuk mengontrol emosi. Pendapat negatif atas dirinya dari orang lain tidak akan membuatnya jatuh atau terpuruk. Penilaian yang sifatnya negatif hanya akan ditanggapi ketika hal itu bisa menjadi pemicu untuk perubahan yang lebih baik.
Ketika teman-teman mencibir cita-citamu yang ingin jadi milyuner muda, satu-satunya yang bisa kamu lakukan adalah mengabaikan komentar mereka. Fokuslah pada cita-citamu dan anggap komentar-komentar negatif sebagai pelecut semangatmu.
Waktu akan lebih berguna ketika bisa dimanfaatkan untuk memikirkan hal-hal positif. Selain itu, pastikan bahwa kamu berteman dengan mereka yang bisa menerimamu apa adanya – termasuk menerima mimpi-mimpi gilamu.
ADVERTISEMENTS
6. Menilai dan Menghakimi Orang Lain
Menghakimi orang lain hanya dilakukan mereka yang tidak puas pada dirinya sendiri. Sementara, orang-orang dengan kepercayaan diri yang tinggi menganggap bahwa hal itu hanya membawa pengaruh negatif dan membuang-buang waktu.
Apa gunanya bergosip dengan teman? Apa pula manfaatnya bergunjing tentang atasan atau rekan kerja di kantor? Kebiasaan ini justru menegaskan kekurangan dan kelemahan diri sendiri. Ketika seseorang bisa merasa puas dan nyaman dengan dirinya, dia akan memilih ‘cuek’ dengan kelebihan atau pencapaian yang dimiliki orang lain.
7. Mudah Menyerah Ketika Menemui Kesulitan
Percaya pada kemampuan diri sendiri berarti gigih berusaha ketika menghadapi kesulitan. Yakin bahwa apapun bisa diselesaikan ketika tekad, niat, dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri adalah modalnya.
Meraih IPK 4,00 dan menyelesaikan jenjang sarjana kurang dari 4 tahun bukanlah khayalan. Sesekali menemui rintangan seperti mendapat nilai C di beberapa mata kuliah atau terpaksa bergelut dengan dosen pembimbing skripsi yang menyebalkan hanyalah rintangan kecil.
Kepercayaan diri yang tinggi akan menuntunmu memaksimalkan kemampuan. Memanfaatkan waktu bukan untuk mengeluh, tapi berpikir dan berusaha mencari solusi.
8. Sibuk Membandingkan Pencapaian Diri Sendiri dan Orang Lain
“Bersainglah bukan dengan orang lain, melainkan dirimu yang kemarin”
Masing-masing orang punya cerita suksesnya sendiri. Proses menuju sukses yang unik dan tidak bisa dibanding-bandingkan satu sama lain. Ketika sama-sama mencapai usia 25 tahun, temanmu mungkin sudah jadi manager sedangkan kamu masih sibuk menjalani masa training di tempatmu bekerja.
Tidak ada yang salah dengan pencapaian orang yang berbeda-beda. Usaha, kegigihan, kesempatan, bahkan keberuntungan setiap orang juga berbeda. Satu-satunya kesalahan yang mungkin kamu lakukan adalah membuang waktu dengan sia-sia karena membandingkan pencapaianmu dengan orang lain.
9. Selalu Berusaha Menyenangkan Orang Lain
Sibuk menyenangkan orang lain dan mengabaikan diri sendiri bukan ciri-ciri orang yang punya percaya diri tinggi. Kadang, menyenangkan orang lain juga perlu dilakukan dalam kondisi tertentu tapi bukan berarti terus-menerus.
Ketika kamu memilih bolos kuliah demi menemani seorang teman yang sedang putus cinta, sikapmu tentu tidak tepat. Selayaknya kewajiban dan tanggung jawabmu bisa diselesaikan terlebih dahulu. Selain itu, pertemanan yang baik sepatutnya tidak merugikan satu sama lain.
10. Berharap Bisa Selalu Hidup Bahagia
Sah-sah saja berharap punya kehidupan yang bahagia setiap harinya. Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa hidup pastilah melewati jatuh bangun. Ada kalanya bisa merasakan kebahagiaan, pun kesedihan.
Gagal masuk perguruan tinggi impian mungkin membuatmu bersedih. Namun, rasa percaya diri bisa menuntunmu bersikap dewasa dan mengontrol emosi. Kepercayaan diri juga membuatmu lebih kuat menerima kegagalan. Kamu percaya bahwa masih ada kesempatan lain, entah mencoba di tahun berikutnya atau memilih perguruan tinggi swasta saja.
Yang pasti, saat-saat terburuk dalam hidup tetap harus disikapi dengan positif. Yakinkan bahwa kamu bukan pribadi yang butuh ditolong atau dikasihani, kamu bisa bangkit dan menguatkan dirimu sendiri.
11. Memilih Hidup dalam Kebohongan
Percaya diri berarti puas dan nyaman dengan kondisi dirinya – baik itu kelebihan maupun kekurangan. Tidak perlu merasa rendah diri atau minder dengan kekurangan yang dimiliki. Bahkan, memilih berbohong atau berpura-pura supaya terlihat baik di depan orang lain.
Apa yang harus dilakukan ketika mendapat surat Drop Out dari kampus lantaran tidak bisa menyelesaikan tugas akhir? Yup, segera bicara jujur pada orang tua secepatnya. Hal ini jauh lebih baik daripada berpura-pura dan membiarkan orang tua berharap datang ke acara wisudamu.
Percaya diri tidak melulu identik dengan kelebihan atau prestasi. Ada kalanya rasa percaya diri tetap dipertahankan dalam kondisi paling buruk sekalipun.
12. Merasa Putus Asa Ketika Mengalami Kegagalan
Sebelum mencapai sukses, banyak orang harus mengalami pahitnya kegagalan. Sedih, kecewa, bahkan marah bisa jadi dirasakan. Kegagalan seringkali juga membuat orang putus asa dan malas untuk mencoba lagi.
Cita-cita menjadi wirausahawan muda mungkin terhenti ketika usaha yang baru kamu rintis bangkrut. Kamu pun akan selamanya menyandang predikat ‘pengusaha yang bangkrut’ jika hanya bersedih dan tidak mau memulai usahamu lagi.
Kepercayaan dirilah yang membuatmu berjuang merubah nasib. Perlahan bangkit untuk memulai kembali usahamu. Mencari tahu penyebab kegagalan sebelumnya. Memutar otak untuk menemukan strategi usaha yang baru hingga akhirnya kamu bisa mendapat predikat ‘mantan pengusaha bangkrut yang bisa sukses’
13. Takut untuk Membuat Keputusan Sendiri
Orang dengan kepercayaan diri yang tinggi tidak akan ragu atau takut untuk mengambil keputusan. Pasalnya, dia terlebih dahulu memikirkan sebab dan akibat dari keputusan yang akan diambilnya.
Memilih jurusan kuliah mungkin sempat membuatmu bingung. Orang tua menyarankan jurusan-jurusan yang mereka anggap ‘aman’; kedokteran, ekonomi, atau keguruan misalnya. Padahal, kamu berharap bisa masuk jurusan sastra atau seni.
Yakinlah bahwa masa depan ada di tanganmu. Katakan bahwa kamu siap melakukan yang terbaik dengan pilihanmu dan demi masa depanmu. Tidak ada salahnya mendengar pendapat atau saran orang tua. Tapi, kamulah yang akan menjalaninya. Selama pilihanmu cukup logis dan realistis, tidak ada salahnya menuruti keinginanmu sendiri, bukan?
Apakah rasa percaya diri sudah ada dalam dirimu, atau kamu sedang mengusahakannya? Yang pasti, rasa percaya diri bisa jadi kelebihanmu ketika dimanfaatkan dengan cara-cara yang positif. Jangan sampai rasa percaya diri yang tinggi justru menjadikanmu pribadi yang jumawa, ya…