Sejak kamu SD, menulis diary adalah sebuah keharusan setiap pulang sekolah. Surat-menyurat dengan teman sekelas juga bikin kamu bahagia. Menulis memang sudah menjadi renjanamu. Renjana ini pun kamu bawa hingga kamu dewasa.
Sudah beberapa lama, kamu mulai rajin menulis puisi atau cerpen walaupun belum percaya diri untuk menunjukkannya. Terus pertahankan semangatmu, ya. Jika menulis adalah salah satu hal membahagiakan dalam hidupmu, berarti ada bakat menjadi penulis hebat dalam dirimu! Dan kamu wajib berbangga, karena…
ADVERTISEMENTS
1. Tidak semua orang bisa beruntung menyandang predikat sebagai penulis.
Menjadi seseorang yang benar-benar bisa menyandang titel sebagai penulis tidaklah mudah. Tidak hanya harus piawai bermain kata, penulis yang baik haruslah peka terhadap obyek yang dia tulis — bahkan seringkali dia juga harus menjadi bagian dari apa yang dia tulis.
Meskipun masih pemula, sadar atau tidak sebenarnya kamu sedang berproses menjadi penulis profesional. Makanya, bahkan di hari-hari sulit sekalipun, jangan pernah berhenti memperbaiki kemampuan menulismu. Hanya dengan begitu, kamu benar-benar akan bisa menjadi seorang penulis yang matang.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu senang menulis diary. Ini menunjukkan kamu sangat mengenal diri sendiri dan sensitif terhadap hal-hal di sekitarmu
Kamu menemukan kenyamanan tersendiri setiap menuangkan segala yang kamu pikirkan di diary-mu, tak penting apakah itu hal penting atau sekadar hal kecil dalam kehidupanmu. Kamu mencintai diary, kamu mencintai menulis.
Kelihatannya, menulis diary memang gampang. Tapi sebenarnya kegiatan ini butuh skill tersendiri lho. Pertama, kamu harus sensitif terhadap hal-hal menarik yang terjadi di sekelilingmu. Banyak orang yang merasa tidak ada hal menarik yang terjadi dalam hidupnya, tapi kamu bisa menulis bahkan hal paling biasa sekalipun jadi terlihat menakjubkan dan asyik dibaca. Kedua, kamu harus tahu siapa dirimu sebenarnya, karena menulis diary adalah latihan untuk berdamai dengan diri sendiri. Tuh, gak sembarangan orang bisa menulis diary, ‘kan?
ADVERTISEMENTS
3. “Aku baru nulis cerpen, tapi malu kalau dikatain jelek atau nggak pantas buat dibaca.”
Bagimu yang baru memulai menulis, hal pertama yang harus ada dalam benakmu adalah percaya diri dan siap menerima kritik. Ketika kamu menulis cerpen, misalnya, jangan sampai cerpen ini tergeletak begitu saja di dalam laci kamar. Paling tidak, mintalah pendapat teman-teman baikmu tentang cerpen yang kamu tulis. Rasanya bahagia lho ketika karyamu dibaca orang lain. Dan justru dari merekalah, kamu akan tahu hal-hal apa yang layak diperbaiki dan apa yang paling menyenangkan dari tulisanmu.
ADVERTISEMENTS
4. Menulis adalah pekerjaan mulia. Dengan membaca tulisanmu, banyak orang bisa memiliki kehidupan yang lebih kaya.
Menulis adalah pekerjaan yang mulia (tentu tergantung juga dengan hal-hal apa yang kamu tulis, ya). Dengan menulis, kamu bisa memperkaya kehidupan orang lain. Kamu bisa membuat orang lain terhibur setelah membaca tulisanmu, bisa juga memancing mereka untuk berpikir tentang hal-hal yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbersit di kepala mereka. Mereka seperti itu, karena membaca tulisanmu.
Tentu saja kemampuan memperkaya hidup orang lain ini hanya bisa kamu dapatkan setelah tulisanmu melalui berbagai kritikan dan perbaikan. Karena itu, semangat terus dalam mengasah kemampuanmu, ya!
ADVERTISEMENTS
5. Kejadian-kejadian yang dianggap orang lain sebagai angin lalu, bisa kamu ubah jadi “santapan lezat”!
Seorang penulis ahli bisa mengubah sesuatu yang sepertinya biasa-biasa saja menjadi layak diingat dan bermakna. Kisah perjalanan Habibie-Ainun, misalnya. Siapa sangka? Kisah pertemuan dua insan ini dikemas ke dalam sebuah buku biografi yang membuat penikmatnya takjub dan salut. Pengabadian momen yang tadinya biasa saja, akhirnya menjadi luar biasa setelah ditulis dan dituangkan ke dalam buku. Selain penulis, adakah orang yang seperti ini?
ADVERTISEMENTS
6. Ramah dan pandai bergaul: dua sifat yang lekat dengan kepribadian penulis.
“Aku punya banyak teman penulis, dari penulis artikel, cerpen, bahkan buku. Mereka semua supel dan super ramah juga. Senang berbincang dengan mereka. Banyak hal yang belum aku tahu, akhirnya kamu tahu.”
Shella, 22 tahun
Penulis gak melulu suka menyendiri. Mereka justru supel dan pandai bergaul, lho, karena profesinya mewajibkan mereka untuk berinteraksi dan mengobservasi orang lain.
Jadi tak hanya bisa memperkaya hidup orang lewat tulisanmu saja, kamu juga bisa melakukannya dengan jadi teman yang ramah dan supel di dunia nyata. Mulia sekali, bukan?
Memang tak mudah untuk mengembangkan diri menjadi penulis. Kadang, ada saja hari-hari di mana kamu ingin berhenti dan membuang cita-cita ini. Tapi jangan menyerah! Justru ketika kamu berhasil melewati masa-masa sulit ini, kemampuanmu akan semakin matang dan kamu semakin dekat pada titel penulis profesional.
Gimana? Semakin bersemangat mengejar cita-citamu menerbitkan buku atau novel bermutu? Semoga sukses, ya! 🙂