Zaman sekarang banyak anak muda yang terjerumus ke dalam pergaulan yang tak semestinya. Hasilnya, banyak dari mereka yang kemudian menikah muda hanya demi mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakoninya. Hidup mereka berubah, tak lagi sibuk nongkrong dan bersenang-senang, karena mulai sekarang ada kebutuhan keluarga baru yang mau tak mau harus ikut dipikirkan. Dari pelajar dan mahasiswa biasa, mereka harus siap menjadi sosok ayah atau ibu yang bekerja sekaligus merawat rumah tangga.
Sebelum ini terjadi pada dirimu, mungkin kamu bisa membaca tulisan pendek ini. Sekedar pengingat sederhana bahwa ini merupakan risiko yang harus diterima jika kamu salah menapakkan kaki.
ADVERTISEMENTS
Ada alasan logis kenapa seseorang sebaiknya memilih kapan punya momongan. Memiliki bayi harus dipersiapkan agar sang anak bisa dibesarkan dengan kebaikan maksimal
Usia yang belum matang sempurna membuat ego serta emosi yang kamu miliki belum layak disebut sebagai manusia dewasa. Kamu lebih terfokus kepada pemenuhan ego semata. Memposisikan hal yang bisa membuat hatimu gembira di atas segalanya. Emosi yang masih sering naik dan turun pun menjadi senyawa yang menjadikanmu belum mampu menghadapi tanggung jawab berat yang harus dipikul sekarang juga.
Hasilnya, kebutuhan buah hati yang kamu miliki di usia yang belum matang ini tak bisa terpenuhi secara utuh. Lebih menitikberatkan kebutuhan diri sendiri, kamu lupa pada kebutuhannya yang harus dipenuhi. Pada akhirnya, si kecil akan kekurangan perhatian pun kasih sayang yang memang seharusnya dia dapatkan.
ADVERTISEMENTS
Memiliki bayi secara tiba-tiba akan mengubah hidupmu selamanya. Sibuk memusatkan perhatian kepada kebutuhan si kecil, kamu akan kehilangan masa muda yang berharga.
Teman-temanmu mungkin sedang sibuk menata pondasi untuk karir, pendidikan, dan masa depan. Mereka pun bisa bersenang-senang dengan uang hasil jerih payah yang mereka dapatkan setelah memeras keringat seharian. Pergi travelling mengelilingi Indonesia hingga negara beda benua, makan makanan restoran kenamaan, hingga membeli barang-barang yang mereka idamkan.
Beda halnya dengan dirimu. Kamu tak bisa lagi bebas menekuni hobi atau bercengkerama bersama kawan tentang topik yang kalian gemari. Mulai sekarang kamu dipaksa untuk memahami kehidupan menjadi ayah dan ibu muda. Ilmu mengenai keluarga dan anak bayi begitu menuntut untuk mendapat porsinya di rongga kepala.
Disadari atau tidak, kamu telah kehilangan masa muda yang begitu berharga.
ADVERTISEMENTS
Kamu dan hidupmu tak bisa sebebas dulu. Tak ada lagi kegiatan nongkrong atau jalan-jalan, karena banyak tanggung jawab dan kewajiban tertumpuk di bahu
Kehidupanmu akan berubah seratus delapan puluh derajat. Kamu tak lagi remaja maupun anak muda yang bebas menikmati waktunya. Tak ada lagi kegiatan nongkrong di mall di akhir pekan, bercengkerama dengan kawan hingga pagi buta, hingga kegiatan bersantai menikmati hobi yang kamu miliki.
Waktu yang kamu punya tak sebebas dulu. Ada buah hati yang akan menyita seluruh waktumu. Kewajiban yang diramu dengan tanggung jawab pun ikut menjejali bahumu. Ya, ada tanggung jawab lain yang secara perlahan menjerat kakimu dan menunggu untuk dituntaskan. Waktu longgar untuk senang-senang hanya akan singgah sebentar, karena ia tahu, posisinya telah digeser dengan kewajiban barumu sebagai ayah dan ibu muda.
ADVERTISEMENTS
Tak hanya perutmu yang butuh diisi, ada kebutuhan anak yang juga harus dipenuhi. Sudah siapkah kamu untuk tanggung jawab besar ini?
Dulu kamu bisa menjajakan uang yang kamu miliki dengan sesuka hati, menghabiskan uang tabungan yang kamu punyai, pun menikmati uang hasil jerih payah sendiri. Sah-sah saja membeli makanan yang kamu gemari, membeli baju dan sepatu yang kamu damba, hingga menginvestasikan dana yang kamu punyai demi menyenangkan diri sendiri. Ya, semua itu bisa-bisa saja kamu lakoni.
Namun, setelah memiliki tambahan tanggung jawab baru, kamu tak bisa lagi hanya memikirkan kebutuhanmu. Ada kebutuhan anak yang juga menuntut untuk dipenuhi. Susu, popok, hingga tabungan pendidikan yang menunggu untuk diisi. Tanyakanlah kepada nuranimu sendiri, sudah siapkah dirimu saat ini untuk menopang tanggung jawab sebesar ini?
ADVERTISEMENTS
Hubunganmu dengan pasangan tak akan sama seperti waktu kalian pacaran dulu. Banyak tanggung jawab yang harus dibagi berdua, hubungan kalian tak lagi sesederhana soal cinta.
Hubungan yang kamu jalani dengan pasanganmu sekarang tak lagi seperti dulu. Dulu, kalian belum memiliki beban. Asyik melempar kata sayang dan bertukar pesan yang membuat hati meremang. Sibuk merias muka di depan kaca saat malam minggu tiba. Hari-hari bahagia kalian lewati bersama. Masalah yang kalian hadapi hanya seputar cemburu dan kesalahpahaman.
Sekarang, kalian benar-benar ditampar realita. Harus rela saling meliatkan otot lengan demi tercukupinya hidup hingga hari depan. Keromantisan dan kata sayang menduduki peringkat nomor kesekian. Yang utama adalah bisa bekerja sama untuk hidup bersama. Menekan ego hingga titik terendah serta melapangkan dada demi menerima segala perbedaan yang ada.
ADVERTISEMENTS
Belum cukup dewasa dalam menghadapi permasalahan, kamu dan pasangan akan kesulitan menjadi matang dalam mengambil keputusan.
Usia yang belum cukup dewasa membuatmu dan pasangan tak cukup matang dalam menyelesaikan permasalahan yang kalian punya. Pernikahan yang kalian bangun tanpa pondasi yang kokoh ini rentan koyak dalam seketika. Kamu berkeras ingin melangkahkan kaki ke kanan, pasanganmu sama keras kepalanya ingin menapakkan kakinya ke kiri.
Perbedaan haluan dan ketidakmampuan kalian untuk saling menekan ego demi bekerja sama rentan menghancurkan keluarga yang baru saja kalian bentuk ini. Kalian sama-sama tak matang dalam mencerna segalanya dan akhirnya keputusan yang tak tepatlah yang sering dijadikan solusi.
Masih muda dan belum cukup mandiri, kamu justru akan merepotkan orangtua dengan kebutuhan dari si buah hati. Dan ini bukan merupakan cara untuk membuat mereka bangga.
Hancur lebur sudah impianmu untuk membuat bangga orangtua. Dengan memiliki buah hati di usia yang belum siap secara sempurna, mau tak mau kamu harus melibatkan dan merepotkan mereka. Belum siap secara materi, kamu pun harus meminta uang ekstra dari ayah atau ibu. Begitu juga dengan tak adanya tempat untuk hidup sendiri dengan keluarga barumu, kamu mesti sekali lagi merepotkan orangtua dengan ikut menumpang hidup di rumah mereka.
Pada akhirnya, kamu hanya menambah beban di pundak orangtua, memperjelas gurat menua di paras mereka. Ya, mereka jadi ikut urun tenaga dan rupiah untuk menjaga hidup si kecil yang kamu miliki. Dan ini bukan merupakan cara untuk membuat orangtuamu bangga akan dirimu.
Kini, bersediakah kamu berhati-hati dalam melangkah supaya bisa menikmati hidup yang telah diberikan oleh Tuhan hingga saat ini?