Belakangan di Indonesia kita dibuat takjub kberanian anak STM yang ikut berunjuk rasa di berbagai daerah di Indonesia. Kepedulian dan aksi mereka membuat kagum para orang dewasa karena cukup tak terduga. Bila kita punya Anak STM, di luar negeri sana, ada Greta Thunberg yang juga mencuri perhatian karena keberaniannya menyampaikan pendapat terkait isu perubahan iklim.
Tapi siapa sih Greta Thunberg ini?
Di kalangan aktivis lingkungan, nama Greta Thunberg pasti sudah tidak asing lagi. Usianya masih sangat muda dan bahkan belum mendapat KTP kalau saja dia warga negara Indonesia. Namun, Greta berhasil menggerakkan ribuan orang dari berbagai negara untuk turun ke jalan-jalan dan memprotes agar para pembuat kebijakan lebih gercep lagi dalam mencari solusi masalah perubahan iklim.
ADVERTISEMENTS
Sejak tahun 2018 rutin bolos sekolah setiap Jumat untuk berdemo di depan parlemen Swedia sendirian
Greta Thunberg adalah remaja asal Swedia yang menjadi aktivis lingkungan terutama pada isu perubahan iklim. Meski baru mencuri perhatian dunia tahun ini, aksi Greta sudah dimulai sejak tahun 2018 lo. Sejak agustus 2018, Greta rutin membolos sekolah untuk berdemo. Seorang diri, Greta menyuarakan pikirannya dengan spanduk bertuliskan “Bolos sekolah demi iklim”.
Semuanya bermula dari video-video terkait isu lingkungan yang diputarkan gurunya di kelas. Gambaran plastik di laut, beruang kutub yang kelaparan, dan lain sebagainya sangat mengganggu Greta dan membuatnya tertekan dan gelisah. Greta bahkan didiagnosis menderita gangguang psikologis Asperger Syndrome. Dari sana, Greta bertekad untuk melakukan sesuatu terkait isu perubahan iklim ini.
ADVERTISEMENTS
Di sidang PBB, Greta berani “memarahi” dan “mengancam” 60 kepala negara yang dianggapnya terlalu lamban dalam mengatasi isu lingkungan
Di akhir tahun 2018, aksi Greta Thunberg mulai mencuri perhatian. Bahkan pada bulan September 2019 ini Greta diundang untuk datang ke pertemuan PBB di New York yang terkait dengan perubahan iklim. Di pertemuan yang diikui oleh kurang lebih 60 kepala negara itu, Greta dengan berani “marah-marah” dan menyebut kata-kata “how dare you!” dan “your empty words!“.
“Ini salah. Seharusnya aku tidak di sini. Seharusnya aku ada di sekolah di seberang lautan, tapi kalian semua menggantungkan harapan pada kami. Berani-beraninya! Kamu sudah mencuri mimpi dan masa kecilku dengan omong kosongmu dan aku masih termasuk orang yang beruntung,” ungkapnya dalam pidato yang disampaikan dalam waktu 4,5 menit itu.
ADVERTISEMENTS
Perlahan aksi Greta mencuri perhatian. Tak hanya teman sekelasnya, ribuan remaja dari berbagai negara mengikuti aksinya
Berawal dari demo seorang diri dan ajakan pada keluarga untuk hidup sehat, kini aksi Greta diikuti oleh jutaan orang di dunia. Awalnya, Greta berhasil mengajak teman-teman sekolahnya untuk ikut membolos dan berdemo di parlemen Swedia. Kampanye ini kemudian dinamakan Friday for Future. Nggak berhenti di situ, aksi Greta terus mendapatkan atensi dari seluruh dunia. Seperti yang diulas oleh Time, saat ini ada aksi bolos sekolah untuk iklim digelar di 1664 kota dari 125 negara. Yang menarik, pesertanya bukan hanya remaja lo. Tapi juga orang dewasa.
ADVERTISEMENTS
Greta Thunberg harusnya menjadi pengingat bagi kita yang selalu pesimis. Usia dan jabatan bukan modal utama untuk melakukan perubahan
Apa yang membuat Greta istimewa adalah keberaniannya menyuarakan apa yang mungkin tidak berani kita katakan. Secara usia dan kuasa, Greta tidak punya keduanya. Siapa yang akan mendengarkan seorang remaja? Apalagi yang berasal dari gen Z yang selama ini dianggap cuek atas segala hal? Siapa yang akan mendengarkan seseorang tanpa kedudukan seperti Greta? Nyatanya, dengan tekad dan usaha nyata, suaranya bisa didengar.
ADVERTISEMENTS
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyumbang perubahan. Termasuk sesederhana menandatangani petisi yang wara-wiri di media sosial
Kegelisahan atas persoalan-persoalan yang terjadi di sekitar itu pasti ada. Namun, seringkali kita memilih diam karena marasa pesimis. Memangnya setelah demo, apa akan ada yang berubah dari keadaan? Memangnya kalau mengisi petisi-petisi yang sering wara-wiri di media sosial, apa dampaknya? Memangnya kalau kita ikut demo menentang UU Revisi KPK lantas ada yang berubah di negeri ini? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin sempat hadir dan butuh jawaban.
Mungkin gerakan-gerakan dan kampanye itu tidak akan langsung mengubah keadaan. Pun petisi-petisi yang kita tandatangani tidak serta merta memberi pengaruh. Namun, setidaknya satu langkah sudah diambil. Dan kita sudah turut menyuarakan masalah agar lebih banyak orang yang peduli. Tak perlu takut berpendapat. Karena di negara yang menganut sistem demokrasi, suaramu selalu berharga kok.
ADVERTISEMENTS
Bukankah setiap perubahan bisa dari langkah kecil yang dimulai dari diri sendiri. Kalau tidak dimulai, apa yang harus diperbaiki?
Memang benar, kita cuma butiran debu di dunia yang luas ini. Kuasa kita terbatas, apa yang kita lakukan juga terbatas. Tapi bukan berarti hal-hal yang kamu lakukan tidak akan memberikan dampak. Karena itu, selain berani berpendapat, alangkah baiknya bila dibarengi dengan perubahan-perubahan kecil yang bermula dari diri sendiri.
Perubahan besar kan bisa terjadi karena satu langkah yang diambil di awal. Perubahan besar juga bisa dimulai dengan perubahan kecil. Kita bisa meniru aksi Greta. Sebelum memulai demo dan aksinya menjadi besar, Greta dan keluarga sudah melakukan gerakan hidup sehat pro bumi.
Tentang isu climate change yang memang semakin mengkhawatirkan ini, yuk kita selamatkan bumi dengan hal-hal kecil yang kita mampu. Mulai saja dulu dengan membawa tas saat belanja ke minimarket supaya tidak perlu pakai plastik. Atau bisa juga dengan mematikan lampu saat tidak dipakai. Meski sepele, hal-hal itu sangat berguna bagi bumi kita tercinta.