Kebaikan adalah muara dari nilai-nilai yang diajarkan ibu saat kecil. Lewat nasihat-nasihatnya kita tumbuh menjadi pribadi baik yang selalu membantu orang lain. Saat bawa bekal roti, kita selalu membaginya dengan teman. Saat ban teman bocor, kita menemaninya menuntun hingga bertemu bengkel tambal ban. Pun juga saat dewasa, ada teman yang butuh duit kita nggak segan meminjamkan.
Ada kesenangan sendiri saat kita bisa membantu orang lain. Melihat orang menemukan bahagia diri. Meski begitu menjadi baik itu nggak mudah. Adakalanya kebaikan kita justru dimanfaatkan orang lain. Maksud hati ingin membahagiakan orang lain, tapi di akhirnya kita sendiri yang merugi. Dari sinilah muncul konsep hidup baru yang mestinya kamu ikuti. Bahwa kadang-kadang menjadi egois itu sesekali perlu, kenapa? Begini alasannya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Banyak orang justru nggak tahu diri setelah dibantu. Buat apa menolong kembali orang yang seperti itu
Nggak semua kebaikan berbalas setimpal. Seperti ketika kita meminjami teman uang. Saat meminta, gelagatnya sungguh memprihatinkan. Janji-janji diucapkan. Giliran tiba tenggat waktu pembayaran, saat ditagih membalas pesan kita pun tidak.
Akhirnya kita kembali beri jeda. Mungkin saja dia sedang nggak ada uang. Sampai ketika penagihan kedua tiba, dia malah marah-marah. Bilang kita nggak ngertiin kondisinya. Yang bikin kesel lagi, di stories IG dia terlihat liburan dan foya-foya. Orang begini pantas dibaikin?
ADVERTISEMENTS
2. Sudah bukan sekali-dua kali kebaikanmu dimanfaatkan. Orang-orang seperti itu perlu diingatkan biar nggak seenaknya sendiri bikin aturan
Ketika kita memberi kebaikan, orang akan mengingat kita sebagai sosok yang baik. Dia anggap kita akan selalu menomorsatukan orang lain. Citra baik ini kadang jadi bumerang. Kita jadi dimanfaatin terus-terusan. Adakalanya kita perlu tegas menjawab tidak. Kita mesti berani menolak jika orang yang meminta bantuan berulang kali mengecewakan kita di masa lalu. Menjadi egois bukan hanya menyelamatkan dirimu dari kekecewaan, tapi juga membantu orang lain untuk sadar.
ADVERTISEMENTS
3. Sudah terlalu sering kamu jadi pesakitan karena mendahulukan orang lain. Kali ini biarkan dirimu tenang dengan ketidakpedulian
Dikecewakan orang yang pernah bantu itu nggak enak. Inilah yang mesti diingat saat ada seseorang minta bantuan. Ingatan apakah dia orang yang pernah mengecewakan kita? Kalau, iya, maka pikir ulang ketika ingin membantunya. Kadang kala kita memang harus belajar tidak peduli dengan orang. Terutama orang-orang yang nggak pernah peduli dengan masalah yang kita alami. Sesekali biarkan dirimu tenang.
ADVERTISEMENTS
4. Jangan merasa jahat hanya karena menjadi egois sekali. Ingat bahwa sepanjang hidup kamu sudah sering menolong
Mengubah haluan untuk cuek kepada orang-orang yang nyebelin itu emang nggak mudah. Kita mesti melawan hati nurani karena sudah terbiasa berbuat baik sejak kecil. Kita hanya perlu membiasakannya saja. Awal mula kita akan memikirkan perasaan orang lain. Namun saat ingat orang yang bersangkutan nggak pernah memikirkan perasaan kita, akhirnya kita tahu caranya.
Kita terbiasa hidup dengan kultur yang baik. Barangkali hal itulah alasan mengapa kita punya sikap nggak enakan sama orang lain. Kita terbiasa hidup memikirkan masalah orang lain sementara kita punya masalah sendiri yang perlu diselesaikan. Menjadi egois demi kebaikan diri itu perlu. Setidaknya sebagai langkah pencegahan agar kita nggak dikecewakan lagi.
Menjadi egois enggak selalu identik dengan kejahatan. Jangan salah tafsir. Kita tetap punya kewajiban membantu orang lain. Kuncinya kita mesti selektif sebab nggak semua orang layak dibantu.