Semakin meningkatnya angka pasien positif akibat penyebaran COVID-19 membuat banyak orang takut untuk keluar rumah. Kepala kita rasanya pening, perut kita pun mulai mual jika membaca berita seputar COVID-19 yang sering berseliweran di timeline media sosial. Dari berbagai pemberitaan, pandemi COVID-19 ini kayak belum keliatan kapan usainya.
Belum lagi jangka waktu social distancing yang membuat kita jenuh dan merasa bosan. Bawaannya jadi pengen sambat dan mengeluh di sosial media. Meski begitu, kita yang masih bisa melakukan aktivitas dari rumah cukup beruntung, dibandingkan mereka para pengemudi ojek online yang setiap hari harus pergi ke luar demi mencari penghidupan, seperti kisah seorang pengemudi ojek asal kota Bandung ini misalnya.
Kang Ari adalah seorang pria asli dari Bandung yang berusia 32 tahun. Seorang suami sekaligus ayah ini sudah 5 tahun berprofesi sebagai pengemudi ojek online. Jika berbicara jalanan kota Bandung, beuh Google Maps aja kalah! Sebagai pengemudi ojol, Kang Ari mendapatkan uang yang nggak menentu setiap harinya.
“Saya mah ngojek dari tahun 2015, pas lagi rame-ramenya orang daftar. Awalnya saya diajak teman. Ya lumayan daripada nganggur. Penghasilan perhari mah nggak nentu sih kalau dari ojek. Tapi biasanya saya dapat sekitar 250 ribu sehari. Itu penghasilan kotor, ya”
Kang Ari tahu seputar virus Corona dari grup ojek online di Facebook. Teman-temannya membagikan satu video viral yang memperlihatkan presiden Jokowi mengumumkan pasien pertama yang terjangkit COVID-19, kala itu virus Corona belum terlalu berdampak. Baik pada ekonomi atau psikisnya.
“Iya, saya tahu dari Facebook. Temen-temen banyak yang ngirim di grup. Katanya dua orang positif di Depok, dari situ sih saya tahu soal virus Corona ini”
Faktanya, masih banyak orang yang bekerja dan beraktivitas di luar rumah meski sudah ada anjuran #DiRumahAja. Ya mau gimana, kalau nggak keluar nggak bisa makan. Kang Ari sendiri sebenarnya punya ketakutan tertular COVID-19. Apalagi jika ia mendapat pesanan ke tempat-tempat yang cukup rawan seperti ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, terminal Leuwi Panjang atau stasiun Bandung. Ketakutannya tersebut harus dibenturkan dengan kenyataan bahwa anak dan istrinya di rumah menunggu makanan.
“Sejujurnya saya takut sama virus Corona, apalagi kalau nganter ke daerah RSHS, ke terminal atau ke stasiun. Tapi mau gimana lagi. Anak sama istri di rumah nunggu saya pulang bawa makanan, ini saya juga mau beli beras ke pasar. Saya takut sama virus Corona tapi saya lebih takut kalau anak sama istri nggak nemu makan”
Sudah khawatir dan takut pada virus, sekarang Kang Ari juga punya masalah soal pendapatan. Menurutnya, semenjak pemerintah meliburkan sekolah dan tempat kerja, penghasilannya pun menurun drastis. Jika sebelumnya ia mendapat pendapatan kotor sekitar 250 ribu per hari, kini ia hanya mendapatkan pendapatan sekitar 60 ribu, itu pun ia harus bekerja dari pagi sampai malam.
“Aduh kang, kalau soal penghasilan mah jauh dari sebelum ada virus. Biasanya dapet 250 ribu sekarang hilang setengahnya bahkan lebih. Sudah berapa minggu terakhir saya cuman dapet uang 60 ribu per hari, itu juga kotor, ya. Kebanyakan sekarang kan saya cuma dapat orderan anter makanan”
Meski begitu, Kang Ari sering dibantu oleh para pelanggan yang mengorder padanya. Ia kadang mendapatkan makanan gratis atau bahan makanan dari para penumpangnya. Kang Ari sangat berterima kasih jika ada pelanggan yang membantunya di tengah kesulitan ekonomi yang menghimpitnya.
“Kalau dapat sumbangan itu sering, sih. Saya kadang dapat masker dari organisasi masyarakat, atau saya dapat makanan dari penumpang yang pesan. Misalnya, saya suruh jemput, tahu-tahunya si pelanggan ngasih saya sembako. Itu ngebantu banget para pengemudi kaya saya, soalnya orderan lagi sepi”
Ia mengaku menggunakan masker dan sering cuci tangan setiap selesai mengantar orderan. Sementara itu perusahaan yang menaungi Kang Ari sudah mengirimkan pesan berantai soal pembangian masker pada 450 ribu pengemudi. Ia juga sudah mengisi survey tentang data pengemudi yang cicilan motornya belum lunas. Menurutnya perusahaan akan memberi tunjangan sebesar 1,4 juta jika pengemudinya positif terpapar virus corona. Namun hal-hal tersebut belum dirasakan langsung oleh Kang Ari.
“Kalau dari perusahaan, saya belum dapat ya alat-alat perlindungan. Tapi saya sudah dapat pesan tentang pembagian masker ke driver. Seminggu ke belakang juga saya ngisi survey untuk kredit motor saya yang belum lunas. Terus perusahaan juga bakal ngasih uang santunan sebear 1,4 juta kalau driver positif corona, tapi saya belum tahu pasti karena di Bandung belum ada kabar driver yang positif.”
Selain masalah pendapatan, Kang Ari mengatakan kalau sekarang kota Bandung sedang rawan. Karena penghasilan para ojek online turun drasis, mereka mengejar target sampai harus narik sampai tengah malam. Beberapa hari lalu Kang Ari mendapat kabar seorang temannya dibegal oleh sekelompok orang. Kang Ari juga kadang bingung dengan kebijakan pemerintah kota Bandung yang sering membubarkan kerumunan ojek online serta memblokir sejumlah akses jalan yang tentunya merugikan dirinya.
“Iya paling kebijakan yang sedikit menyulitkan sih soal ngebubarin dan pemblokiran jalan. Itu jalan Asia Afrika sama jalan Dago ditutup jadi saya harus muter kalau narik ke daerah sana. Ujung-ujungnya uang bensin harus ditambah. Terus karena ngejar target ada temen saya yang kena begal di daerah Ciumbuleuit deket Unpar”
Kang Ari mengaku ia tahu dan paham situasi tentang bahayanya virus Corona, namun nggak bisa berbuat banyak. Ia ingin pemerintah memberinya kebutuhan sehari-hari untuk diam #DiRumahAja. Bahkan ia juga mengapresaisi langkah pemerintah untuk menggratiskan listrik.
“Iya saya sih pengen-pengen aja diem di rumah, enak kan gausah kerja. Tapi mau gimana kalau saya dikasih makan setiap hari sih mau-mau aja, kredit dibayarin dan sebagainya. Nah sekarang kan listrik katanya mau gratis, ya bagus kalau begitu, seengaknya beban berkurang sedikit-sedikit”
Terakhir Kang Ari berharap penyebaran virus ini segera dapat diatasi agar ia bisa bekerja tanpa khawatir dan mendapatkan uang seperti biasanya. Semangat Kang Ari. Sehat selalu!