Di Umur 20-an,Kamu Mulai Harus Tega Sama Diri Sendiri. Nggak Boleh Asal Ngalir dan Ikut Nafsu Doang!

“Hidup cuma satu kali lho, kenapa harus ditahan-tahan? Kalau besok mati gimana? Sebelum sempat senang-senang?”

Masa muda sering diidentikkan dengan masa hura-hura. Apalagi bila ditambah dengan penghasilan yang besar. Belum banyak tanggungan yang harus dipikirkan, membuat rasa ingin berfoya-foya sulit dikendalikan. Ingin ini dan itu turuti saja, karena kita bekerja untuk menikmati hasilnya. Menabung belum saatnya, masih bisa nanti-nanti, sebab masa muda saat ini nggak datang dua kali.

Namun membicarakan soal kesempatan, bukankah justru masa muda adalah masa paling tepat untuk menempa diri? Salah satu caranya adalah dengan menyeleksi keinginan diri sendiri. Mana yang boleh dituruti, dan mana yang tidak boleh dituruti. Bukan sekadar untuk penghematan, melainkan juga usaha untuk membiasakan pengendalian diri. Ini alasannya!

ADVERTISEMENTS

1. Uang adalah barang ‘magis’ yang bisa habis dalam sekali kedip mata. Penghasilan besar bukan pembenaran kamu untuk hidup gila-gilaan, apalagi yang gajinya masih kecil

Woman and empty wallet

Pastikan gajimu bisa tumbuh untuk masa depan via media.istockphoto.com

Pernahkah kamu mengalami masa-masa heran, karena gaji yang baru masuk rekening beberapa hari yang lalu tiba-tiba sudah berkurang hingga setengahnya? Uang yang kemarin terasa banyak sekali, tiba-tiba saja sudah hilang tanpa kamu tahu ke mana habisnya. Memang begitulah uang dengan daya magisnya.

Tak akan terasa ketika kita sedang belanja. Ini itu dibeli, dengan alasan sedang diskon atau harga yang lebih mudah dari biasanya. Kamu baru akan sadar ketika melihat nominal uang yang tersisa. Kalau sudah begitu, menyesal juga percuma. Karena itulah, gaji yang besar bukan alasan untukmu boleh hidup gila-gilaan. Sebab gaji yang besar nggak akan membuatmu kaya kalau kamu tak bisa mengaturnya.

ADVERTISEMENTS

2. Masa muda adalah masa yang tepat untuk belajar menghadapi hidup sederhana atau bahkan kurang. Agar kita terbiasa hidup dalam berbagai suasana

Agar terbiasa menghadapi berbagai situasi

Agar terbiasa menghadapi berbagai situasi via www.puppiesandflowers.com

Boleh saja saat ini penghasilanmu tinggi. Namun belum tentu kamu akan memiliki gaji sebesar itu selamanya. Sebab apa yang terjadi di kemudian hari tidak bisa diprediksi. Karenanya, menyiapkan diri untuk situasi terburuk tetaplah perlu. Dengan menjalahi hidup secara sederhana, mulai dari mengeluarkan uang seperlunya, sampai menerapkan hidup super irit setengah kurang, sama artinya dengan kamu membiasakan diri untuk menghadapi berbagai situasi.

Karena diakui atau tidak, hidup bisa menyenangkan dan bisa juga menyedihkan. Terbiasa hedon akan membuatmu sulit beradaptasi dengan kesulitan. Menempa diri perlu dilakukan agar kamu tetap tegar menghadapi berbagai situasi

ADVERTISEMENTS

3. Banyak hal tak terduga yang bisa terjadi setiap menitnya. Bila tidak waspada dan sibuk berfoya-foya, kamu akan kelabakan menghadapinya

photo-1476225975330-a2e024e30fe9

Harus siaga hadapi kesakitan yang tiba-tiba menyergap via images.unsplash.com

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam waktu 2 menit ke depan. Bisa saja ada hal tak terduga yang harus kamu pikirkan solusinya. Hari ini kamu baik-baik saja, bisa saja besok kamu sakit dan perlu berobat ke dokter. Hari ini pekerjaan terasa lancar, bisa saja besok laptop dan ponselmu rusak bersamaan. Bukan menyumpahi, hanya mengingatkan bahwa banyak hal yang bisa terjadi.

Bila kita tidak mewaspadai hal-hal tak terduga semacam ini, dan sibuk berfoya-foya menghabiskan gaji sejak awal bulan, kita sendiri yang akan kelabakan. Tidak semua orang bisa berpikir cepat mencari solusi. Karenanya, mempersiapkan diri untuk hal-hal semacam ini sudah menjadi satu solusi sendiri.

ADVERTISEMENTS

4. Menikmati masa sekarang memang penting, karena kita tak tahu sampai kapan hidup di dunia. Namun sebagai manusia kita wajib merancang masa depan

Buat manusia yang namanya usaha itu ya untuk masa depan

Buat manusia yang namanya usaha itu ya untuk masa depan via hd.unsplash.com

“Tapi kalau kamu mati besok gimana? Terlalu irit, nggak sempat senang-senang.”

Memang benar bahwa kita nggak pernah tahu berapa waktu yang kita punya di dunia. Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa yang belum ada tak perlu dipikirkan, sebab yang paling penting adalah kehidupan sekarang. Menikmati dan menjalani masa sekarang memang penting. Namun kita juga harus menyusun rencana tentang masa depan.  Dipersiapkan dengan detil saja masih sering melenceng dari harapan, apalagi bila kita menghadapi masa depan tanpa persiapan? Bersenang-senang boleh saja, namun ada batasnya. Menikmati hasil jerih payah sendiri, tak perlu sampai melupakan bahwa di kehidupan mendapatng, bisa jadi jalan lebih terjal.

ADVERTISEMENTS

5. Hidup hanya satu kali, apa yang telah hilang tak bisa kembali. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari, hanya karena sibuk menuruti nafsu diri

Setiap rupiah yang kamu keluarkan tak akan kembali

Setiap rupiah yang kamu keluarkan tak akan kembali via rotassi.blogspot.co.id

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Kamu yang mengalami masa SD di era 90an, pasti nggak asing dengan sepenggal puisi berjudul Menyesal yang menjadi pelajaran wajib dalam buku cetak Bahasa Indonesia itu. Maknanya jelas perlu direnungkan, tak sekadar dijadikan kenang-kenangan masa kecil yang bahagia. Justru karena hidup hanya satu kali, selayaknya kita pergunakan sebaik-baiknya. Sebab setiap detik yang sudah kita lewati, setiap rupiah yang kita hambur-hamburkan, nggak akan bisa kembali lagi.

ADVERTISEMENTS

6. Memiliki hasrat dan keinginan akan sesuatu itu naluri. Namun kita harus bisa membedakan mana yang harus dituruti, dan mana yang harus dalam kendali

photo-1461874759164-52a4ea8bdf59

Tahu kapan harus menahan diri via hd.unsplash.com

Ingin baju baru, ingin sepatu yang sedang hits, ingin ponsel merk terbaru yang bisa menaikkan level gengsi, ingin makan enak dan bebas jalan-jalan ke luar negeri. Menginginkan banyak hal adalah sifat alamiah manusia. Bukan hanya kamu seorang, semua orang memilikinya. Hanya saja, ada yang merasa perlu menuruti semuanya, dan ada juga yang merasa harus menyeleksi, mana yang harus dituruti, dan mana yang tak perlu. Dengan cara inilah, kita bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Karena tanpa pengendalian diri, semua keinginan bisa menjadi kebutuhan, padahal fungsinya tidak signifikan.

Membiasakan hidup sederhana dan memaksa diri untuk mengabaikan beberapa keinginan bukan sekadar untuk penghematan. Tapi juga untuk belajar mengendalikan diri. Karena bila dituruti, keinginan manusia bisa banyak sekali.  Diri sendiri yang harus pandai-pandai menyiasati. Jangan sampai kita menjadi seperti sosok Aku dalam puisi Menyesal yang menyadari bahwa menyesal tua tidak berguna, hanya menambah luka sukma.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi