Kalau boleh meminta, rasanya kamu ingin melompati fase menjadi dewasa saja. Pasalnya di pikiranmu menjadi dewasa itu sama sekali tak menyenangkan. Bahkan cenderung menyeramkan. Tanggung jawab yang berkali lipat besarnya, kamu tak bisa main-main sesuka hati seperti saat masih remaja, pun dengan ketakutan kalau realita yang tak seindah ekspektasimu saat masih ‘muda’.
Memang sih sekarang kamu belum sepenuhnya dewasa, beberapa masalah hidup juga masih dibantu kedua orangtua. Namun ketakutanmu semakin menjadi saat mendengar keluh kesah orang lain baik langsung maupun lewat media sosial. Katanya dewasa itu jebakan. Hanya mereka yang benar-benar siap, yang bisa bertahan.
Dear teman-teman yang masih bergidik ngeri saat mendengar cerita betapa menyeramkannya menjadi dewasa, mulai sekarang mari benar-benar membuka mata. Layaknya film horor yang menyajikan drama kebahagiaan keluarga, menjadi dewasa pun punya beberapa hal manis yang kelak akan kamu syukuri keberadaannya. Ini beberapa di antaranya.
ADVERTISEMENTS
1. Menjadi dewasa memang sulit, tapi di saat inilah kamu bisa sedikit-sedikit membalas kasih sayang orangtua. Bukankah hal ini manisnya ngalahin gula?
Bagimu dewasa itu seperti awan mendung yang berwarna abu-abu. Sebab sejak belum sepenuhnya menjadi dewasa saja rasanya sudah sulit sekali. Apalagi jika kamu sepenuhnya udah dewasa nanti? Pekerjaan, pendapatan dan kehidupan sehari-hari yang kamu jalani pun jauh dari impian. Semua yang ada di tanganmu sekarang adalah pilihan untuk sekadar bertahan hidup.
Namun tahukah kamu? Meski sulit dan ke depannya bakal jauh lebih berat, dari fase inilah yang bisa sedikit-sedikit membalas kasih sayang kedua orangtua. Meski jumlahnya tak sebanding dengan apa yang orangtua berikan kepadamu, tapi hatimu akan berdesir trenyuh saat ayah atau ibu tersenyum dan memelukmu sambil berkata,
Makasih ya Kak. Berkatmu papa bisa dioperasi segera 🙂
ADVERTISEMENTS
2. Pun kamu tak perlu lagi ambil pusing sama omongan orang. Toh tiap keputusan udah sepenuhnya di tanganmu
Saat kecil dulu, hampir semua keputusanmu bergantung pada orangtua. Pun saat kamu duah memasuki fase remaja. Apa yang ingin kamu lakukan harus tanya dulu ke mereka. Apalagi fase peralihan dari remaja ke dewasa, rasanya semua omongan orang juga hampir kamu pertimbangkan. Sehingga buatmu semakin bingung tiap kali ingin mengambil keputusan. Namun saat kamu udah dewasa, hal itu akan pelan-pelan hilang. Sebab kebebasan memilih sepenuhnya kamu genggam.
Mikirin omongan orang? Duh kapan-kapan ya kalau nggak sibuk!
ADVERTISEMENTS
3. Kegagalan telah menjadi fenomena hidup yang biasa. Nggak perlu lagi drama apalagi putus asa saat kamu mengalaminya
Saat masih kecil dulu, kegagalan merupakan hal yang herus dihindari mati-matian. Kamu rela belajar sampai tengah malam agar tak perlu ikut ujian perbaikan. Pun saat kamu ingin masuk perguruan tinggi. Segala upaya kamu lakukan agar bisa masuk PTN dan nggak kalah dengan teman-teman yang lain.
Sedangkan saat kamu udah benar-benar dewasa, kegagalan menjadi suatu hal yang biasa. Cara pandangmu terhadapnya pun melunak. Ketika gagal saat membangun usaha atau proposalmu ditolak klien ya udah, coba buat yang baru lagi aja! Toh setiap orang pasti punya fase gagalnya masing-masing. Tak perlu dihindari seperti saat kamu masih kecil dulu.
ADVERTISEMENTS
4. Agar dicintai, kamu tak perlu lagi se-effort dulu. Sebab saat kamu udah dewasa, menjadi diri sendiri pun sudah cukup untuk bisa dicintai
Dandan harus maksimal tiap mau jalan. Bela-belain perawatan diri agar nggak bikin malu pacar setiap diajak jalan. Kalau diingat-ingat lagi, upayamu menjaga hubungan di masa lalu penuh dengan pengorbanan. Semua kamu lakukan agar pacar tetap setia dan mencintaimu seterusnya. Padahal sebenarnya kamu capek juga melakukan hal-hal ini.
Namun saat udah sepenuhnya dewasa, kamu tak lagi harus se-effort ini dalam mempertahankan hubungan. Apalagi kalau masih berstatus pacar. Duh mending waktu dan tenaganya dipakai buat keluarga dan kerjaan. Sebab makin kamu dewasa, kamu makin sadar bahwa menjadi diri sendiri adalah formula terbaik agar tetap dicintai. Toh kalau benar-benar mencintaimu, dia nggak akan buatmu kepayahan sendiri.
ADVERTISEMENTS
5. Target hidup jelas masih ada. Hanya saja ritme hidupmu akan jauh lebih selow daripada yang sebelumnya
Kata siapa menjadi dewasa itu melelahkan? Justru di fase inilah hidupmu akan berjalan lebih selow meski beberapa target upgrade diri masih jelas kamu punyai. Hanya saja dirimu sudah lihai mengatur ritmenya. Seperti nggak buru-buru menikah karena tahu sepenuhnya paham bahwa sesuatu yang dipaksakan nggak akan membawa kebermanfataan. Pun dengan buru-buru punya keturunan. Lah pasangannya aja belum ada gimana mau maksain punya?
ADVERTISEMENTS
6. Saat menengok ke belakang, kamu akan tersenyum dan berbangga diri. Ternyata dirimu mampu melewati semua proses yang melelahkan ini
Nggak seperti saat masih remaja, tapi momen ‘mengingat masa lalu’ saat kamu udah dewasa rasanya jauh lebih bikin lega dan bangga. Sebab kamu bisa melihat sejauh mana perjuanganmu sampai bisa berada di titik ini. Mematahkan keraguan yang selama ini memenjarakan kemampuanmu untuk berkembang dan berdiri gagah seperti saat ini.
Kalau hal-hal manis ini yang kelak akan kamu dapatkan, masa sih masih takut menjadi dewasa? Yakin nggak mau sedikit saja mengecap manisnya?