Dulu kamu pasti pernah memiliki sebuah buku tulis bersampul tebal, dilengkapi lubang kunci mungil di bagian sampingnya, tertutup rapat, terkunci, tersimpan di balik bantal, supaya hanya kamu yang bisa membuka dan membaca isinya. Tiap malam, kamu menuliskan apa yang terjadi pada dirimu di hari itu. Tentang sekolah, tentang sahabat, tentang kegiatanmu, dan tentu, makhluk manis yang pernah memikat hatimu.
Sayangnya, sekarang banyak dari kita yang sudah melepaskan kebiasaan itu. Mungkin, karena menulis tweet atau status di Facebook jauh lebih mudah dari menulis diary. Padahal diary atau buku harian bukan hanya kumpulan tulisan: ia adalah kehidupanmu itu sendiri.
ADVERTISEMENTS
Dalam jurnal atau buku harian, kertas-kertas adalah kaca. Membaca lembar-lembarnya adalah melihat cerminan dirimu yang sebenarnya.
Ketika kamu membaca buku-buku harianmu, kamu akan menemukan bahwa dirimu telah sangat berkembang dari dirimu yang dahulu. Ketika pertama kali masuk sekolah, pertama kali jatuh cinta, maupun pertama kali kamu ikut berkemah bersama teman-teman di alam terbuka.
Pada saat itu, kertas-kertas mati di depanmu berubah menjadi kaca. Kamu menjadi tahu siapa dirimu yang dulu, siapa dirimu yang sekarang, dan siapa dirimu yang sebenarnya.
Bukan hanya kaca, menulis buku harian sebenarnya juga usaha untuk membuat kehidupanmu abadi. Siapa tahu, buku-buku harianmu akan menjadi sebuah saksi sejarah yang bisa mengubah dunia, memberi informasi pada generasi mendatang tentang kehidupan zaman sekarang. Agak sedikit berlebihan memang, namun siapa tahu? Buktinya, buku-buku harian para veteran Perang Dunia II yang sudah berusia hampir satu abad, hingga kini masih disimpan dan dijadikan manuskrip, dipamerkan kepada khalayak, seakan mereka ingin mengatakan kepada dunia bahwa “seperti inilah hidup kami, para prajurit di medan perang“.
ADVERTISEMENTS
Membaca jurnal adalah pengingat bahwa masalah akan usai pada waktunya. Ketakutan bahwa ia berlangsung selamanya hanya ada di kepalamu saja.
Menulis jurnal membuatmu lebih menyukai diri sendiri, mencintai diri sendiri, membuatmu merasa berharga. Kamu akan ingat lagi bahwa tak ada masalah yang bertahan selamanya. Belajar dari pengalaman-pengalamanmu yang lalu, kamu bangkit untuk bisa lebih tegar menghadapi dunia.
Bayangkan jika kamu berhasil memenuhi buku harianmu dengan buah pikiran yang telah kamu ciptakan, cerpen, puisi, catatan perjalanan, atau bahkan hanya coretan-coretan ringan mengenai hari-harimu. Kamu akan menemukan bahwa dirimu ternyata bisa melakukan sesuatu. Berhasil menyelesaikan tulisan tersebut akan memberimu semangat untuk tumbuh.
ADVERTISEMENTS
Buku harian adalah bukti bahwa kita tak pernah sendirian. Di saat-saat paling tenang, pikiran dan tulisan sendiri bisa menjadi teman.
Mungkin kamu baru saja mengalami hal buruk ini. Kamu tak mungkin menceritakannya kepada orang lain karena terlalu pribadi, atau karena kamu tak ingin ceritamu membuat orangtuamu khawatir. Kamu bisa menghadapi rasa cemas yang sedang kamu alami dengan menulis jurnal. Tuangkanlah segala perasaan dan emosi yang kamu rasakan, hingga kamu tak perlu memendam rasa sedih dan masalahmu yang berat itu seorang diri.
ADVERTISEMENTS
Menulis jurnal bukan hanya soal kreativitas. Ia juga pengukur ambisi, seberapa jauh kamu sekarang dari mimpi.
Tuliskan strategi-strategi yang akan kamu lakukan agar bisa menggapai mimpi-mimpimu itu. Jurnal juga akan mengingatkanmu akan sesuatu yang harus kamu lakukan. Kamu akan menemukan ide-ide dan cara-cara baru yang sebelumnya tak pernah kamu bayangkan.
Atau dengan kata lain, menulis akan memancing kreativitasmu, sehingga kamu bisa dengan cepat menemukan pemecahan dari sebuah masalah yang sedang kamu hadapi. Ketika menulis, kamu diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan hati dan pikiranmu tanpa adanya penghalang. Jadi, menulis memungkinkanmu untuk mendengar suara-suara dari hati dan pikiran yang paling dalam.
ADVERTISEMENTS
Menulis Adalah Jalur Cepat Untuk Mengingat Sang Pencipta. Dengannya, Kamu Bisa Melatih Prasangka Baikmu Pada-Nya.
Ketika menulis, kamu akan benar-benar fokus pada dirimu dan tulisanmu. Sebuah tulisan yang kamu torehkan pada secarik kertas adalah murni merupakan pengalaman dan buah pemikiran yang ada dalam kepalamu, sehingga kamu bisa mengenal dirimu sendiri dan Sang Pencipta, sebagaimana tertulis dalam kalimat:
“Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.”
– Hadits Qudsi-
Meski sekarang banyak ditemukan berbagai macam peranti yang bisa mengganti buku harian seperti smartphone, gawai, maupun laptop, namun peranti-peranti tersebut sangat riskan untuk rusak. Berbeda dengan buku catatan biasa yang bisa dengan mudah kamu simpan dan rawat. Begitulah beberapa manfaat dari menulis jurnal, atau buku harian. Oke, saatnya kamu pergi membeli buku catatan, dan segeralah menulis.