Skripsi atau tugas akhir (TA) memang tak bisa dihindari. Mau tak mau, kamu yang mahasiswa harus merampungkannya jika tak ingin SKS yang sudah kamu kumpulkan selama 3 tahun berujung sia-sia. Pengerjaan skripsi memang menguras banyak tenaga. Butuh disiplin dan tekad baja jika ingin menuntaskan kewajiban ini tepat pada waktunya.
Tapi sebenarnya, tidak mustahil meraih gelar sarjana dalam waktu 3,5-5 tahun saja. Prestasi ini bukan hanya monopoli mereka yang genius otaknya. Mahasiswa manapun sebenarnya bisa.
Bagi kamu yang sekarang merasa stuck dengan skripsi, tenanglah: kamu tidak sendiri. Jangan sampai kesulitan yang kamu hadapi membuatmu malas dan akhirnya berhenti mengerjakan sama sekali. Butuh suntikan semangat tambahan? Semoga saja, 7 hal di bawah ini membantu menghidupkan kembali semangatmu yang padam.
ADVERTISEMENTS
1. Begitu ingin menyerah karena sulit, ingatlah biaya kuliah yang tak sedikit. Orangtuamu rela menyetor belasan juta agar kamu meraih gelar sarjana, agar hidupmu lebih baik dari mereka
Kamu tentu tahu bahwa untuk bisa duduk di bangku kuliah, biaya yang dianggarkan tak sedikit. Dari mulai uang gedung, uang SKS, uang kuliah tetap / SPP, hingga uang kost dan biaya hidup sehari-hari, orangtua tidak menyetor semua itu hanya untuk melihatmu berhenti mengerjakan skripsi. Apalagi, semakin lama waktu yang kamu butuyhkan untuk mengerjakan skripsi, semakin besar pula uang yang harus keluar dari rekening mereka.
Jika kamu ingin mengurangi beban Ayah dan Ibu, kamu wajib menuntaskan skripsi dalam waktu cepat. Memang mungkin setelah lulus kamu tak langsung mendapat pekerjaan, namun paling tidak, kamu tak lagi harus meminta uang kuliah dari mereka.
ADVERTISEMENTS
2. Waktu efektif untuk kuliah itu 4-5 tahun — lebih dari itu, mentalmu sudah terlalu dewasa untuk jadi mahasiswa. Mengerjakan skripsi jadi sesuatu yang “absurd” karena otakmu sudah ingin kerja saja.
“Ah, ini apa sih? Ngapain sih aku masih ngerjain beginian?”
(curhatan mahasiswa lama)
Waktu efektif untuk berkuliah adalah 4-5 tahun. Pada rentang waktu itu, semangat yang dimiliki masih membara karena memang kamu masih muda. Otakmu masih segar untuk menyerap ilmu baru dan masih betah membaca-baca berbagai referensi. Tebak apa yang terjadi ketika usiamu sudah hampir seperempat abad, dan kamu belum juga sarjana. Yup: kamu akan merasa jengah karena mentalmu sudah terlalu dewasa untuk jadi mahasiswa. Kamu tak lagi fokus mengerjakan skripsi karena otakmu sudah ingin kerja saja. Kalau sudah sampai level ini, merampungkan skripsi akan terasa tambah tak mungkin lagi. Makanya, sebelum kamu sampai dalam tahap ini, rampungkanlah skripsi dan tenangkan hati.
ADVERTISEMENTS
3. Petualangan baru selepas bangku kuliah sudah menunggu. Tawaran pekerjaan, beasiswa ke luar negeri, bahkan mungkin lamaran pernikahan — semua bisa kamu punya jika kelulusanmu tak tertunda
Tentu saja rentetan pengalaman baru telah menunggu setelah kamu menjadi sarjana. Puluhan lowongan pekerjaan menunggu untuk dijelajahi bahkan mungkin tawaran lainnya seperti beasiswa juga telah menanti. Kamu tentu sudah tak sabar ‘kan untuk mencicipinya? Inilah alasan mengapa kelulusanmu tak perlu lagi ditunda dan kamu harus menyelesaikan skripsi secepat yang kamu bisa.
ADVERTISEMENTS
4. Beberapa pekerjaan memiliki batasan usia untuk pelamar. Makin lama waktumu habis untuk skripsi, makin sedikit kesempatanmu untuk diterima di perusahaan mapan
Sebagian besar lapangan pekerjaan menetapkan batasan usia tertentu sebagai salah satu syarat mutlak saat melakukan perekrutan para karyawan. Makin lama kamu menuntaskan skripsi maka makin bertambah pula usiamu. Bukan tak mungkin ketika pada akhirnya kamu lulus nanti, peluang yang ada juga makin sedikit karena terbatasnya usia yang dimiliki.
ADVERTISEMENTS
5. Mampu menuntaskan skripsi merupakan bukti bahwa kamu mampu bertanggungjawab terhadap apa yang kamu kerjakan selama ini.
Skripsi adalah tanggung jawab yang harus diselesaikan sebelum gelar sarjana tersandang di belakang nama. Tak hanya itu saja, mampu menyelesaikan skripsi merupakan tanda bahwa kamu merupakan seorang pribadi yang berdedikasi, disiplin, mau bekerja keras, serta tak meninggalkan tanggung jawab begitu saja. Sehingga kesukaran apapun yang ditemui selama pengerjaan skripsi, kamu tak boleh lengah dan memilih untuk menyerah.
ADVERTISEMENTS
6. Skripsi yang bagus adalah skripsi yang jadi. Tak usah masterpiece, yang penting kamu tidak plagiasi.
Skripsi merupakan rangkuman hasil pemikiran serta pembelajaran yang telah kita dapat bertahun-tahun di bangku kuliah. Tak jarang karena menginginkan hasil yang sempurna, kita pun jadi tak kelar-kelar mengerjakannya. Hal inilah yang secara tak disadari memakan waktu yang lama. Padahal sebenarnya skripsi yang baik itu adalah skripsi yang diselesaikan hingga jadi. Tak perlu hasilnya sempurna (karena kita bukan mahasiswa S3), yang penting itu hasil jerih payahmu sendiri dan tak mengandung plagiasi.
7. Ayah dan Ibu tak sabar melihatmu berhasil menjadi sarjana, kamu tak perlu menunda momen untuk melihat mereka bahagia.
Melihat buah hatinya bisa berhasil meraih gelar sarjana merupakan kebanggaan tiap orang tua. Mereka akan bangga luar biasa ketika kamu mampu menyelesaikan pendidikan dan tak berhenti di tengah jalan. Ayah dan ibu akan merasa bahwa kerja keras mereka membiayaimu tak sia-sia. Jadi, jika mampu membuat mereka bahagia sekarang juga kenapa harus ditunda-tunda?
Semangat ya para pejuang skripsi, perjuanganmu sebentar lagi usai! 🙂