Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Dampak Bully

Perundungan atau bully bukan lagi hal asing kita dengar sehari-hari. Menyimak kisah perisakan di media massa bisa membuat bulu kuduk merinding. Kok bisa sih orang sekejam dan sejahat itu? Apa salah seseorang hingga ia dianggap pantas mendapatkan perlakuan itu? Apalagi sekarang zamannya media sosial. Perundungan tak lagi berbentuk fisik, tapi juga komentar-komentar yang kejam menusuk. Itu juga sudah termasuk perbuatan merundung dan menjatuhkan mental, yang seringkali kita nggak sadar.

Seperti biasanya setiap hari kamis malam, Hipwee mengadakan #Miscur alias Kamis Curhat di Instagram @hipwee . Kali ini topik yang dibahas adalah bullying alias perundungan. Mereka yang pernah menjadi korban menceritakan pilu dan sakitnya dirundung dan dijadikan tertawaan. Berikut kisah mereka, yang barangkali, kita juga pernah menjadi pelaku secara tak sengaja.

ADVERTISEMENTS

1. Menjadi korban perundungan kadang serba salah, karena melawan terkadang malah semakin parah. Akhirnya hanya bisa pasrah

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Mungkin banyak yang berpikir bahwa “kalau nggak mau dibully, ya lawan lah!”. Tapi kenyatannya tentu nggak semudah itu. Saat melawan, bisa saja perisakan justru semakin parah. Bahkan sekadar untuk speak up atas perundungan yang diterima pun butuh keberanian. Karena itulah, seringnya korban perundungan memilih diam dan pasrah atas keadaan.

ADVERTISEMENTS

2. Menjadi berbeda di masyarakat yang asing dengan perbedaan memang sulit. Padahal apa salahnya tak sama?

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Ada banyak alasan kenapa seseorang dirundung. Salah satunya karena dianggap berbeda dari apa yang umum di masyarakat. Padahal apa salahnya berbeda? Toh setiap orang memiliki cara hidup masing-masing.

ADVERTISEMENTS

3. Balas dendam paling elegan adalah dengan membuktikan bahwa mereka salah. Good job, kamu berhasil melakukannya!

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Pelaku perundungan bisa siapa saja, termasuk orang-orang terdekat kita. Perundungan juga tak melulu berupa kekerasan mental. Kata-kata tajam yang menjatuhkan juga termasuk tindak perundungan. Dianggap bodoh, diremehkan, dan dianggap nggak bisa apa-apa itu menyakitkan kan? Tapi balas dendam dengan prestasi. Buktikan bahwa mereka itu sok tahu dan salah~

ADVERTISEMENTS

3. Dampak dari perundungan nggak pernah sederhana. Seseorang bisa enggan keluar rumah karena perlakuan yang nggak menyenangkan itu

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Dirundung secara fisik memang menyakitkan. Tapi ada luka yang jauh lebih berbahaya. Rasa takut untuk bertemu orang lain, rasa ragu melakukan sesuatu karena merasa tak mampu, dan rasa ingin sembunyi terus karena merasa tak diinginkan itu menjadi luka yang nggak kelihatan. Kamu yang sedang di tahap ini, take your time. Kamu berhak atas waktu untuk menyembuhkan luka itu. Tapi ingatlah bahwa kamu sangat berharga.

ADVERTISEMENTS

4. Sakit hati memang bukan perkara sederhana. Menyembuhkan dendam juga tak semudah yang dikatakan orang-orang

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Sakit flu bisa disembuhkan dengan banyak obat. Tapi sakit hati hanya bisa disembuhkan oleh diri sendiri.

ADVERTISEMENTS

5. Seandainya pelaku perundungan tahu bahwa dampak dari perbuatannya bukan sekadar rasa malu

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Selalu ada hikmah dari sebuah kejadian. Bukannya memaklumi aksi perundungan, namun disakiti bisa jadi sebuah alasan untuk lebih baik dan lebih kuat lagi.

7. Ada yang bilang orang paling jahat bisa berasal dari lingkaran yang paling dekat…

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Memang berjuta kali lebih menyakitkan bila orang yang kita percaya justru mengkhianati. Kamu hebat, karena kamu tegak berdiri dan kamu bisa membuktikan pada mereka bahwa kamu bukan “hal” yang remeh, sama sekali.

8. Dikerjain habis-habisan dengan alasan bercanda, kalau malah malah dibilang baper. Sering terjadi…

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Ini juga bisa jadi pelajaran untuk kita semua. Bahwa toleransi bercanda setiap orang itu berbeda. Apa yang kita anggap lucu dan “cuma bercanda” bisa jadi menyakiti orang lain. Untuk kamu yang sering diledek dan dirundung dengan balutan “bercanda” jangan ragu untuk mengungkapkan sakit hatimu ya.

9. Kadang apa yang kita katakan itu memang menyakiti orang. Sedihnya, kita seringkali nggak sadar

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Mungkin banyak dari kita yang biasa bertanya pada teman “Kok kamu gendutan sih?” saat bertemu. Atau bisa saja bilang “Makanya kurusin badan, biar muat itu baju-baju lucu!”. Niatnya mungkin hanya bercanda, tapi kita kan tak tahu bagaimana dampak kata-kata itu bagi mereka. Berkaca dari kasus ini, yuk kita lebih menjaga lisan lagi 🙂

10. Nggak ada yang lucu dari sebuah penderitaan orang lain. Seharusnya…

Membalas Curhatmu: Cerita Korban Bully, dan Kita yang Tak Seringkali Tak Sadar Telah Menyakiti

Ini sih bukan hanya perundungan, tapi juga pelecehan. Mengherankan, bagaimana orang bisa menganggap hal-hal yang menyakiti orang lain sebagai sebuah kelucuan.

Sudah jelas perundungan adalah perbuatan jahat. Dampaknya nggak hanya luka fisik, tetapi luka mental yang jauh lebih mengerikan. Korban perundungan bisa mengalami trauma berkepanjangan yang berpengaruh pada kehidupannya, entah sampai kapan. Cerita-cerita ini mengingatkan kita untuk lebih hati-hati dalam bersikap dan berlisan. Yuk, say no to bully!

Ingin ceritamu dibalas juga? Jangan lupa ikuti #Miscur setiap hari Kamis di Instagram @hipwee .

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi