Selain selalu ingin mengikuti passion, karakteristik lain yang paling sering menyeruak dari generasi milenial adalah cepat move on dalam segala sesuatu. Tidak terkecuali dalam urusan kerja. Percakapan macam ini sering muncul dalam percakapan sehari generasi milenial,
“Kapan pindah nih jadinya?”
“Kapan resign?”
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mengagungkan loyalitas di tempat kerja, generasi Y merasa tidak ada yang salah dengan berpindah tempat kerja selagi mereka masih bisa. Tidak sepenuhnya buruk sih sebenarnya. Tapi kamu harus hati-hati jika punya jiwa “kutu loncat” dalam dirimu. Kalau tidak bisa mengatur diri, malah citra buruk bisa melekat nanti…..
ADVERTISEMENTS
1. Tekanan kerja bukan masalah besar buatmu. Tapi saat kebosanan kerja datang. Duh….di situ deritamu
Dihadapkan pada rutinitas pekerjaan yang itu-itu saja, membuatmu sering dihinggapi rasa jenuh. Terlebih buatmu yang tergolong pribadi cepat bosan. Seperti misalnya kamu yang mudah bosan ternyata diterima bekerja sebagai frontliner di sebuah bank. Pekerjaan tersebut tak ubahnya penjara bagimu. Setiap hari harus berdamai dengan ritme kerja yang terbilang kaku, mengenakan seragam, dan harus tetap tersenyum meski hati tengah nelangsa. Hingga resign pun menjadi jalan satu-satunya yang kamu pilih untuk mengakhiri kebosanan.
ADVERTISEMENTS
2. Waktu hampir menyerah, entah kenapa selalu ada pikiran pindah. Loncat tempat kerja bisa menyelesaikan masalah
“Duh…banyak banget kerjaan ya? Mau gila gue!”
“Ya udah…nanti bisa pindah kan? Kelarin aja dulu kontraknya.”
Saat dihadapkan pada kesulitan kerja, kamu tidak mencari jalan strategis untuk menyelesaikannya. Buatmu kesulitan kerja selalu bisa diselesaikan dengan pindah tempat kerja. Dengan mencari lingkungan baru, tantangan baru — semuanya akan baik-baik saja.
ADVERTISEMENTS
3. Bagimu, 3 tahun stay di tempat sama itu neraka. Setelah habis kontrak maunya langsung cabut aja!
Rutin berpindah kerja dalam kurun waktu 2 atau bahkan 3 tahun sekali menunjukkan kamu masuk dalam golongan kutu loncat. Hmm.. jangan tanya deh kamu yang baru 2 bulan udah pindah kantor aja.
Kalau sudah begini, perusahaan lamamu yang terkena imbasnya. Karena belum lama menghabiskan dana untuk training, sudah harus menyiapkan rekrutmen lagi.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu belum cukup kuat menerima kritikan. Padahal kalau kamu mau berusaha, kamu bisa menjadi pribadi yang jauh lebih berkembang
Tanda-tanda lain dari si kutu loncat adalah sukar menerima kritikan. Kalau kamu tergolong pribadi yang demikian, dapat dipastikan kamu tergolong pribadi yang mudah down saat dikritik oleh atasan atau rekan kerja. Kamu pun langsung merasa menjadi pekerja yang tidak berguna. Padahal kalau kamu menanggapi kritikan dari sudut pandang yang positif, kritikan bisa membuatmu menjadi pribadi yang lebih berkembang.
ADVERTISEMENTS
5. Selama ini kamu jarang punya teman dekat dari lingkungan kerja. Cukup kenal sekadarnya. Toh nggak bakal kerjasama lama~
Jika poin yang satu ini kamu banget, bisa dipastikan kamu lebih sering tenggo saat jam pulang tiba. Nggak ada agenda makan sama teman kantor ataupun karaokean sama mereka.
Tanpa kamu sadari, kamu lebih memilih untuk membatasi diri, enggan tertarik untuk membaur lebih dalam dengan rekan kerjamu. Alasannya karena kamu menganggap bahwa kantormu saat ini hanyalah persinggahan.
ADVERTISEMENTS
6. Di otakmu tujuan kerja itu bukan memberikan yang terbaik tapi cari pengalaman. Kalau sudah dapat apa yang diinginkan, resign jadi pilihan
Alih-alih berkompetisi dengan rekan kerja lainnya demi promosi jabatan, si kutu loncat justru punya pemikiran yang jauh lebih santai. Mereka tidak berambisi untuk naik jabatan karena yang dicari hanyalah pengalaman. Ketika pengalaman sudah ia dapatkan dalam kurun beberapa bulan atau paling lama setahun, maka ia akan mengajukan surat resign tanpa banyak pertimbangan.
7. Sebenarnya jiwa kutu loncat lekat dengan jiwa kreatif yang haus pengalaman baru. Sebisa mungkin pindah tempat demi memperluas koneksi
Sebagian besar mereka yang kutu loncat biasanya adalah pekerja kreatif. Mereka-mereka yang mudah bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Seperti misalnya desainer grafis yang merasa kemampuannya bakal stuck jika berlama-lama di sebuah perusahaan. Mereka biasanya memilih untuk berkelana dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Tujuannya supaya dia bisa belajar dan menimba pengalaman dari banyak perusahaan. Demi mengasah kreatifitas juga. Terkadang, menjadi kutu loncat nggak buruk-buruk amat kok. Jika tujuannya meluaskan wawasan dan menabung pengalaman.
8. Tapi kutu loncat suatu hari akan loyal juga. Entah saat dia membangun usaha. Atau ketika sudah menemukan perusahaan yang membuat jatuh cinta
Berkelana melintasi sejumlah perusahaan dengan latar belakang yang berbeda, justru semakin mengukuhkan apa yang sebenarnya dicari oleh si kutu loncat. Mereka tak ubahnya seorang playboy yang akhirnya settle down pada seorang wanita. Yup, setelah sejumlah perusahaan dia singgahi, pada akhirnya si kutu loncat pasti berlabuh pada sebuah perusahaan. Pada waktunya dia akan bersetia dengan sebuah perusahaan yang membuatnya nyaman, perusahaan yang memberi apa yang dia cari selama ini.
Tenang, menjadi kutu loncat nggak selamanya buruk kok. Selama kamu mematuhi rambu-rambu resign dengan baik, nggak masalah. Tapi, pastikan juga pada waktunya kamu akan berlabuh pada sebuah perusahaan yang membuatmu tak keberatan untuk menjadi karyawan yang loyal. Loyalitas tanpa batas.