“Duh, aku tadi kok pasang muka badmood gitu pas dia ngajakin ngobrol. Kesel nggak ya dia?”
“Gimana nih, ada satu orang di kantor yang kayaknya nggak suka banget sama aku.”
Apakah kalimat-kalimat itu familier di telingamu? Seberapa sering kamu merasa bersalah atas hal-hal yang sebenarnya di luar kuasamu? Wajar, terkadang kita memang sering merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan seluruh orang di dunia kok. Sering juga terbebani dengan berbagai kisah sedih dan merasa bersalah karena kamu merasa harusnya bisa melakukan sesuatu.
Empati kepada orang lain adalah sebuah keharusan. Namun itu tidak sama dengan otomatis merasa bertanggung jawab atas segala hal. Salah-salah kamu malah mengabaikan apa yang benar-benar tanggung jawabmu sendiri. Agar pikiranmu nggak semakin terbebani, yuk, mulai perhatian pada diri sendiri. Cara paling awal, berhenti merasa bertanggung jawab atas hal-hal ini.
ADVERTISEMENTS
1. Menanggung kesalahan orang lain karena kamu merasa lebih sanggup untuk itu
Didorong rasa tidak tega, atau mungkin kasihan, kita tergoda untuk menjadikan diri tameng untuk kesalahan orang lain. Mungkin kamu merasa lebih mampu untuk menanggungnya dibanding si pembuat kesalahan. Tapi itu bukan tanggung jawabmu untuk mengambil akibat dari perbuatan orang lain. Kalau kamu terus melakukan itu, yang ada dia malah nggak akan pernah belajar.
ADVERTISEMENTS
2. Memenuhi ekspektasi orang lain atas dirimu. Sebab ini adalah hidupmu, jalani saja semaumu
Terkadang hidup memang lucu. Kita hadir begitu saja di dunia dengan segepok ekspektasi orang di pundak kita. Ekspektasi dari orang tua, teman kerja, sahabat, dan orang-orang yang kita kenal. Senang memang diberi pandangan mampu melakukan hal-hal besar dan positif. Namun jangan sampai ekspektasi orang justru membebanimu. Kamu sama sekali tidak wajib menjadi apa yang orang inginkan, karena ini hidupmu.
ADVERTISEMENTS
3. Menjadi penengah seluruh konflik di sekitarmu. Toh, kamu bukan duta perdamaian dunia
Berada di tengah-tengah konflik memang membuat nggak nyaman. Suasana jadi awkward, dan sikapmu bisa dengan mudah disalahpahami. Misalnya ngobrol dengan A dianggap memusuhi si B, dan sebaliknya. Kamu pun jadi bingung harus bagaimana. Untuk hal-hal seperti ini tak perlu kamu jadikan beban pikiran. Tak perlu membatasi pergaulan, dan biarkan yang bermasalah menyelesaikan sendiri urusannya.
ADVERTISEMENTS
4. Bersikap baik kepada orang itu harus. Tapi membalas kebaikan yang dia lakukan bukan jadi kewajibanmu
Ketika seseorang bersikap baik padamu, membantu dan memberimu ini dan itu, muncul perasaan harus membalasnya. Kamu merasa nggak enak kalau nggak melakukan hal yang sama. Bersikap baik kepada orang lain itu wajib. Menolong pun harus jika kita memang mampu. Namun tidak lantas kamu punya tanggung jawab untuk membalas jasa atau memberikan barang-barang yang sama. Toh, kamu juga tidak memintanya.
ADVERTISEMENTS
5. Sebab setiap orang bertanggung jawab atas hidup masing-masing, menyembuhkan patah hati orang lain bukan tugasmu
Kamu baru saja jadian dengan seseorang. Kamu pun tahu bahwa dia pernah terluka begitu dalam sebelumnya, dan mungkin sampai sekarang belum sembuh sakit hatinya. Lantas kamu merasa bertanggung jawab untuk membuatnya bahagia dan sehingga luka hatinya bisa sembuh sepenuhnya. Tak perlu memberi dirimu sendiri tanggung jawab untuk itu. Karena perihal hidup, masing-masing seharusnya bertanggung jawab sendiri.
ADVERTISEMENTS
6. Menjadi sosok yang menyenangkan sepanjang waktu. Kamu juga berhak akan hari-hari badmood
Menjadi sosok yang ramah dan menyenangkan memang akan membuatmu disukai banyak orang. Mereka akan nyaman ngobrol dan berinteraksi denganmu. Namun ingat bahwa kamu juga manusia. Kamu juga berhak bersedih ketika menghadapi suatu masalah, badmood ketika ada sesuatu yang mengganggu pikiran, dan bahkan marah ketika tersakiti. Jadi, kamu tidak harus menjadi sosok yang menyenangkan setiap hari.
7. Membuat semua orang menyukaimu. Tanggung jawabmu adalah membuat kamu menyukai dirimu sendiri
Siapa yang nggak mau punya banyak teman dan disukai semua orang? Karena itu, selama ini kamu berusaha keras menjadi sosok yang menyenangkan, baik hati, selalu mengutamakan kepentingan orang lain supaya disukai. Padahal apa yang orang pikirkan tentangmu tak bisa kamu kontrol atau tentukan. Tak perlu sedih bila ada satu atau dua orang nggak menyukaimu, selama kamu menyukai dan menyayangi dirimu sendiri. Itu yang paling penting.
Menjadi orang baik dan membantu orang lain adalah tuntunan hidup yang harus diikuti. Namun baik hati dan terlalu baik tentu ada bedanya. Ingin berbuat sesuatu, tak berarti kamu harus bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain. Tanggung jawabmu adalah dirimu sendiri.