Beberapa orang menanyakan, “Kenapa kamu masih sendiri?” berulang kali. Bagi mereka kesendirianmu adalah hal absurd yang layak diteliti. Sekilas kamu punya banyak kelebihan. Jalan impian pun sudah tergenggam tangan. Bagi mereka hidupmu akan makin lengkap jika ada pasangan.
Sedikit tersenyum, kamu mengangkat bahu dan memilih menahan diri untuk bicara lebih banyak lagi. Ini bukan soal laku atau tidak laku. Bukan juga perkara apakah pintu hatimu terlalu susah diketuk dan dimasuki. Buatmu, momen sendiri ini adalah upaya menghargai diri. Sebab kamu layak mendapatkan sebaik-baik pendampingan — nanti.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Masa selibat ini bukan untuk semua orang. Perlu hati yang kuat dan tangguh menahan remang
Kamu pun mengangguk setuju jika ada beberapa momen yang membuatmu mesti memeluk diri sendiri. Ketika pekerjaan sedang banyak-banyaknya, waktu klien menghubungimu hingga tengah malam tanpa jeda. Di saat-saat macam ini kadang nyamannya berbaring di dada kanan atas seseorang terlintas di kepala. Memeluk pinggangnya, mendengar detak jantungnya rasanya bisa mengurangi kadar suntuk dalam kepala.
Perjalanan yang sepi ini memang bukan untuk semua orang. Perlu dia yang tangguh hati menghadapi sepi dan remang. Dibutuhkan kegigihan demi melibas semua gamang. Kamu, adalah pelintas yang sudah tuntas dihajar hidup yang kian jalang. Terkadang sepi memang datang — tapi daripada masuk ke hubungan yang salah sepi ini lebih terasa senyaman “Pulang.”
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Masuk dalam ikatan yang salah hanya mencipta payah. Sementara kamu sudah khatam soal sakit dan resah
You learnt it through hard ways tentang sakit dan nyeri hati. Hatimu pernah digenggam oleh ia yang tak tahu diri. Alih-alih memperlakukanmu dengan manis, ia malah menghentakkan hati dalam genggaman tanpa peduli kamu akan kesakitan sampai meringis. Pengalamanmu menghadapi ia yang tak mau melepas tapi tetap ingin terbang bebas ini membekas. Mulai saat itu kamu berjanji tak akan membuka hati kecuali bertemu orang yang klik — pas.
Kamu sudah hapal di luar kepala bagaimana rasanya menangis sampai tak lagi keluar air mata dan suara. Atau bagaimana hatimu seperti dihantam palu godam dengan kerasnya. Buatmu, momen-momen suram itu tak lagi ingin diundang kedatangannya. Masuk dalam ikatan yang salah jelas hanya akan mencipta payah. Sementara hatimu terlalu berharga untuk diinvestasikan pada orang yang salah.
ADVERTISEMENTS
Hatimu boleh kosong saat ini. Tapi ini adalah upaya paling terhormat untuk menghargai diri
Jika waktu SD dulu mengisi biodata saja membuatmu perlu menyisihkan waktu panjang untuk memikirkan rima kata, kenapa sekarang kamu yang sudah dewasa justru kehilangan daya sabarnya? Hanya karena hati yang kosong, kamu memilih masuk dalam ikatan yang kegelapannya setara dengan kegelapan gorong-gorong. Kamu kebakaran jenggot dan merasa dikejar deadline karena orang-orang di sekitar sudah merongrong.
Padahal semakin dewasa semestinya kita ini lebih mengerti bahwa kosong tak selalu harus disembuhkan dengan ‘isi.’ Bisa jadi membiarkannya melompong sementara jadi obat yang paling dewa. Sebab toh kita tak tahu kapan hati ini siap dimasuki ia yang baru. Membantunya tangguh menghadapi waktu tungu sama saja dengan memberi kesempatan untuk memacak ruang tamu. Menyiapkan sofa dan bantal terempuk untuk calon tamumu.
Kamu boleh sendiri dan jadi single fighter saat ini. Tapi ini adalah upaya teragungmu demi menghormati diri.Ini jauh dari anggapan bahwa kamu tak layak dicintai. Justru, kamu sedang berjuang menyelamatkan diri sendiri. Demi dia yang layak — nanti.
Perjalanan yangh bumpy membuatmu mengamini frasa sederhana ini:
Tidak ada hal baik yang datang dengan terburu-buru. Untuk itu kamu rela menunggu.