Seiring kamu semakin dewasa, bukan hanya tema obrolan dengan teman-teman saja yang berubah. Obrolan dengan orangtua pun mengalami perubahan. Dulu kamu rajin curhat soal pacar atau gebetan, sekarang mungkin kamu sibuk menghindar saat orang tua mulai tanya soal pasangan. Dulu kamu sibuk ngomongin gadget terbaru berharap dibeliin, sekarang mulai membahas investasi dan hal-hal finansial lainnya.
Dulu kamu dibilang anak kecil nggak usah ikut-ikutan. Sekarang kamu mungkin merasa ‘obrolan orang dewasa’ ini ternyata memang rumit dan sulit. Tapi mau tak mau, kamu harus tetap menjalaninya. Jadi kalau tema-tema ‘obrolan dewasa’ ini sudah kamu alami dengan orang tua, fix, itu tandanya mereka telah menganggapmu sebagai pribadi yang dewasa.
ADVERTISEMENTS
1. “Mama pengen dibeliin apa? Mumpung aku habis gajian nih…”
Dulu kamu akan sibuk bertanya “Paaa, beliin aku HP baru doong? Yang ini udah butut banget nih. Sinyalnya aja masih 3G!”, sekarang yang terjadi justru sebaliknya. Seiring kamu dewasa dengan kondisi finansial yang lebih mantap, keinginan untuk menyenangkan orang tua itu sudah pasti muncul. Dulu apa-apa minta dibelikan, sekarang kamu berharap bisa memberikan sesuatu. Kamu begini juga nggak?
ADVERTISEMENTS
2. “Bulan depan aku dapat jatah cuti nih. Nanti kita liburan sekeluarga yaa…”
Pekerjaan menuntutmu untuk pergi pagi pulang malam. Bertemu orang tua pun hanya saat sarapan dan sebelum tidur malam. Ngobrol agak panjang hanya bisa di weekend, itu juga kalau kamu nggak sibuk membuat rencana kencan atau hangout bareng teman. Karena itu saat ada long-weekend atau jatah cuti yang lumayan, kamu ingin menghabiskan waktumu bersama orangtua. Kamu yang merantau buru-buru memesan tiket pulang, supaya bisa segera berlibur bersama keluarga.
ADVERTISEMENTS
3. “Pa…dikurangi yaa minum teh manisnya. Bulan ini udah cek gula darah belum?”
Saat kamu sibuk bekerja dan mengejar cita-cita, nggak bisa disangkal kalau orang tuamu menua juga. Uban di kepala semakin bertambah, dan tubuh yang dulu tegap kini mulai ringkih dan membungkuk. Kalau sudah begini, kamu juga akan lebih aware soal kesehatan orang tua. Kamu mulai cerewet soal garam dan gula serta pola makanan sehat lainnya. Kamu paham betul bahwa orang tuamu sudah tua, sehingga kesehatannya butuh perhatian khusus.
ADVERTISEMENTS
4. “Udah dua tahun aku kerja, tapi kok gaji masih segini aja ya, Pa. Apa aku coba nyari yang lain aja?”
Orang tua menjelma menjadi teman bicara yang sepadan. Banyak hal yang bisa kamu diskusikan dengan mereka. Mulai dari macetnya jalanan, sampai hal-hal yang berhubungan dengan kantor. Kamu yang sedang galau soal pekerjaan, biasanya juga curhat pada orang tua. Meminta wejangan tentang keputusan yang kamu coba ambil. Nggak jarang juga kamu meminta tips-tips untuk menjaga semangat kerja, kepada orang tua yang sudah jauh lebih berpengalaman.
ADVERTISEMENTS
5. “Udah, tagihan listrik sama internet aku aja yang bayar. Papa bayarin air aja.”
Kamu yang tinggal serumah dengan orang tua juga nggak lagi merasa nyaman kalau semua-semua orang tua yang tanggung. Untuk membelikan mobil atau hal-hal mewah lainnya, kamau memang belum mampu. Bagaimanapun gajimu sendiri masih harus diatur dengan cermatnya. Tapi karena kamu sudah punya penghasilan sendiri, kamu merasa harus ikut berpartisipasi untuk menjalankan roda ekonomi keluarga. Misalnya dengan bertanggung jawab soal tagihan listrik dan internet, biar orang tua bisa mengurus sisanya.
ADVERTISEMENTS
6. “Ma, aku pengen ngajuin KPR nih. Sebulannya sejuta, jangkanya 12 tahun. Gimana menurut mama?”
Obrolan orang dewasa tak jauh-jauh dari masa depan. Dulu saat kamu masih remaja, masa depan terasa begitu jauh. Namun sekarang, rasanya justru sudah sangat dekat. Menyiapkan hunian yang membuat hari tua nyaman adalah salah satu prioritas. Untung saja sekarang sudah banyak program KPR yang bisa dimanfaatkan oleh kamu yang gajinya belum seberapa. Meski harus nyicil selama 12 tahun, setidaknya ke mana aliran gajimu setiap bulan terdeteksi dengan jelas dan ada bekasnya.
7. “Ma, asuransi yang paling bagus apa?”
Sama halnya soal KPR, kamu juga akan mulai bertanya-tanya soal asuransi kepada orang tua. Bukan karena mereka agen asuransi, tapi kamu mencari pendapat bijak untuk memilih asuransi apa yang bisa kamu pakai untuk merencanakan masa depan. Di momen ini kamu paham betul bahwa masa depan yang direncanakan saja terkadang masih keluar ekspektasi, apalagi yang dibiarkan mengalir begitu saja? Mumpung masih muda, kamu merasa harus mulai memikirkan jaminan-jaminan masa tua.
8. “Anaknya Tante Rini bulan depan nikah tuh, Kak. Kakak kapan?”
Selain soal finansial, kesehatan, dan rencana masa depan, masa dewasa tak akan jauh-jauh dari soal pasangan. Ah, kamu pasti sudah paham betul soal yang satu ini. Seiring usiamu bertambah, semakin banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke “Kapan nikah?”. Meski kadang jengkel, tapi tentu kamu tahu bahwa orang tua hanya ingin dirimu bahagia. Logikanya sangat sederhana, bila kamu sudah bekerja dan punya penghasilan yang ‘cukup’ apalagi yang dicari selain keluarga?
9. “Kak, harga sewa gedung resepsi tahun depan udah naik lho.”
Kamu juga harus tahu bahwa di momen-momen kritis ini, Mama akan punya seribu cara untuk menggiring percakapan ke persoalan pasangan. Tadinya membicarakan soal kurs Dollar yang naik, eh akhirnya malah membahas harga sewa gedung untuk resepsi. Tadinya membicarakan soal tren fashion terbaru, eh akhirnya malah membahas soal kapan Mama bisa pesan kebaya untuk lamaran. Tadinya membahas soal tetangga sebelah yang melahirkan, ujungnya bertanya kapan Mama bisa gendong cucu. Ah, begitulah memang orang tua, selama kamu masih asyik melajang.
10. “Nanti kalau udah pensiun, Papa sama Mama tinggal sama aku aja yaa…”
Semakin kamu dewasa, rasa melankolis menyangkut hubunganmu dengan orangtua pasti akan terus bertambah. Kamu tahu bahwa pada akhirnya harus hidup mandiri, karena orangtuamu tidak mungkin selamanya mendampingi. Di momen ini kamu mungkin saja dilanda galau antara ingin menikah tapi ingin juga mengurus orang tua di hari-hari tua mereka. Karena bila sudah berkeluarga, tak bisa dipungkiri kamu akan lebih fokus mengurus keluarga sendiri. Tapi janganlah lupa bahwa siklus kehidupan itu memang harus berputar layaknya roda. Sejak lahir orangtua membesarkanmu dengan penuh kasih sayang, akan tiba masanya juga kamu harus menjaga mereka layaknya bayi sampai peristirahatan terakhir.
Menjadi dewasa artinya kamu mulai menyikapi persoalan layaknya orang dewasa. Orang tua pun kini menjadi teman bicara yang sepadan. Orang tua semakin menua, kamu semakin dewasa. Sekilas obrolan orang dewasa memang berat dan menakutkan. Ada ketakutan ada kekhawatiran seiring bertambahnya kedewasaan. Namun semua itu adalah proses yang harus kamu lalui. Begitulah dunia yang terus berputar.