Sejatinya stereotip yang mengatakan perempuan merupakan makhluk lemah sudah lama melekat pada diri perempuan. Perempuan dianggap sebagai makhluk rapuh, cengeng, perasa, mudah terluka dan tidak dapat diandalkan. Seolah-olah itulah identitas perempuan yang sebenarnya.
Namun, hari ini perempuan-perempuan telah mampu mendobrak stigma tersebut. Segelintir dari mereka melawan arus dari aturan-aturan yang secara tidak resmi telah tertanam di masyarakat. Mereka sudah berhenti berkata-kata menggunakan mulutnya. Mereka lebih memilih diam dan diam-diam menghasilkan karya serta prestasi.
Sebagai seorang perempuan, tidak mudah untuk mematahkan stereotip yang terlanjur melekat bak bau badan itu. Satu kuncinya, ketahui potensi diri sendiri. Boleh dikatakan, perempuan saat ini jauh lebih rasional dibandingkan perasa. Dengan demikian, ia jadi paham potensi yang tertanam di dirinya. Satu rumusnya, boleh dengarkan perkataan orang namun tidak perlu terlalu dipikirkan.
Berikut beberapa poin yang mungkin dapat membantumu, para perempuan, untuk terus berkarya meski banyak yang tidak percaya.
ADVERTISEMENTS
Orang yang paling tahu kemampuanmu adalah dirimu sendiri. Terus fokus pada mimpimu, jangan toleh kanan kiri
Kamu adalah tuan dari dirimu sendiri. Kamu yang paling tahu kemampuanmu, akan dibawa ke mana perjalanan dirimu, dan akan singgah atau berhenti di mana perjalanan itu. Awalnya mungkin akan sedikit terasa cemas untuk melangkah, tapi lihatlah perempuan-perempuan yang ada di depanmu. Mereka semua bergerak maju!
Jangan toleh kanan maupun kiri, yang mana posisi mereka sama sepertimu. Jangan ragu, fokuslah pada mimpi dan bergeraklah untuk terus mengguratkan karya.
ADVERTISEMENTS
Kesampingkan rasa insecure. Makin lama kamu membanding-bandingkan dengan pencapaian orang lain, kamu akan semakin jatuh
Bukan saatnya lagi untuk merasa insecure karena kurang cantik, kurang ideal dan kurang segalanya. Kamu berharga. Berhenti membanding-bandingkan diri. Semua orang memiliki pencapaian masing-masing, maka bangunlah pencapaianmu sendiri. Usaha, kerja keras dan doa adalah kuncinya karena menjadi perempuan mandiri memang tidak pernah mudah.
Teori memang terdengar mudah tapi sekalinya kamu mencecap manisnya keberhasilan, kamu tidak akan pernah menyesalinya.
ADVERTISEMENTS
Jangan mau dikotak-kotakkan. Memeroleh jabatan dalam pekerjaan adalah hal wajar
Perempuan tidak boleh memiliki jabatan lebih tinggi dari laki-laki. Perempuan seharusnya hanya menjadi sekretaris atau sekadar tukang tulis. Tidak! Perempuan juga mempunyai hak yang sama. Jangan mau dikotak-kotakkan. Mendapatkan jabatan di pekerjaan kamu yang sekarang adalah hal wajar.
Melangkahlah penuh percaya diri dan berikan yang terbaik pada pekerjaanmu.
ADVERTISEMENTS
Jangan terhanyut dengan perkataan sinis tentang kodrat perempuan. Perempuan dilahirkan bukan untuk bertanggung jawab atas segala aktivitas rumah tangga
Kodrat perempuan adalah memasak, mengepel, menyuci dan bertanggung jawab atas segala bentuk aktivitas rumah tangga. Salah besar! Semua yang tadi disebutkan bukanlah gender-based skill melainkan life-based skill yang dapat dilakukan baik perempuan maupun laki-laki. Kodrat perempuan hanya empat saja yaitu menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
Jika ada orang mengatakan kodrat perempuan kembali ke dapur, sesungguhnya perempuan mampu lebih daripada itu.
ADVERTISEMENTS
Beranilah keluar dari zona nyaman, yang sesungguhnya tidak membuatmu benar-benar aman dan nyaman
Sejatinya, zona nyaman tidak selamanya nyaman. Terkadang, zona yang kamu anggap nyaman itu justru menjerumuskan. Kamu akan terus berkutat pada stigma-stigma tentang perempuan. Perempuan harus ini, perempuan harus itu. Yang ada kamu tidak dapat berkutik karena segala sesuatunya dibatasi dengan nilai-nilai kesepakatan. Apakah kamu akan melepaskan begitu saja mimpi-mimpimu?
Kamu para perempuan beranilah menentang stigma dan keluarlah dari zona nyaman.
Perempuan, kalian sebenarnya bisa melalui batasan-batasan tersebut. Tidak akan ada yang menghentikanmu jika sudah bertekad penuh. Sesungguhnya berkarya itu membutuhkan kenyamanan dan ketenangan, bukan kekangan. Ayo, kita bergerak bersama!