Putus memang menyesakkan dada. Terlebih buat kamu yang menghabiskan waktu dengan sang mantan bukan dalam waktu yang sebentar. Tak terhitung berapa banyak momen yang kamu bagi bersamanya. Bersama dia, kamu tak segan membagi tawa lepas dan tangis haru.
Bersamanya, kamu menjadi pribadi yang lebih dewasa. Semakin jauh hubungan, obrolan kalian berkembang dari sekadar candaan menjadi perbincangan masa depan. Hingga suatu ketika, kata putus membenamkan segudang rencanamu bersamanya.
ADVERTISEMENTS
Mulanya kamu yakin dia adalah jodohmu. Dia, yang kamu percaya sebagai teman terbaik untuk merangkai masa depan
Membahagiakan memang ketika bisa menemukan pacar yang tak hanya sekadar untuk berbagi kesenangan. Dengannya kamu tak segan berbagi kesedihan. Saat terpuruk sekalipun, peluknya mampu menenangkan tangismu. Bagimu, dia lebih dari sekadar tempat untuk bersandar, tapi juga partner yang cocok untuk membicarakan masa depan. Kamu bahkan sudah membayangkan dia sebagai orang yang akan kamu tunggu kepulangannya di setiap hari. Seseorang yang bisa kamu ajak mengobrol kapan pun, tanpa harus menunggu di akhir minggu. Dia, seseorang yang sudah kamu anggap sebagai jodohmu.
ADVERTISEMENTS
Teruntuk hubungan kalian, keluarga dan sahabat sudah menyertakan restunya. Anggapan mereka kalian sudah cocok bersama
Kalian berdua serasi banget sih. Udah, buruan nikah aja deh!
Banyak yang bilang, restu keluarga dan kerabat berpengaruh pada langgengnya hubungan. Mereka mendukung kamu dan dia untuk segera menuju pelaminan. Tak sedikit teman yang menganggap kamu dan dia begitu serasi. Perkara menyatukan dua keluarga yang bagi banyak pasangan bukanlah hal mudah, tak berlaku dalam hubungan kalian. Kamu mudah untuk berbaur bersama keluarganya, pun dia begitu akrab dengan keluargamu. Segalanya begitu berjalan dengan mudahnya. Semesta nampak sudah merestui hubunganmu dengannya.
ADVERTISEMENTS
Sayang, Tuhan tak berkenan menyatukan kamu dengannya. Dia yang dulu kamu panggil sayang, berubah menjadi sang mantan
Tidak akan ada perpisahan, jika kamu dan dia masih ingin bersama.
Entah dia atau kamu yang berubah, suatu ketika hubungan kalian tak lagi sama. Masalahnya hanya satu, dia tak lagi menginginkan kalian bersama. Hingga akhirnya kata putus menjadi gerbang awal dari perpisahanmu dengannya. Dia, seseorang yang sudah kamu yakini sebagai jodohmu, nyatanya tak tertakdirkan untukmu. Menyakitkan memang, dia yang dulu kamu panggil sayang, kini harus kamu ingat sebagai mantan.
ADVERTISEMENTS
Butuh waktu untuk mencernanya perlahan. Ungkapan bahwa putus adalah untuk berhenti saling menyakiti, belum bisa kamu terima saat ini
Putus itu sederhana, sesederhana berhenti untuk saling menyakiti.
Tak mudah memang menerima ungkapan di atas. Berusaha mempertahankan hubungan dan menerima perpisahan, nyatanya sama-sama menyakitkan. Berhari-hari kamu butuh waktu untuk sendiri. Tak terhitung berapa banyak bulir air hangat yang membasahi pipi. Meski sahabatmu datang untuk membagi peluk yang menguatkan, tapi kamu tetap tidak bisa untuk tidak memikirkannya. Kamu masih menyimpan harap untuk kembali bersama dengannya.
ADVERTISEMENTS
Kamu yang tengah berlarut dalam kesedihan, mungkin belum juga sadar. Tanpanya kamu pun berhak untuk memperjuangkan masa depan
Jadikan luka patah hati sebagai sarana untukmu menjadi pribadi yang lebih produktif.
Sesungguhnya kamu tak perlu berlarut meratapi perpisahanmu dengannya. Bersama atau tanpanya, kamu masih punya sederet impian yang memanggil untuk segera kamu usahakan. Perlahan tapi pasti, kamu perlu untuk menata hati. Cobalah untuk belajar mengikhlaskan dia. Mungkin saja dia dan kamu akan lebih bahagia ketika tak lagi bersama. Lagi, jadikan luka patah hati sebagai sarana untukmu menjadi pribadi yang lebih produktif.
ADVERTISEMENTS
Karena putus kamu jadi punya waktu untuk mengembangkan diri. Banyak hal bermanfaat yang bisa kamu lakukan yang lebih dari sekadar memikirkan dia
Mulailah untuk mengisi waktu luangmu dengan kegiatan yang bermanfaat. Agar dengan sendirinya galau perasaan tak lagi mendera dirimu. Berbagai kegiatan di luar sana bisa jadi begitu menyibukkan. Bertemu orang baru, bergabung dengan komunitas baru, semuanya akan memberimu energi positif. Dengan waktu yang ada pula, kamu layak menjajal keahlian baru. Waktumu terlalu berharga dihabiskan hanya untuk berdiam diri saja.
Menggalau perasaan sesungguhnya hal yang sepele, jika dibandingkan dengan kewajibanmu akan satu hal, yaitu membahagiakan orangtua
Galau karena mantan, susah move on dari dia, sesungguhnya adalah hal yang sepele. Sesuatu yang seharusnya tidak kamu pikirkan berlarut-larut. Coba kamu ingat, kapan terakhir kali kamu membahagiakan orangtua? Mungkin kamu lupa bahwa banyak dari waktumu selama ini dihabiskan hanya bersama sang mantan. Hingga akhirnya kamu menyadari bahwa perpisahanmu dengannya menyadarkanmu akan satu hal:
Dia sudah kuikhlaskan. Ini saatnya membahagiakan ibu dan ayah.
Tidak ada yang perlu kamu sesali dari perpisahanmu dengan mantan. Setidaknya, kamu dan dia pernah berjuang bersama. Biarkan nantinya kamu dan dia mencecap manisnya keberhasilan, meski dari tempat yang berbeda.
Curhatin aja kegalauan kamu ke Dwitasari, si penulis buku Kekasih Terbaik, hihi.