Baik ke diri sendiri/ Illustration by Hipwee via hipwee.com
Sepertinya agak naif jika dalam menjalani hidup kita terbebas dari yang namanya mengeluh. Sesuka apa pun dengan bidang yang digeluti, secinta apa pun dengan pelajaran yang dipilih, seniat apa pun dengan setiap keputusan yang dibuat, pasti ada satu momen di mana diri ini merasa lelah dengan keadaan. Agaknya itu wajar dan bisa dirasakan oleh banyak orang.
Hal tersebut nggak salah kok, kehidupan itu kadang sulit untuk diprediksi. Fasenya pun bisa dengan cepat berubah, perasaan up and down itu normal, apalagi jika dikaitkan dengan proses mencapai tujuan yang selama ini didambakan. Dulu, aku sempat berpikir kalau jadi orang dewasa pasti punya banyak keuntungan; bisa beli ini-itu dengan uang sendiri, memutuskan pilihan hidup secara mandiri, nggak dianggap anak kecil lagi, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
Akan tetapi, kalau ditanya sekarang, mungkin kamu juga sepakat kalau jadi dewasa itu menuntut kita untuk bertanggung jawab pada setiap keputusan yang diambil. Hih… rasanya mau teriak di telinga yang bilang jadi orang dewasa itu menyenangkan!
ADVERTISEMENTS
Dengan tujuan yang masih samar-samar, aku sering kali hanya punya keyakinan bahwa bekerja keras adalah kewajiban
Satu hal yang dikhawatirkan saat bertambah usia, banyak orang yang ingin hidup nyaman hingga bebas secara finansial. Namun, anggapan itu realitanya nggak semudah membalikkan telapak tangan. Ada usaha di sana yang harus dilalui satu demi satu, perjalanannya pun nggak instan. Anggapan usaha yang keras akan mencapai kesuksesan seolah jadi tertanam di pikiran. Pahitnya, aku jadi nggak sadar kalau ternyata sudah terlalu keras dengan diri sendiri.
Kalau masih kuliah atau menempuh pendidikan mungkin aku masih bisa mengetahui pencapaian apa di tahun berikutnya “Satu tahun lagi magang, selesaikan tugas akhir, dan lulus”. Namun, coba kalau sudah bekerja, beberapa orang jadi samar-samar melihat target ke depannya di kehidupan mereka.
Saking sulitnya memprediksi, beberapa memilih untuk jalani dulu sampai menerima kejutan lain yang diberikan oleh Tuhan. Hal inilah yang kemudian aku pahami, bahwa sekuat apa pun kita berusaha untuk mencapai sesuatu, ada beberapa hal yang berjalan di luar kendali dan itu nggak bisa dipaksakan terjadi.
ADVERTISEMENTS
Jujur pada diri sendiri dan mengakui kelemahan bukan berarti akan mengurangi nilai dalam diri kok
Mengasihi diri sendiri bukan berarti menganggapnya menjadi rendah. Namun, dengan menyayangi kekurangan yang ada akan membuat hati lebih tentram dan menerima keadaan.
Pelan-pelan aku mulai hilangkan perkataan “Kamu harus bisa melakukan hal itu karena dia bisa,” diganti menjadi “Nggak semua hal harus membuat aku jadi ahli. Terima kalau memang manusia itu ada batasnya.”
Rasa lelah pasti ada, kalau aku mau mengeluh dan meluapkannya tak masalah. Sesekali cahaya pun bisa redup jika setiap hari digunakan untuk menerangi banyak orang. Namun, mereka akan kembali seperti semula jika energi yang telah habis terisi sepenuhnya.
Katanya aku takut untuk menceritakan emosi yang dialami. Sebenarnya bukan itu alasannya, hanya saja aku tak ingin membuat seseorang berada di situasi sulit. Namun, mau sampai kapan? Mereka nggak akan mengerti kalau hal itu tak disampaikan secara pribadi.
Aku pun mencoba untuk terbuka dengan perasaan, sesekali menunjukkan kelemahan kepada orang terkasih nyatanya nggak mengurangi nilai diri, justru membuat perasaan menjadi lebih lega, bukan?
Mirip dengan cahaya/ Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
Perasaan takut gagal itu wajar, tetapi juga perlu dikendalikan supaya nggak bikin overthinking setiap malam
Kegagalan memang bisa bikin trauma bagi sebagian orang, apalagi kalau kasusnya kamu merasa sudah memberikan perjuangan penuh untuk itu. Kalau begini, banyak yang akhirnya menyalahkan diri sendiri. Merasa dirinya nggak pantas, selalu punya kekurangan, dan membandingkan dengan pencapaian orang lain. Namun, hei! Gagal itu hal yang normal, pesohor dunia pun sebelum namanya menjadi legenda sempat merasakan kegagalan juga.
Pemilik raja industri hiburan Amerika Serikat, Walt Disney pernah mendapat 302 penolakan ketika mencari investor yang bersedia membiayai pembangunan Disneyland. Kolonel Harland Sanders dengan resep KFC-nya mengalami kegagalan berkali-kali saat menciptakan resep 11 bumbu rahasia untuk ayam goreng renyahnya. Ia bahkan ditolak 1000 investor kala mencoba menjual resep tersebut. Usahanya pun berbuah manis, baru tepat di usia 73 tahun ia menjadi seorang jutaan dengan menjual perusahaan seharga 15 juta dollar.
Dari kegagalan, aku akhirnya belajar bahwa ada hal yang memang perlu diperbaiki. Daripada fokus terhadap penolakan, bukankah lebih baik untuk atur strategi perihal tindakan selanjutnya? Ingatlah pemikiran yang ada di kepala itu bukan realita. Kadang aku terlalu fokus ke hal yang sebenarnya belum terjadi dan menjadi pesimis di awal. Sedihnya, rasa khawatir berlebih mampu membuat kita nggak percaya dengan kemampuan diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
Ada beragam cara untuk mulai menyayangi apa yang ada pada diri kita. Aku akhirnya memulai untuk menulis penerimaan diri setiap harinya sebagai rasa syukur
Mencintai diri sendiri adalah upaya untuk menghargai dan menerima kehidupan sehari-hari dengan bahagia. Merefleksikan diri merupakan cara yang paling umum untuk mengalihkan perhatian saat kita mulai menghakimi. Kemudian, mencoba untuk mengakhiri hari dengan menulis tiga hal yang membuat bahagia di hari tersebut bisa dilakukan. Selain bisa menjadi metode curhatan, juga mampu membuat diri sendiri lebih bersyukur dengan pencapaian yang didapat.
Memiliki emosi yang negatif secara nggak langsung akan memengaruhi segalanya, termasuk keluarga, karier, hubungan, hingga kesehatan. Maka dari itu, perlu menerapkan teknik sederhana seperti membatasi waktu berpikir ke hal pemimis. Lalu, mengalihkannya ke sesuatu yang lebih menenangkan, seperti membaca buku, mendengarkan musik atau memasak. Mempunyai jiwa yang bahagia sepenuhnya diatur oleh diri sendiri, kalau bukan kamu siapa lagi?