Beberapa hal yang tadinya sangat biasa berubah jadi kemewahan seiring kita dewasa. Bisa pergi nongkrong kapanpun dimau, bertemu para sahabat setiap kali dihantam rindu, hingga menjadwalkan pertemuan pasca ada sembilu yang rasanya meremukkan hatimu. Semua enteng sekali dilakoni. Dulu.
Tapi tanggung jawab dan kesibukan sebagai orang dewasa mengubah ekuilibrum perkawanan yang dulu kalian punya. Entah kapan dimulainya, ikatan perkawanan tak lagi sama. 6 hal ini yang paling terasa. Dan kita-kita sebagai pelakonnya harus bisa terima.
ADVERTISEMENTS
1. Pertemanan bukan lagi soal siapa yang bertahan paling lama. Namun perkara siapa yang tetap terhubung meski sudah tak lagi sama
Tumpukan paper dan kesibukan praktikum di bangku kuliah, tantangan menyelesaikan skripsi, hingga kegiatan kepanitiaan dan komunitas yang diikuti membuatmu jadi pribadi yang tak sama lagi. Idealisme dan visimu terbentuk di sini. Keberpihakan pun jelas mulai terbaca arahnya, tak lagi condong ke kanan-kiri.
Saat sudah masuk ke dunia profesional, apalagi. Tataran ideal yang diyakini harus terhantam kenyataan yang ternyata tidak semudah itu jalan tengahnya dicari. Di titik ini kamu yang dulu selow dan ceria bisa berubah jadi pribadi kritis yang banyak bertanya. Mengkritik apapun yang ada di depan mata.
Dalam masa-masa mencari titik keseimbangan baru, pertemanan pun diuji. Kamu yang bekerja di NGO bisa merasa kawan yang bekerja di pertambangan dan bank kapitalis sekali. Buatmu yang pekerja korporasi, sahabatmu yang aktivis NGO malah tampak idealis dan kepala batu. Tak bisa menerima perubahan, pikirmu.
Di titik ini puluhan tahun hubungan pertemanan bisa jadi tak berarti. Perubahan bisa menggiring beberapa orang pergi. Menyisakan mereka yang mau mengerti.
ADVERTISEMENTS
2. Lekatnya pertemanan tak lagi bergantung pada frekuensi tatap muka. Berbulan-bulan bercakap virtual saja, kalian tetap merasa sama dekatnya
Group chat jadi andalan untuk menyatukan frekuensi pertemanan. Bertimpal guyonan, saling bertanya kabar, sampai update keadaan kini bisa dilakukan tanpa harus saling bertatapan. Dan entah bagaimana caranya dengan cara ini pertemanan tetap bisa bertahan.
Meski tidak bisa langsung bertatap muka beberapa ikatan toh akan tetap terasa sama hangatnya. Setelah berbulan-bulan hanya saling bertukar cerita, kalian akhirnya bertemu lagi dan masih tetap merasa dekat seperti biasa. Pertemanan bertransformasi seiring usia yang makin dewasa. Bertemu langsung bukan jadi keharusan yang membuat ikatan bertahan lama.
ADVERTISEMENTS
3. Beberapa ikatan perkawanan berakhir dengan sendirinya. Bukan salah siapa-siapa. Kalian hanya sudah berjalan di track berbeda
Menatap mata sahabatmu yang dulu tumbuh bersama, ada rasa gamang yang absurd dalam dada. Ada sesuatu yang aneh dalam ikatan kalian berdua. Kamu jelas mengenal dia lebih drai siapapun yang ada di dunia. Dia pun mengetahui rahasia terbesarmu sampai ke versi paling gelapnya.
Tapi ada sesuatu yang tak lagi sama.
Hidup berkembang, perkawanan berubah, target dan mimpi juga terus berpindah. Saat kamu bertanya apa yang salah, tolong jangan mengacungkan jari dan merasa marah. Bukan kalian tak mau berjuang agar tak pisah. Tapi memang beberapa ikatan lebih baik berakhir agar tak mencipta payah.
ADVERTISEMENTS
4. Kehadiran pacar atau pasangan, anehnya, bisa mempengaruhi persahabatan. Ikatan Ini bukan lagi cuma soal kalian
Mulai munculnya orang-orang baru yang punya peran penting dalam hidup masing-masing menggeser sumbu pertemanan yang selama ini lekat. Kehadiran pacar atau pasangan harus diakui membawa perubahan. Sahabat yang dulu hanya menceritakan masalahnya padamu kini membagi problem yang sama kepada orang yang dicinta.
Bukan kamu lagi orang paling penting dalam hidupnya.
Namun kasus yang terjadi pun bisa sebaliknya. Selepas bertemu orang yang bisa menciptakan getar hangat di dada — pada orang inilah kamu lebih sering membagi cerita. Poros duniamu kini berbeda. Keberadaan sahabat jelas masih ada di tingkat utama — namun ada rasa sayang yang berbeda pada orang lain yang setara pentingnya.
Berkaca dari hubungan perkawanan yang tak lagi sama selepas masing-masing memiliki pasangan, kalian pun menyadari bahwa persahabatan bukan lagi cuma soal kalian. Diperlukan orang-orang sekeliling yang tepat untuk membuat hubungan ini bertahan.
ADVERTISEMENTS
5. Melihat kawan mulai menikah dan punya anak duluan ada rasa aneh yang sulit dijelaskan. Kamu pun sadar melewati tiap fase bukanlah perlombaan
Meski mulai di garis start yang sama tidak lantas membuat kalian seragam dalam fase hidup lainnya. Melihat kawan-kawan mulai menemukan pasangan, memutuskan berhenti lalu membangun hidup bersama, bahkan punya anak bersamanya membuatmu kerap merasa tertinggal jauh dari mereka.
“Gue yang terlalu santai, atau mereka yang terlalu cepat ya?” jadi pertanyaan yang kerap berputar di kepalamu. Ditinggal menikah, jadi oom dan tante dari anak teman-temanmu membuka kesadaran. Hanya karena belum mengalami fase seperti mereka tidak lantas berarti kamu tertinggal.
Hidup, pada akhirnya adalah rentetan dari berbagai pilihan. Sekarang kamu sudah berjuang di lahan lain yang tak berhubungan dengan perasaan dan keturunan. Tak perlu pula merasa ingin cepat menyusul dan tertekan — sebab toh ini bukan perlombaan.
ADVERTISEMENTS
6. Pada akhirnya, perkawanan butuh usaha agar bertahan. Ini bukan doorprize yang didapat karena keberuntungan
“Kebetulan aja nyambung terus sampai sekarang..”
Bisa jadi jawaban standar yang kamu keluarkan setiap orang bertanya apa yang membuatan ikatan perkawananmu lama bertahan. Namun sesungguhnya tidak ada faktor keberuntungan dalam sebuah ikatan. Kamu dan kawan-kawan sungguh ambil bagian agar ikatan ini tak hancur di tengah jalan.
Menimbrungi percakapan group chat di tengah kesibukan, menyempatkan mampir ke acara kumpul-kumpul setelah lelah bekerja seharian, sampai mengeset alarm agar tak lupa hari penting kawan jadi lem yang melekatkan sebuah hubungan.
Meski tak merasa berjuang, sesungguhnya ikatan ini bertahan karena diusahakan. Kalian adalah perjuang tangguh yang menghargai ikatan.