“Ah aku nggak suka sama Dina. Dia itu ambisius.”
“Gimana ambisiusnya emang?”
“Dia itu selalu melakukan sesuatu secara sempurna, ingin apa-apa yang terbaik, apa yang dia mau itu seakan harus dia dapat dengan cara apapun. Kan ngeselin.”
Pernah ngedumel seperti ini? Punya temen yang kamu rasa bersifat ambisius dan kamu nggak nyaman dengan dia atau mereka?Atau jangan-jangan banyak temenmu yang berkomentar kalau kamu adalah seorang ambisius? Satu hal yang harus kamu tahu, ambisius tidak selamanya buruk. Justru kalau dilakukan dalam batas normal akan menghasilkan hal yang bagus untuk kehidupanmu. Jadi ati-ati, jangan pernah ngerasa anti dengan orang model begini. Lalu, ambisius itu apa? Dan apa untungnya? Kita bahasa sama-sama ya.. Yuk mari!
Ambisius itu kata sifat dari ambisi. Dan kata yang satu ini tentu berbeda dengan obsesi. Dan satu hal lagi, konotasinya nggak selalu buruk kok
Ambisius itu kata sifat dari ambisi. Sementara ambisi sendiri merupakan suatu dorongan dalam diri yang memacu seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang baik dengan tujuan yang ingin ditempuh. Dan pada hakikatnya, setiap individu harus memiliki ambisi untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik dari kondisi yang saat ini tengah dijalani.
“Ambisi itu sesuatu yang baik, setiap orang harus memilikinya. Karena ambisi merupakan cita-cita atau apa yang ingin dituju atau roh seorang manusia untuk survive dalam hidupnya. Kalau orang tidak memiliki ambisi, berarti dia tidak mengisi kehidupannya,” kata psikolog ternama, Tika Bisono MPsi Psi, dilansir dari okezone.com
Ambisi itu cenderung melakukan sesuatu secara sempurna, asal nggak sampai makan temen sih nggak papa. Mengendalikan ambisi dengan baik itu yang jadi PR-nya
Para psikolog sepakat, memiliki sifat ambisi itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Balik lagi ke ambisius yang merupakan kata sifat, jelas ada positif dan negatifnya. Ambisi positif dimiliki oleh mereka yang ingin berprestasi dengan baik dan menghasilkan karya terbaik. Sementara ambisi negatif itu sebuah ambisi yang tak sebanding dengan potensi yang dimiliki, sehingga akan memaksakan segala cara. Intinya, ketika kamu punya ambisi, kamu juga harus sadar akan potensi diri sendiri. Ambil cermin dulu ya…
Bersyukurlah kamu yang ambisius. Karena pasalnya, orang-orang ambisius justru lebih bertanggung jawab pada mimpi yang mereka ciptakan sendiri
Karena setiap orang bahkan butuh ambisi untuk mengejar keinginan dalam mencapai sesuatu atau kemauan untuk mencapai sukses. Adakah orang sukses yang nggak ambisius? Satu hal yang mesti kamu percaya, mereka yang ambisius justru punya gairah ekstra dan hasrat kuat untuk meraih apa yang mereka sebut cita-cita. Mereka akan selalu bersedia sepenuh hati, sekuat tenaga demi mewujudkan ambisinya itu tadi. Ketika kegagalan menyapa, kamu yang ambisius tak akan mudah putus asa. Pemilik sifat ambisius juga piawai memanfaatkan waktu demi mencapai tujuan yang benar-benar diinginkan.
Walau terkesan licik, kamu yang ambisius pastilah masuk golongan cerdik. Ambisius tanpa wawasan jelas tak masuk akal, karenanya mereka selalu haus akan pengetahuan
Karena mereka butuh seribu satu cara untuk meraih apa yang jadi tujuan mereka, tentu mereka butuh pengetahuan ekstra. Itulah kenapa mereka biasanya orang-orang pintar yang suka menimba ilmu. Tak hanya itu, kaum ambisius juga kebanyakan memiliki disiplin tinggi dan karakter pekerja keras yang melekat dalam dirinya. Nah, ambisius yang buruk itu ketika kamu nggak bisa mengontrol caramu untuk mendapatkan mimpi-mimpimu, segala cara kamu halalkan untuk kepentinganmu. Ketika kamu nggak segan mengalahkan orang lain dengan merugikan mereka, disitulah letak salahnya. Asal nggak ada yang rugi, ambisimu nggak perlu dikurangi.
Sifat ambisiusmu masih normal ketika kamu bisa senang saat temanmu berbagi kesenangan. Dan tak hanya kesusahan saja yang kamu bagikan pada sekitar
Biasanya, mereka yang ambisius merasa tak senang saat temannya merasa senang. Sebab, merasa tersaingi karena rasa ambisiusnya menuntut harus menjadi terbaik. Tapi, kalau kamu bisa mengendalikan perasaan ini dan masih memiliki sifat humanis dengan berempati ikut berbahagia atas suka cita yang temanmu dapatkan, kadar ambisiusmu masih wajar dan normal. Satu tanda lagi, dalam meraih ambisi, tentu ada halangan yang menghadang untuk meraih apa yang kamu sebut mimpi. Tak hanya halangan, kelebihan jelas turut andil dalam hal ini. Ketika kamu mau berbagi susah dan senang secara seimbang kepada sekitar, maka tak ada yang perlu kamu khawatirkan. Ambisius berlebih hanya akan berbagi susah tanpa berbagi kesenangan, lantaran ingin menyimpang keunggulan diri sendiri dengan harapan melemahkan orang lain.
Terakhir, kamu tetap harus berhati-hati, ambisius berlebih akan berdampak pada gangguan kesehatan seperti stres, depresi, dan bunuh diri
Sadari dan pahamilah beberapa ciri-ciri yang menandakan bahwa ambisiusmu sudah melangkah ke luar jalur. Ketika kamu makin egois dan ingin menang sendiri, saat kamu tak mau mengaku salah dan selalu membuat orang lain merugi, waktu kamu tak mampu lagi berempati dan cenderung minim rasa belas kasihan, kamu makin tak sabaran dan ingin semuanya cepat selesai, kamu tak lagi peduli proses dan ingin semua kamu raih dengan cara instan. Kalau begini jatuhnya malah ke obsesi. Saking menggebunya meraih keinginan yang ternyata nggak seimbang dengan potensi diri, nantinya malah berdampak pada kesehatan dan kejiwaanmu lho. Kamu bisa stres, depresi, atau bahkan bunuh diri. Hati-hati ya..
Dari beragam sisi positif dan negatifnya, sifat ambisius ini sejatinya bukanlah sebuah hal yang mutlak buruk kan? Asal kamu masih bisa mengontrol kadarnya saja. Ambisius itu bukan ingin memiliki segalanya, tapi yang hanya jadi fokus, cita-cita dan mimpinya saja. Kalau segalanya, namanya jadi serakah. Ambisius yang wajar itu sadar akan potensi diri sendiri, kalau pokoknya harus memiliki, itu namanya jadi obsesi. Jadi kesimpulannya, ambisi itu pada dasarnya baik, selama kamu bisa mengendalikan dengan baik pula. Selamat memupuk ambisi dalam diri.