Sulit bahagia/ Illustration by Hipwee via hipwee.com
Adik-adik yang masih baru jadi bapak atau mungkin bapak-bapak yang sedang mengalami masa krisis, seringkali mungkin merasa bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan hingga membuat bapak menyesali beberapa hal atau mungkin malah sampai menyalahkan diri sendiri gara-gara keadaan tersebut. Saya pernah baca dari artikelnya Alicia M. Rodriguez tentang alasan-alasan yang membuat kita menderita. Saya akan coba menyimpulkan melalui artikel ini.
Ada kalimat bagus di situ yang menarik perhatian saya “Kabar buruknya, penderitaan itu kita sendiri yang menciptakan. Kabar baiknya, penderitaan itu kita sendiri yang menciptakan.”
Menurut saya ini dalam banget sih, dengan kata lain kita bisa mengontrol penderitaan apabila kita tahu caranya. Sudah pasti tulisan ini datangnya dari banyak sumber yang sulit saya sebutin satu-satu, anggap aja ini adalah artikel campur-campur dari banyak buku dan video yang saya lihat kali ya.
Ini yang menurut saya paling penting. Bapak sering salah berekspektasi atau tidak tahu batasan ekspektasi bapak. Sebelum sampai ke ekspektasi, bapak cari tahu dulu deh, dari semua aspek kehidupan batas cukup bapak itu segimana sih? Bapak mau anak bapak minimal seperti apa, keuangan cukupnya di angka berapa, pertemanan batas dasarnya seperti apa, pekerjaan suasananya seperti apa, dan lain sebagainya. Tapi, bukan harapan yang muluk-muluk, sebatas cukupnya dulu aja. Setelah itu, lupakan ekspektasi apalagi ekspektasi ke manusia, udah amsyong itu mah. Batasin aja semua hal yang bisa bapak kontrol, apabila ternyata melebihi dari batas cukup bapak, maka bapak akan bahagia.
ADVERTISEMENTS
Melupakan “kata hati”
Kata hati/ Illustration by Hipwee
Biasanya kita mudah percaya dengan kata-kata orang yang memang kita percaya, tapi pengalaman hidup mereka kan beda bener ya sama kita, pas kita ikutin sarannya ternyata gagal buat kita. Bapak kudu tahu betul diri bapak, jangan pernah menganggap orang lain lebih tahu bapak dibanding bapak sendiri. Mau bukti? Bapak pasti punya rahasia yang hanya bapak dan Tuhan aja yang tahu. Itu tandanya bapak adalah orang yang paling mengenal diri bapak. Tuhan Sang Pencipta sudah menitipkan “kata hati” sebagai wujud Sang Maha Mengetahui. Apabila bapak bingung dan mentok, tanya langsung ke diri sendiri dan berkomunikasilah dengan Sang Pencipta.
ADVERTISEMENTS
Playing victim
Kita sering kali minta dimaklumi atas kelalaian kita dengan menunjuk sebuah kesalahan yang seolah-olah di luar kontrol kita. Contohnya, “Duh maap nih telat, macet”, kan macet juga udah saban hari. Dengan kebiasaan ini bapak akan selalu merasa menjadi korban atas keadaan. Di saat bapak tidak menemukan excuse atas sebuah kejadian, bapak bakal stres karena pola pikir bapak selalu menyalahkan situasi, padahal suatu saat nggak ada yang bisa disalahkan. Saran saya di saat bapak melakukan kesalahan nggak perlu kasih tahu penyebabnya, cukup minta maaf dan akui itu salah bapak saja. Dengan begitu bapak akan melatih diri untuk lebih preventif, ibaratnya dalam hati “Jangan sampe gue minta maaf,” sehingga bisa menghindari melakukan kesalahan.
ADVERTISEMENTS
Tidak open minded
Beda tipis sama skeptis, biasanya hal ini terjadi karena pengalaman buruk yang pernah bapak lewati. Pengalaman itu bisa jadi guru terbaik, tapi kabar buruknya pengalaman juga bisa membuat orang menutup semua kemungkinan baik yang akan datang. Saya baca di bukunya pak Ary Ginanjar, seekor hiu kelaparan ditaruh di satu akuarium dengan anjing laut, tapi akuarium tersebut dikasih sekat kaca. Tiap kali hiu mau nyikat si anjing laut, dia kebentur di sekat kaca yang transparan itu sampai kalau nggak salah hiu itu mencoba tujuh kali kejedot akhirnya dia nyerah. Lalu sekat kaca tersebut dibuka dan si hiu berenang bareng sama anjing laut tanpa ada percobaan untuk nyikat lagi. Kenapa? Karena pengalaman.
Hiu dan anjing laut/ Illustration by Hipwee
Tutup pengalaman buruk bapak karena pengalaman itu melibatkan banyak variabel yang sifatnya dinamis. Mungkin dulu bapak masih bodoh, tapi sekarang bapak udah belajar banyak dari semua aspek kehidupaan. Jadilah orang yang open minded meskipun dulu di saat bapak membuka hati dan pikiran untuk seseorang bapak mengalami pengalaman buruk. Ingat, kita adalah human being, dalam bahasa inggris “being” adalah present continous tense yang artinya ‘sedang’ menjadi manusia. Kita masih berproses menjadi manusia sampai kita mati dan proses itu menyakitkan. Jangan jadikan pengalaman buruk bapak sebagai parameter untuk menutup kesempatan atau cara pandang bapak terhadap orang lain.
ADVERTISEMENTS
Kagapay attention
Sering banget kita nggak pay attention to the detail, dari hal sederhana misal istri ngajak ngomong kita ha he ho aja. Nanti pas istri nagih kita nggak ingat, jadi prahara tuh, Pak. Belum lagi ditambah sama masalah multitasking, yang mana berdasarkan riset emang laki-laki sulit multitasking. Jadi, sebaiknya bapak bikin skala prioritas, sadar diri kalau bapak hanya bisa fokus di sedikit hal. Bapak harus benar-benar pay attention sama hal-hal yang bapak jadikan prioritas.
Menurut saya banyak sekali penderitaan terjadi karena kita kurang detail sama hal-hal yang menurut kita sepele. Saya kasih contoh satu lagi ya, misal saat bapak bikin janji sama orang jam 1 siang hari Senin, di saat yang bersamaan ternyata bapak udah ada janji juga sama istri untuk ambil rapor anak. Siapa yang harus dikorbankan? Dua-duanya penting untuk bapak dan jika salah satu dikorbankan, maka hal ini akan melukai integritas bapak. Integritas bapak rusak, maka point of view orang ke bapak juga akan berubah. Timbullah stigma bahwa si Bapak Anu nggak bisa diandalin. Di saat bapak nggak bisa diandalin, bapak akan merasa nggak berguna, menderita deh… Hiks. 🙁
Komplain melulu
Komplain terus/ Illustration by Hipwee
Udah deh… ini mah ilangin aja pak. Emang kalau bapak komplain doang keadaan akan menjadi lebih baik? Ada satu quote bagus dari Maya Angelou. Beliau bilang gini “If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your attitude. DON’T COMPLAIN!”. Duh, ini tajam banget. Silakan bapak komplain kalau memang komplain bapak tujuannya untuk mengubah keadaan lebih baik, tapi kalau komplain bapak gara-gara cuaca panas terus bikin bapak jadi rungsing emang dikata Tuhan akan bilang “Ooohhh, si bapak rungsing gara-gara cuaca panas, baik akan ku ubah cuaca menjadi sejuk”? Pak udah pak, ini bakal bikin bapak menderita dalam semua hal. Ini ultimate sih. Kalau nggak percaya coba bapak lihat teman bapak yang kerjanya komplain melulu. Kasian tahu, dia kaga bisa nikmatin hidup.
Segitu aja dulu kali ya. Nanti kalau emang ada kesempatan saya nulis lagi di Hipwee Premium, saya akan bahas lebih dalam lagi point by point. Terima kasih Hipwee udah kasih saya kesempatan buat saya nulis artikel di sini.
Bapak2 medioker atau secara umur udah gak muda tapi belum tua2 amat yang punya visi agar bapak2 se-Indonesia lebih disayang istri, anak, boss, orang tua, mertua, saudara, kerabat dan handai taulan.