Hai Bu, apa kabar?
Sudah lama diriku tak bersua denganmu. Kesibukkan saat ini yang telah menyita waktuku sukses membuat jarak di antara kita. Tak aku sangka sebenarnya, karena aktivitas yang sehari-hari dilakukan akan berakibat seperti ini. Dirimu dan aku jadi jarang bertemu, bahkan bertegur sapa pun demikian halnya.
Setiap saat tak bosan aku selipkan doa untukmu dan diriku. Berbagai kesalahan dan kekurangan yang ada dalam diri ini menjadi kekuatanku untuk mendoakanmu. Aku tahu Tuhan selalu mendengarkan hamba-Nya, maka tak pernah aku lupa untuk menyebut apapun itu tentang kita.
Apa yang sekarang aku lakukan untukmu kenyataannya memang belum mampu menyaingi pemberianmu. Segala keikhlasan dari hati dan upaya membesarkanku hingga sekarang tak akan pernah dapat terbalas. Namun, aku tak pernah bosan berupaya melakukan yang terbaik untukmu. Segala rasa kesal dalam hati dan malas pun aku coba lewati. Karena diriku tahu bahwa apa yang aku lakukan ini belum seberapa.
ADVERTISEMENTS
Sadar bahwa tak mungkin aku ada di dunia ini tanpamu. Sebisanya, aku akan berusaha menuruti apa yang kamu mau.
Aku terlahir ke dunia karena dirimu, Bu. Kamu telah berjuang melawan sakitnya proses persalinan dan itu membuktikan bahwa kaulah segalanya. Kekuatan yang menyertaimu ini merupakan anugerah Tuhan dengan upayamu untuk melahirkanku. Aku tak akan pernah bisa membayangkan seperti apa perjuanganmu saat itu.
Aku sadar bahwa tak akan pernah bisa menyamai kegigihanmu demi diriku. Aku pun berusaha untuk menuruti apa yang kamu mau. Meski kadang tak sesuai dengan keinginan sendiri, tapi aku pun mengalah dan mencoba menerima pilihanmu. Memang kemauanmu jauh dari keinginan diri ini, tapi ketika itu terjadi aku berupaya memikirkan jalan keluarnya. Ada cara-cara sehalus mungkin yang aku lakukan, guna menyelaraskan perbedaan ini. Semoga kesepakatan nanti adalah yang terbaik untuk kita bersama.
Â
ADVERTISEMENTS
Sesekali malas menuruti perintahmu mungkin hal yang biasa. Tapi sekuat tenaga, aku berupaya agar tak membuatmu kecewa.
Jujur, saat menerima segala perintah dan pernyataanmu seringkali memunculkan keluhan dalam hati. Keluhan tersebut kadang hanya sesaat, tapi mampu membuatku kesal setengah mati. Namun aku sadar, bahwa apa yang membuncah dalam hati ini tak pantas bersarang.
Ya, karena itu berarti aku tak tahu malu dengan apa yang selama ini dimiliki. Hidup berkecukupan hingga aku bisa seperti sekarangtak lain karena dirimu, Bu. Aku yang tumbuh dewasa, matang, dan mandiri ini tak pernah lepas dari jasa-jasamu.
Pada akhirnya keluhan ini aku telan dan singkirkan secara perlahan. Agar aku dapat memahami dirimu lebih jauh dan tak membuatmu kecewa. Aku harap kamu selalu bahagia dan senyuman indah senantiasa mengiringi kebersamaan kita.
Â
ADVERTISEMENTS
Mengemban amanahmu memang bukan hal yang mudah. Tapi, aku tak putus asa karena inilah caraku membalas segala yang kau berikan padaku tanpa kenal lelah.
Sebagai orangtua, dirimu selalu menginginkan yang terbaik untukku. Beragam amanah kau berikan kepadaku untuk mengembannya dan belajar bertanggung jawab. Berat rasanya, karena amanah tersebut langsung diberikan darimu kepadaku. Aku yang dulu masih sangat polos dan belum tahu apa-apa, mencoba mengerjakannya dengan sepenuh hati.
Kadang, aku merasa lelah dan putus asa dalam menjalaninya. Aku berusaha untuk melawan keputusaan tersebut demi memberikan yang terbaik untukmu. Hati dan pikiran ini sadar bahwa hal tersebut masih merupakan hal kecil yang hingga kini baru aku persembahkan kepadamu, Bu. Aku tak ada apa-apanya dibanding dirimu.
Â
ADVERTISEMENTS
Apa yang aku lakukan ini mungkin belum seberapa jika dibanding dengan apa yang telah kau berikan. Namun, aku berjanji untuk mempersembahkan yang terbaik.
Aku memang belum bisa sehebat dirimu, yang telah banyak memakan asam dan garam kehidupan. Apa yang selama ini terjadi denganku, masih jauh sekali dengan yang kau alami. Ya, aku belum ada apa-apanya dengan dirimu. Tapi, aku hanya ingin mempersembahkan yang terbaik. Setiap kalimat sapa, masakan dan minuman buatanku, hingga karirku nanti dapat membuatmu selalu tersenyum. Tersenyum karena keceriaan yang aku lakukan untukmu, ibundaku yang cantik. 😉
Â
ADVERTISEMENTS
Bu, inilah aku. Anakmu yang mencintai dan menyayangimu sepenuh hati. Maaf jika rasa ini belum sehebat cinta dan kasih yang kau miliki.
Semua anak pernah khilaf. Ya, aku pun pernah melakukan kekesalahan padamu. Kesalahan yang disadari maupun tidak. Aku senang dengan caramu menegurku, karena aku tahu bahwa hal itu merupakan upayamu menyadarkanku.
Harus kuakui bahwa rasa kesal saat kamu memarahi cukup menjengkelkanku. Namun percayalah aku tetap mencintai dan menyayangimu sepenuh hati. Keluhan yang ada dihati, kekesalan yang pernah terucap, dan berbagai hal-hal negatif yang ada dalam diriku mohon dimaafkan.
Jangan bosan untuk mengingatkan dan membimbingku ya, Bu. Karena kau merupakan sosok yang tak  tergantikan dan tak akan pernah sanggup aku balas jasa-jasamu. Aku selalu mencintai dan menyayangimu, Bu. Walau aku yakin perasaan ini belum sehebat seperti yang dimiliki olehmu.
Hai Bu! Terima kasih telah membacanya.
Maaf jika masih banyak yang belum tertulis. Begitu banyak yang ingin diutarakan, namun aku bingung mengungkapkannya dengan kata-kata. Memang benar kasih sayang dan cintamu tak akan pernah bisa diganti dengan apapun. Bahkan, untuk menceritakannya pun tak akan pernah bisa lengkap. Terima kasih telah menjadikanku seperti sekarang ini. Tanpamu, aku bukan apa-apa dan maaf tak bisa sehebatmu hingga kini. AKu mencintai dan menyayangimu, Bu. 😉