Artikel ini terinspirasi oleh @adahannia, pemenang hari ke-30 #30HariTerimaKasih dari Hipwee. Hayo, sudahkah kamu beryukur hari ini?
Aku berhutang pada mimpi-mimpiku. Merekalah alasanku untuk segera bangkit dari tempat tidur begitu terjaga di pagi hari. Merekalah jawaban yang bisa kuberikan pada diri sendiri saat aku bertanya untuk apa aku menjalani hidup ini. Dan ketika aku jatuh terperosok ngarai dalam, mimpi-mimpi itulah yang membuatku cukup kuat untuk bertahan.
Mimpi-mimpi ini bukan hanya untukku saja. Tak melulu hanya aku yang ingin kubuat bahagia. Ada wajah mereka, orang-orang yang pertama kali mengajarkan aku tentang pengorbanan dan cinta, yang terpatri dalam kepala — ada senyuman mereka yang ingin kukejar sebelum salah satu dari kami menutup mata. Dan apalah detik-detik yang dikaruniai padaku ini, jika tidak kugunakan untuk berbagi dan mengubah diri jadi lebih baik lagi?
Aku tak bilang mewujudkan mimpi itu gampang. Justru sebaliknya: yang kutemui adalah jalan berkelok dengan kerikil dan debu tajam.
Namun aku akan terus berusaha — pegang kata-kataku dan lihat saja. Aku bukan orang yang akan mengibarkan bendera putih dengan mudahnya. Karena aku percaya, mimpi jadi paling berguna ketika mereka menjadi nyata.
ADVERTISEMENTS
Kadang aku ingin mengangkat tangan dan berkata, “Sudah — sudah.” Namun aku selalu teringat mereka yang untukku berjuang tak kenal lelah
Aku beruntung dibesarkan dalam keluarga yang mengenal cinta. Meski kami pun punya momen perselisihan juga, aku paham bahwa mereka selalu ada untukku jika aku memerlukannya. Ayah-Ibu membanting tulang demi biaya sekolah dan makanku. Walau aku tak minta pun, kadang mereka masih memberi sesuatu.
Untukku mereka berjuang tanpa lelah. Memberiku isyarat, tak ada kata cepat menyerah. Ibuku pun pernah terperosok lubang di masa lalu, bahkan mungkin lubang yang lebih dalam dari lubangku. Namun, beliau memilih untuk terus maju — ia tak ingin berhenti dan diam dalam lubang selamanya, karena ingin membuatku bahagia. Tak hanya ibu, ayah dan saudara-saudaraku yang lain pun juga. Demikian pula dengan teman-temanku, yang selalu menyemangati agar aku bangkit dan berusaha lebih keras lagi.
Merekalah kartu As yang selalu bisa diandalkan saat aku sedang menghantam batu karang. Karena mereka, setiap kali muncul hasrat ingin menyerah, aku selalu bilang: “Jangan, jangan sekarang.”
ADVERTISEMENTS
Seindah-indahnya mimpi, ia paling berguna saat sudah menjadi nyata. Aku berjanji, akan terus berusaha
“Mimpi itu bukan buat dipelihara. Tapi diwujudkan jadi nyata.”
Mimpi boleh setinggi-tingginya, seindah-indahnya. Namun mereka akan tetap jadi mimpi saja tanpa usaha untuk mewujudkannya jadi nyata. Padahal, mimpi jadi paling berguna baru saat sudah diwujudkan si empunya. Mimpi jadi sarjana paling berguna ketika bisa benar-benar mengantarkan pemiliknya menjadi sarjana. Mimpi bertemu dia yang menggenapi baru terasa indahnya saat sosoknya sudah datang menghampiri. Dan mimpi-mimpi itu takkan jadi realita, jika aku berhenti mengusahakan mereka.
Itulah kenapa aku tak akan berhenti. Tidak saat ini, tidak esok hari. Hingga aku bisa mewujudkan cita-cita tak akan aku kendorkan segala usaha. Aku yakin, suatu saat mimpiku pun bisa menjadi paling berguna.
Suatu hari di masa depan yang dekat ini, aku akan merasakan manisnya hasil usaha. Tunggulah, kau lihat saja.