Di depan meja debat dalam suasana kompetisi argumen, bukan hanya kekuatan debat yang diandalkan untuk mengalahkan lawan. Tapi juga permainan mental, yang membuat lawan menjadi ragu pada argumennya sendiri. Bila sudah begitu, lawan akan memasuki celah dan memenangkan kompetisi. Di dunia nyata, tidak jarang orang melakukan berbagai hal untuk menjatuhkan orang lain. Entah itu untuk aksi pertahanan diri, ataukah sekadar agar bisa menjadi yang paling cemerlang.
Tidak hanya itu, dalam sebuah hubungan asmara yang manis dan romantis, bisa juga terjadi persaingan dominasi. Apakah kamu yang harus ikut kataku, ataukah aku yang harus ikut apa katamu. Pada akhirnya, ada satu orang yang kalah, tidak berkembang, dan tersingkir dengan sukarela.
Karena setiap manusia berhak berkembang dan menjadi yang terbaik versinya, waspadai 8 cara yang bisa dilakukan orang untuk menjatuhkanmu ini.
ADVERTISEMENTS
1. Kalimat “Kamu gila ya?” dan “Mungkin kamu berhalusinasi” bisa membuatmu meragukan kepercayaanmu pada diri sendiri
“Katanya kemarin kamu lembur di kantor.”
“Iya. Emang kenapa, sayang?”
“Aku kok lihat kamu sama Tika di Mall.”
“Hah? Kamu gila ya? Orang aku di kantor sama bos. Ah, kamu salah lihat kali.”
Dalam psikologi, taktik ini disebut dengan gaslighting. Yaitu sebuah cara yang tujuannya adalah membuatmu meragukan penglihatan, pendengaran, ataupun pengalaman duniawimu sendiri. Dengan kalimat-kalimat yang merujuk pada ‘ketidak-masukal-anmu’ ini, dia berusaha membuatmu berpikir ulang. Cara ini biasanya berhasil lho. Siapa yang nggak keder kalau dibilang hanya berhalusinasi saja. Ujung-ujungnya kamu juga jadi mempertanyakan kewarasanmu sendiri. Deuh.
Kalau kamu terjebak dalam situasi ini, perhatikan siapa yang sedang kamu hadapi. Bagaimana karakternya, adalah cara pertama untuk kembali mempercayai realitasmu sendiri. Bila dia terkenal tukang bohong dan hobi lepas tanggung jawab, seharusnya kamu tidak percaya. Selain itu, untuk membuktikan bahwa kamu tidak halusinasi, kamu bisa mencari saksi-saksi lain yang bisa kamu mintai pendapat.
ADVERTISEMENTS
2. Fitnah memang lebih kejam dari pembunuhan. Tapi menyalahkan orang lain atas apa yang dilakukannya masih sering terjadi dalam kehidupan
“Kan kita sepakat buat ngumpul jam 7, kenapa baru datang jam 9?”
“Ya habis gimana dong, semalam kamu kan telepon sampai malam banget tuh. Aku jadi bangun kesiangan!”
Fitnah adalah menuduh seseorang melakukan apa yang tidak dia lakukan dengan tujuan menjatuhkannya. Sementara itu, ada satu taktik lagi yang tidak kalah berbahaya, yaitu, menjadikan perbuatan orang lain sebagai pembenaran atas apa yang dia lakukan. Karena kamu A, wajar dong kalau kamu B. Masyarakat patriarki selalu melimpahkan kesalahan kepada perempuan-perempuan yang memakai baju minim ketika pelecehan seksual terjadi, seolah-olah karena mereka memakai rok mini lantas mereka boleh dilecehkan. Pasangan selingkuh dengan alasan pasangannya terlalu posesif dan tidak pengertian. Pegawai yang malas menyalahkan sistem perusahaan yang katanya kurang oke demi menutupi ketidak-produktifannya.
Inti dari taktik ini adalah untuk menghindari dari kesalahan dan menutupi kekurangannya dengan membuat orang lain yang bersalah. Terjebak di situasi ini akan membuatmu merasa tidak enak, dan bahkan kamu akan setuju bahwa memang kamu yang bersalah. Mengubah karakter orang yang sering menyalahkan orang lain ini tidak mudah. Karena itu satu-satunya cara adalah menghindarinya. Yakinkan dirimu bahwa kamu adalah sosok yang independen, sehingga kamu tidak perlu terjebak dalam dunia yang dia susun sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Argumen yang melebar ke mana-mana terkadang bukan karena dia tidak tahu apa-apa. Bisa jadi itu caranya untuk mengganggu fokusmu dan membuatmu pusing sendiri
Sebuah diskusi atau perdebatan yang sehat, menjaga agar tidak out of topic adalah mutlak perlu. Namun ada kalanya kamu mendapati lawan debatmu membuat counter argumen yang tidak jelas. Awalnya membahas tentang prediksi cuaca, tanpa kamu sadari, perdebatan sudah melebar ke hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan cuaca. Seringnya, orang mengatakan bahwa argumen yang tidak fokus dan melebar ke mana-mana adalah tanda bahwa dia tidak terlalu menguasai materi. Istilah mahasiswa-nya, nyepik doang. Tapi ini juga bisa menjadi taktik untuk mengacaukan konsentrasi lawan. Salah satunya adalah dengan menyerang sisi personalmu, bukan lagi argumenmu. Hingga akhirnya kamu sendiri bingung sebenarnya apa yang sedang kalian diskusikan.
Sebuah diskusi harus mematok batasan yang jelas sehingga tidak melebar ke mana-mana. Bila kamu merasa argumen lawanmu sudah keluar jalur dan tidak ada hubungannya dengan topik awal, katakan saja. Minta dia jelaskan kaitan logis antara argumennya dengan topik yang kalian diskusikan di awal. Bila itu tidak juga dipenuhi, dan dia membuat argumen yang lebih melebar lagi, ya sudah. Tinggalkan saja.
ADVERTISEMENTS
4. Sikap seolah bisa membaca pikiranmu, lalu mengambil kesimpulan begitu saja dan mempercayainya. Niatnya jelas, untuk membuatmu bersalah
“Maaf Pak, menurut saya cara itu tidak bisa diterapkan. Karena pada kenyataannya di lapangan masih–”
“Jadi menurutmu saya nggak bisa berpikir yang logis dan rasional?”
Meski sampai sekarang belum ada bukti ilmiah bahwa seseorang bisa membaca pikiran orang lain, tapi di dunia nyata memang ada orang yang hobi bersikap seolah-olah bisa membaca pikiran orang lain. Ketika kamu menyuarakan apa yang kamu pikirkan atau rasakan, dia langsung meloncat pada kesimpulan berdasarkan asumsinya sendiri, membuat situasi seolah-olah kamu menyebutnya A atau B. Hal ini terjadi ketika dia merasa insecure, dan tidak suka dengan apa yang kamu katakan. Karena itu, dia akan membuat drama yang seolah-olah kamu menyudutkannya, sehingga dalam dirimu akan muncul rasa bersalah. Ah, yang seperti ini memang sulit. Bila kamu bertemu dengan orang-orang yang hobi drama seperti ini, bilang saja bahwa kesimpulan itu dia yang membuat, bukan kamu.
ADVERTISEMENTS
5. Mengubah tujuan awal untuk membuatmu terlihat belum mencapai apa-apa. Maklum, dia enggan mengakui apa yang sudah kamu kerjakan
Ketika berhasil melakukan sesuatu, entah itu mencapai target atau berhasil memenangkan sebuah kompetisi, tentunya kamu ingin dihargai. Bukan berarti menginginkan puja-puji, melainkan sekadar pengakuan bahwa kamu bisa melakukan apa yang diharapkan. Tapi seseorang yang berniat menjatuhkanmu tidak akan memberimu pengakuan, apalagi pujian. Bila kamu sudah berhasil mencapai target, dengan mudahnya dia mengubah target yang diinginkan dengan kemampuan berkelit yang spektakuler. Berubahnya target otomatis membuat apa yang kamu lakukan menjadi bukan apa-apa. Bisa juga dia membuat target yang lebih tinggi lagi, sehingga apa yang kamu lakukan tidak ada artinya.
Pengakuan dari orang lain memang perlu. Bukan untuk nama baik, melainkan kepuasan dalam diri yang bisa memicu semangat untuk bekerja lebih keras lagi. Tapi pengakuan dari orang lain bukan segala-galanya, justru pengakuan dari dirimu sendiri lebih penting. Jangan terpaku pada pengakuan orang lain. Sebab apapun yang kamu lakukan harus dihargai, terutama oleh diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
6. Name-calling, versi lebih halus dari ‘ngata-ngatain’. Tapi efeknya bisa lebih buruk daripada benar-benar ‘dikatain’.
Name-calling adalah pemberian label negatif kepada seseorang untuk menjatuhkan mentalnya. Bila kamu penggemar Harry Potter, kamu pasti ingat bagaimana Hermione Granger dipanggil ‘dalah lumpur’ oleh Draco Malfoy dan gengnya. Di dunia nyata, name-calling bisa terwujud dalam sebutan-sebutan seperti ‘gendut’, pelacur, jalang, sebutan yang berbau SARA, dan banyak sebutan negatif lainnya. Name-calling bukan lagi semata cara untuk menjatuhkan mentalmu, melainkan sudah masuk dalam tindakan bullying, yang sayangnya, seringkali disangkal oleh pelaku dengan alasan hanya bercanda. Terutama dalam sebuah hubungan percintaan yang tidak sehat, name-calling ini sering tidak kamu sadari.
7. Dengan segala cara, dia membuatmu meragukan kualitas dirimu sendiri. Dengan begitu, kamu akan sepenuhnya bergantung padanya
Bila kamu mempunya pasangan yang super romantis dan baik hati, rela mengantar dan menjemputmu kapanpun kamu butuh, selalu ingin menemani ke manapun kamu pergi, selalu ingin tahu apa kegiatanmu setiap jamnya, dan melarangmu ini itu dengan alasan khawatir dengan keamananmu, serta mudah sekali cemburu dengan alasan dia begitu mencintaimu, mungkin kamu harus berpikir ulang. Pasanganmu bukanlah orang yang romantis, melainkan posesif. Dia hanya ingin memilikimu sepenuhnya dan membatasi seluruh ruang gerakmu, sehingga kamu selalu membutuhkan bantuannya. Dia juga akan memisahkan kamu dengan teman-temanmu, sehingga kamu merasa tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya. Kini kamu bergantung padanya sepenuhnya. Dengan begitu, dia sudah mengambil kontrol atas dirimu sendiri.
Cinta juga butuh logika. Agar kamu tidak terjebak dalam hubungan tidak sehat yang tidak akan membawamu ke mana-mana. Sebuah hubungan yang sehat, tentu hubungan yang setara. Di mana kamu dan dia sama-sama berkembang menjadi lebih baik setiap harinya. Hubungan bukan tentang siapa yang mengontrol siapa, melainkan bagaimana bekerja sama membuat perahu tetap melaju di tengah samudera.
8. Ketika mereka tidak bisa mengontrolmu, mereka akan berpindah ke orang-orang di sekitarmu. Menyebarkan rumor ini dan itu untuk menjatuhkan reputasimu
Cara yang terakhir ini dilakukan ketika mereka tidak bisa lagi menjatuhkan mentalmu dalam konfrontasi langsung. Identitas dan kepercayaan dirimu terlalu tinggi untuk diganggu dengan hal-hal di atas tadi, sehingga dia mencari jalan lain yaitu memperngaruhi orang-orang di sekitarmu. Black campain, gosip yang tidak jelas dari mana datangnya, dan kasak-kusuk omongan orang di belakang, itulah yang akan terjadi ketika dia menempuh cara ini. Tujuannya jelas untuk menjatuhkan reputasimu dari luar dengan menyebarkan hal yang tidak benar. Bila kamu punya kesempatan, tunjukkan pada dunia bahwa kamu tidak seperti yang dia katakan. Bila kamu tidak punya kesempatan, abaikan saja. Toh hidup ini kamu yang jalani, dan omongan orang nanti juga reda sendiri.
Ada banyak cara untuk menjatuhkan orang lain. Karena dunia ini adalah versi yang lebih luas dari arena kompetisi di film Hunger Games, ada baiknya kamu waspada. Penghargaan pada diri sendiri bisa menjadi tameng yang kuat. Dengan begitu, rasa percaya dirimu bisa membangun logika yang mantab, sehingga kamu tidak goyah saat seseorang mencoba menggoyang keyakinanmu. Logika yang kuat juga akan memberimu kemampuan untuk membedakan mana yang masih wajar dan mana yang sudah masuk tindakan tidak menyenangkan. Jangan percaya bila orang bilang cinta tidak mengenal logika. Karena logika perlu ada, agar kita tidak tersesat ke mana-mana.