Buat mahasiswa, skripsi memang cerita yang nggak ada habisnya. Selalu kamu bayangkan saat masih tingkat awal, lalu kamu rasakan saat sudah tingkat akhir. Cemas-cemas kecil saat kamu akan memulainya hingga panik tingkat dewa sudah pernah kamu rasa.
Mengerjakan skripsi seringnya juga tak mulus. Banyak rintangan yang membuat skripsimu nggak kelar-kelar. Tapi kalau dipikir lagi, mungkin rintangan dan halangan itu datangnya dari dirimu sendiri.
Nggak percaya? Hayo, coba cek dulu. Kalau kamu masih melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk di bawah ini, ya pantas saja skripsimu susah kelar….
ADVERTISEMENTS
1. Menunda-nunda dengan alasan “Toh besok masih bisa”. Padahal, keesokan harinya kamu berpikir hal yang sama
“Hari ini nyekripsi ah…”
*ada chat dari teman soal ajakan nonton bioskop film yang baru keluar*
“Ya udah deh, hari ini main dulu aja. Toh skripsi masih bisa besok.”
Kebiasaan menunda-nunda ini memang penyebab utama kenapa skripsimu nggak kelar-kelar. Kamu yang berpikir besok masih bisa, juga akan berpikir yang sama di esok hari. Sampai akhirnya sudah seminggu kamu nggak nyentuh-nyentuh skripsimu.
“Ah, nggak apa-apa lah, hari ini nyantai dulu. Mulai nyekripsi lagi minggu depan deh.”
Saat kamu sadar, deadline sudah di depan mata. Dan kamu akan berharap mesin waktu Doraemon benar-benar ada supaya kamu bisa kembali ke waktu-waktu yang kamu buang percuma. Lah…
ADVERTISEMENTS
2. Menganggap enteng dengan alasan “Ah gampanglah, udah tahu kok mau nulis apa. Tinggal nulis doang sejam juga kelar.”
Teman : Bro, kok lo nyantai aja sih? Nggak ngerjain skripsi?
Kamu : Ah, gue sih udah tahu mau nulis apa. Udah ada di kepala. Tinggal nulis doang sih gampang
Selain terkesan jumawa, terbiasa mengentengkan ini juga akan membuatmu zonk saat kamu sadar bahwa berpikir nggak sama dengan menulis. Iya benar, kamu sudah paham benar dengan materi yang kamu teliti. Iya benar, kamu bisa menjelaskan dengan detil ‘isi’ skripsimu. Tapi selama belum kamu tulis, skripsimu ya belum ada. Belum lagi, ketika nanti kamu sudah berhadapan dengan lembar Microsoft Word, bisa jadi semua hal yang sudah kamu simpan dalam kepala itu menghilang karena kamu nge-blank. Jangan begini lagi ya.
Bagaimanapun sampai saat ini, setahu Hipwee, skripsi harus dalam bentuk tulisan, nggak boleh dalam bentuk pikiran.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu kurang referensi, tapi tak jungkir balik untuk mencari. Pantas saja pas mau nulis apa, kamu sering nggak ngerti
*ngetik sambil ngomong*
“Penilaian moralitas berdasarkan rasio praktis adalah suatu penilaian yang dilakukan secara… eh bentar, rasio praktis itu gimana ya? Duh lupa. Rasio praktis itu…ah, apa sih?”
Memang nggak semua orang suka dan tahan membaca. Jangankan baca buku kuliah yang setebal kitab sejarah itu, membaca novel tipis saja kamu merasa tak mampu. Tapi kalau sudah soal skripsi, mau nggak mau, mampu nggak mampu, kamu harus banyak-banyak membaca. Bagaimana kamu bisa menerangkan gagasanmu kalau kamu nggak terlalu paham dengan materi yang kamu terangkan? Untuk memahami materi, kamu harus banyak membaca referensi. Jangan malas lagi ya. Untuk kali ini aja kok 🙁
ADVERTISEMENTS
4. Diri jadi mesin penghasil excuse. “Nggak apa-apa nggak nulis hari ini, inspirasi lagi nggak ada.”
Soal inspirasi ini juga sering kamu jadikan alasan untuk nggak mengerjakan. Ya namanya lagi nggak ada inspirasi, mau melongo seharian di depan laptop juga yang ada kamu ketiduran.
Sebenarnya, inti dari menulis skripsi adalah soal kedisiplinan. Kamu harus membiasakan diri untuk tetap menulis meski nggak ada inspirasi. Jelek nggak apa-apa, toh nanti bisa diedit lagi.
Kalau kamu memang merasa jenuh, cobalah ganti suasana. Jangan malah menunda dan menghasilkan excuse “nggak ada inspirasi”. Siapa tahu, suasana baru yang lebih nyaman dan seru akan membantumu mendatangkan inspirasimu.
Ngomong-ngomong, sudah berapa banyak harimu yang berlalu tanpa nulis skripsi dengan alasan nggak ada inspirasi?
ADVERTISEMENTS
5. Diam aja saat bimbingan. Dosen pembimbing harus kamu manfaatkan untuk menambah pemahaman!
Selama ini kamu kalau bimbingan ngapain aja? Nyetor bab yang sudah kamu tulis, nungguin dosenmu baca dan ngoreksi, lalu pulang dengan tugas revisi? Itu aja? Mulai sekarang, jangan cuma diam saat kamu bimbingan. Jangan cuma nunggu masukan dari dosenmu, tapi kejarlah pengetahuan juga. Usahakan untuk berdiskusi dengan dosen pembimbing, dan tanyakan apapun yang kamu belum paham.
Jangan sampai, kamu pulang bimbingan dengan kondisi otak yang sama dengan saat kamu datang. Rajin diskusi dengan dosen pembimbing akan membuat pemahamanmu lebih kuat. Saat menulis skripsi pun kamu lebih mantap. Kamu punya dosen pembimbing, maka manfaatkan dia sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENTS
6. Menunggu dosen punya waktu senggang untuk ketemuan. Kejarlah beliau sampai ke ujung dunia. Ketemu nggak bisa, telepon atau email bisa kan?
Lalu kamu akan beralasan bahwa dosen pembimbingmu orang sibuk yang di kampus saja jarang. Bagaimana mau bimbingan kalau ketemu beliau susahnya bagaikan mau ketemu Pak Presiden? Ah, kamu memang banyak alasan. Bimbingan nggak harus via tatap muka kok. Ya memang lebih baik bertemu langsung agar lebih enak. Tapi kalau memang susah, kan kamu bisa bimbingan via telepon atau email. Daripada nggak sama sekali dan skripsimu nggak jelas nasibnya?
Kejar terus dosen pembimbingmu, jangan menyerah meski beliau memang orang yang sedikit susah. Melihat kegigihanmu, beliau pasti luluh deh.
7. Terus menerus melihat ke halaman-halaman yang kamu tulis. Ingin semuanya harus sempurna bisa membuat skripsimu nggak ada perkembangan
Yaa, Hipwee paham kamu ingin skripsimu sempurna. Selain mengharapkan nilai A, kamu juga ingin membuat sebuah skripsi yang berkualitas, berisi, dan mengguncang dunia. Karena itu, kamu selalu merasa nggak puas dengan apa yang kamu tulis sebelumnya. Alih-alih melanjutkan bab berikutnya, kamu malah asyik mengoreksi bab-bab sebelumnya. Saat kamu melakukan ini, kadang kamu menemukan sebuah kejanggalan, atau sesuatu salah.
Lalu kamu akan mengulik-ngulik hal itu terus-terusan, hingga akhirnya skripsimu nggak ada perkembangan. Berhentilah mengingingkan skripsi yang sempurna, kalau itu justru membuat skripsimu gitu-gitu aja. Ingatlah, bahwa nggak ada karya yang sempurna karena Sempurna hanya milik Allah dan Andra and The Backbone.
8. Terus menerus ketakutan berpikir skripsimu nggak akan kelar. Ya iyalah nggak bakal kelar, lha kamunya terus memikirkan, nggak mengerjakan… :'(
Ini dia nih. Kamu cemas kan selama ini? Kamu takut skripsimu nggak selesai dan kamu harus memperpanjang masa kuliahmu selama satu semester? Kamu minder karena teman-temanmu sudah jauh di depan dan kamu nggak beranjak juga dari bab dua? Atau kamu sibuk memikirkan bagaimana nanti jika skripsimu dibantai habis-habisan oleh dosen penguji di ruang sidang? Bagaimana jika skripsimu kurang berkualitas? Bagaimana jika skripsimu nggak pernah selesai? Stop! Kamu lupa, bahwa skripsi nggak cuma harus dipikirkan, tapi dikerjakan!
Segala sesuatu memang perlu perjuangan. Agar skripsimu cepat kelar, banyak kebiasaan-kebiasaan buruk yang harus kamu hilangkan. Tapi di luar itu semua, satu-satunya cara agar skripsi cepat kelar adalah: dikerjakan. Asal kamu rajin mengerjakan dan membaca bahan, nggak ada tuh keluhan “skripsi kok nggak kelar-kelar hiks”. Jangan sampai kamu dapat SMS dari orang tua yang isinya:
“Kamu kapan mau lulus kuliah? Kebaya Mama keburu luntur nanti.”
Atau SMS dari pacar:
“Kapan kita bisa ke pelaminan, kalau skripsimu aja nggak kelar-kelar?”
Hayoo semangat ya pejuang skripsi. Hipwee tunggu di panggung wisuda! ;))