Katanya, hidup di ibukota itu minim bahagia.
Ah, kata siapa? Sebab menurut hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2017, indeks kebahagiaan hidup di ibukota mencapai angka 71.33. Faktor yang digunakan untuk menilai tingkat kebahagiaan tersebut terdiri dari kepuasan hidup, perasaan dan makna hidup dari warga ibukota. Perolehan indeks kebahagiaan hidup di ibukota tersebut berada sedikit di atas rata-rata indeks kebahagiaan seluruh penduduk Indonesia, yaitu 70.69. Namun masih berada di bawah beberapa daerah, seperti Maluku, Yogyakarta serta Kalimantan Selatan.
Buat kamu yang bertahun-tahun hidup di ibukota, indeks kebahagiaan hidup tersebut tak berarti apa-apa. Sebab tak setiap hari kamu merasakan kebahagiaan itu selama menjalani hari-harimu di ibukota. Ada suka duka tersendiri yang kamu rasakan, hingga buat hidupmu lebih ada gregetnya. Seperti suka duka yang mungkin hanya ada di ibukota di bawah ini. Meskipun sering buatmu mengumpat sendiri tapi telah menempa mentalmu jadi setebal besi.
ADVERTISEMENTS
1. Kemacetan yang sudah mendarah daging, membuatmu harus pintar mengatur waktu. Salah perhitungan sedikit, bisa kacau jadwal kegiatanmu
Ibukota dan macet adalah paket kombo yang tak bisa dilepaskan. Sejak kamu kecil hingga dewasa, macet seperti mendarah daging di kawasan ibukota. Dari kemacetan ini kau juga merasakan paket lengkap. Rasa kesal dari terjebak berjam-jam tanpa bisa bergerak sampai jadwal kegiatan yang otomatis porak poranda. Namun di samping rasa nggak enak dari macet yang kamu rasakan itu, kamu harus pintar-pintarnya mengatur waktu. Memperkirakan waktu kini tak lagi sulit bagimu akibat sehari-hari terus melakukan hal itu.
ADVERTISEMENTS
2. Tak hanya macet yang buatmu mengelus dada. Tapi juga banjir dan kelakukan unik para pemakai jalan yang turut membuatmu belajar sabar
Macet sih sudah biasa. Sabarmu pun sudah berteman baik dengan kemacetan ibukota. Selain macet, kesabaranmu harus berteman akrab dengan banjir dan kelakukan pemakai jalan. Banjir itu seakan udah menjadi takdir. Apalagi kalau curah hujan sedang tinggi-tingginya. Kamu hanya bisa membantu ibu menaikkan barang ke lantai atas biar nggak hanyut atau terendam air. Soal kelakukan para pengendara, kamu masih belajar untuk bersabar. Terlebih lagi saat kamu harus naik Bus Kopaja yang rasanya seperti roller coaster saja. Proses belajarmu akan hal itu masih memerlukan beberapa waktu.
ADVERTISEMENTS
3. Berangkat subuh dan pulang malam jadi kebiasaan. Buatmu paham bahwa solusi bertahan hidup cukup jalani dengan ikhlas dan tak mengeluh
Ada kalanya kamu tak pernah menjumpai matahari saking tak ingin terlambatnya. Kamu pergi bekerja saat matahari belum menampakkan sinarnya. Sementara baru bisa pulang ke rumah saat matahari sudah purna tugasnya. Berangkat subuh pulang malam bahkan sudah menjadi nama tengahmu sekarang. Meskipun capeknya jangan ditanya, tapi dari hal tersebut kamu bisa belajar satu hal Bahwa solusi untuk bisa bertahan hidup ya cukup menjalani dengan ikhlas dan tak perlu mengeluh.
ADVERTISEMENTS
4. Tapi hidup di ibukota ada enaknya juga. Kamu bisa bebas menjadi dirimu sendiri. Sebab orang lain minim peduli
Kata siapa hidup di ibukota hanya berisi duka saja? Kamu menjadi saksia bahwa hidup di ibukota juga ada enaknya. Paling tidak di sana kamu bebas menjadi dirimu sendiri. Mau baca sambil berdiri di halte, mendengarkan lagu pakai headsheet sambil geleng kepala, bahkan pakai pakaian serba tertutup serta masker dan topi juga nggak ada salahnya. Kalau pun ada yang melihatmu, pasti hanya bertahan dua detika saja. Sebab masing-masing pribadi tak mau mencampuri urusan orang lain.
ADVERTISEMENTS
5. Kalau ingin melepas penat, banyak mall yang siap menyambutmu. Dari yang biasa sampai yang berisi produk branded semua
Meski ibukota banyak ditumbuhi hutan beton dan taman parkir, masih ada tempat untuk menyelamatkan pikiranmu dari kepenatan. Ya nggak jauh-jauh dari kata mall tentunya. Tapi paling tidak kamu tak akan kesulitan untuk menentukan ke mana harus nge-mall karena pilihannya lebih dari jumlah jarimu sendiri. Tinggal melihat isi dompet atau jumlah nominal di tabungan, kamu bebas mau menghibur diri di mall biasa aja atau yang berisi produk branded semua.
ADVERTISEMENTS
6. Tapi giliran mencari kerja, mental dan fisikmu harus lebih kuat seribu kali. Naik turun kendaraan umum, keluar masuk gedung harus dilakoni
Selepas melepas penat di mall, kamu mau tak mau harus kembali ke realita. Salah satunya adalah saat kamu harus menjelajah ibukota untuk mendatangi wawancara kerja. Naik turun kendaraan umum, keluar masuk gedung yang jumlah lantainya tak sempat kamu hitung berapa, sudah menjadi hal biasa bagimu. Kamu jadi belajar tentang menguatkan mental dan fisik agar tak mudah diremukkan.
7. Meski selalu ada yang buatmu kesal dan kecewa, ibukota memberimu kesempatan untuk belajar pantang menyerah dan terus berusaha
Macet, banjir, bus yang terlalu was-wus dan masih banyak lagi, memang selalu membuatmu kesal dan kecewa. Namun di samping itu, kamu sadar bahwa ibukota telah memberimu banyak kesempatan untuk mencoba. Salah satunya mencoba untuk tidak pantang menyerah dan terus berusaha. Belum tentu jika kamu tak berada di ibukota, kamu bisa mendapatkan kesempatan besar ini dalam hidupmu.
8. Ibukota juga buatmu percaya masa depan itu sepenuhnya di tanganmu. Bukan bergantung pada orangtua
Sadar atau tidak, hidup di ibukota telah mengubah pola pikirmu. Dari anak mama yang hanya bisa meminta menjadi seseorang yang lebih bertanggung jawab akan dirimu sendiri. Ibukota juga membuatmu percaya bahwa masa depan itu sepenuhnya berada di tanganmu dengan usaha dan kerja kerasmu selama ini.
Ibukota yang kamu tinggali ini memang gudangnya masalah dan kekurangan. Tapi masih ada keuntungan yang bisa kamu dapatkan. Salah satunya adalah kamu yang kini bermental baja. Belum tentu kan jika kamu tinggal di kota lain, dirimu akan sekuat dan setangguh ini?