Alangkah menyenangkannya bisa bekerja di tempat yang mampu memberikanmu posisi tinggi, gaji besar, tanggung jawab yang sesuai ekspektasi, waktu fleksibel, dan kawan-kawan yang asyik. Tapi mungkin pekerjaan yang seperti itu hanya ada di kepalamu. Di dunia nyata, tentu tak ada pekerjaan yang sempurna.
Berbagai permasalahan di tempat kerja yang sekarang pun membuat berpikir untuk mengundurkan diri. Kamu sudah membayangkan kebebasan yang akan didapat setelah resmi keluar dari kantor itu. Di manapun kamu akan bekerja nantinya, kamu yakin akan bertemu gaji yang lebih baik, bos yang lebih bersahabat, atau setidaknya teman-teman kantor yang mendukung.
Sebentar, apakah kamu yakin bahwa mengundurkan diri memang jawaban dari keresahan profesionalmu selama ini. Kesalahan terbesar para fresh graduate adalah asal-asalan dalam memilih pekerjaan. Kalau memang kantormu yang sekarang bukan tempat yang ideal untuk berkembang, pastikan kamu tak asal-asalan pindah tempat kerja. Sebelum kamu benar-benar menulis surat pengunduran diri, ajukan pertanyaan-pertanyaan ini dulu pada dirimu sendiri!
ADVERTISEMENTS
1. Kantor yang baik memperhatikan kualitas karyawannya. Selama bekerja di tempat yang sekarang, skill apa saja yang sudah kamu kembangkan?
Cobalah kamu pikirkan! Apa saja sih yang selama ini sudah kamu lakukan di kantormu? Tugas apa saja sih yang telah bos delegasikan padamu? Cobalah pula merenungkan hasil dan pengalaman apa saja yang telah kamu dapatkan situ.
Seharusnya, kantor yang baik akan mengizinkanmu untuk menimba bukan hanya ilmu, namun juga skill. Jadi, skill apa selama ini yang telah sukses kamu kembangkan? Misalnya, skill untuk analisis pasar, olah data, komunikasi, kerja tim, leadership.
Skill apa juga yang belum bisa sepenuhnya kamu asah di kantormu sekarang? Lalu, bagaimana dengan kantor barumu nanti, apakah bisa lebih baik dari kantormu yang sekarang dalam mengasah skill-skill ini? Apakah job desc kamu hanya terdiri dari rutinitas yang terlalu familiar, atau penuh kejutan-kejutan baru? Cobalah kamu cari tahu dengan menanyakannya sewaktu tes tertulis atau interview, maupun lewat kenalan yang bekerja di sana. Kamu tak mau dong pindah ke kantor yang ternyata sama buruknya dalam mengembangkan skill-mu.
ADVERTISEMENTS
2. Passion memang penting, tapi gaji pun perihal genting. Apakah cicilan masih aman jika kamu keluar dari kantor yang sekarang?
Ambillah selembar kertas dan daftarkan apa saja yang harus kamu lunasi! KPR, mobil, motor, handphone, laptop, perhiasan? Lalu, berapa saja sih yang setiap bulannya harus kamu sisihkan untuk dapat melunasi semua itu dalam jangka waktu tertentu? Yakinkah untuk melunasinya apabila kamu terburu-buru resign?
Mungkin sekarang kamu tak lagi merasa berminat pada pekerjaan ini. Mungkin kantor baru menjanjikan wahana yang bisa membuatmu menyalurkan passion-mu. Namun pekerjaan tak hanya soal passion saja. Kamu sendiri yang akan kelimpungan ketika cicilan-cicilan yang sudah terlanjur kamu ambil jadi tak bisa kamu lunasi, ketika pekerjaan barumu tak menawarkan imbalan finansial sebesar atau semapan pekerjaan sekarang. Daripada kelimpungan, bukankah lebih baik menunggu sampai waktu yang tepat datang?
ADVERTISEMENTS
3. Manajemen yang baik akan membuat suasana kerja menyenangkan. Apakah calon bosmu bisa kamu jadikan teladan?
Bos kamu yang sekarang ini adalah tipikal orang yang galak, sewenang-wenang membuat kebijakan, dan tidak mau tahu kondisi lapangan? Kamu sudah tidak tahan dengan semprotannya dan ingin resign? Lalu, bagaimana jika di kantor yang baru ternyata sama saja? Masih yakin kamu mau pindah? Alangkah baiknya kamu pastikan dahulu. Jangan ragu bertegur sapa dan ngobrol santai dengan satpam atau customer service calon kantor barumu. Dari merekalah kamu bisa sedikit-sedikit kepo tentang calon atasanmu yang baru.
ADVERTISEMENTS
4. Gaji lebih besar sama saja jika tanggung jawabnya lebih menyita waktu dari yang kamu kira. Jadi, apakah gaji kantor barumu adil?
“Job desc kamu nantinya pergi ke lapangan untuk penawaran, cari narasumber, review kontrak, deal MOU, bla bla bla…”
“Oke Pak. Kalau boleh tahu, gajinya berapa Pak?”
“Hmm… Rp. 1.000.000,00.”
“… Oh. Hehe.”
Gak mau ‘kan nasib kamu seperti kutipan tadi? Apa jadinya jika pekerjaan kamu overload dan gajimu tak sesuai dengan job desc? Kalau nantinya kamu jatuh sakit karena overload pekerjaan, gajimu bisa-bisa juga tak mencukupi untuk berobat. Kalau sudah begitu, apakah kamu bisa berbangga diri dengan pilihanmu? Bagaimanapun juga, gaji merupakan penghargaan atas jerih-payah yang kamu lakukan. Elemen ini merupakan elemen utama yang tetap harus kamu perhatikan.
ADVERTISEMENTS
5. Memang tak semua tempat kerja menawarkan gaji cemerlang. Tapi, pastikan setidaknya kamu punya teman kantor yang nyaman
Lihatlah teman-teman di sekitarmu! Pernah gak kamu menemui teman kamu yang sederhana-sederhana aja? Tapi, kok dia betah sih sama kantornya yang dari zaman lulus kuliah itu?
Usut-usut punya usut, rekan sekantornya pun demikian. Ternyata, lingkungan dan kebersamaan karyawan dalam kantor itulah yang membuatnya enggan beranjak ke perusahaan lain. Bagi kawanmu dan rekan sekantornya, kebersamaan itulah yang menggenapi kecilnya gaji mereka. Buat apa bergaji besar, jika nantinya kamu tak bahagia? Waktu untuk keluarga tak ada, refreshing pun tak pernah?
Nah, bagaimana dengan kamu?
ADVERTISEMENTS
6. Tak hanya cicilan yang harus kamu pikirkan. Tabungan kamu yang sekarang, mau direncanakan seperti apa nantinya?
Bila kamu berencana mulai menata masa depan, mau diapakan tabungan kamu? Ingin membuat rumah, menikah, membuat yayasan, investasi, atau menekuni bisnis baru? Alangkah baiknya kamu bisa memilih kantor baru yang bisa memberikan sedikit keleluasaan (khususnya waktu) untuk hal itu. Di samping itu, pastikan juga agar tabungan masa depanmu itu tidak terpakai selama peralihan kamu ke kantor baru.
7. Jangan mengorbankan masa depanmu demi impuls yang mungkin saja sementara waktu. Apakah pekerjaan barumu nanti memang bisa membantu masa depanmu?
Mimpi apa sih yang kamu bayangkan ketika telah bekerja di kantor barumu nanti? Jadi bos, dapat mobil dinas, tiap pekan kunjungan ke daerah (sekalian traveling)? Atau sudah bisa bangun rumah sendiri atas gajinya setelah setahun bekerja di sana? Hm, yakinkah kamu bahwa calon pekerjaan barumu itu bisa memudahkanmu memiliki itu semua?
Sebelum terlalu jauh bermimpi, sebaiknya tak usah bermuluk-muluk dulu. Bila memang kamu menginginkan itu semua, kamu juga harus melalui proses dan meningkatkan kualitas kinerjamu. Jika dan hanya jika memang itu bisa diwujudkan di kantormu sekarang, apakah perlu kamu berburu-buru resign?
Dari poin-poin tersebut, apakah kamu sudah mendapat gambaran tentang kerjamu ke depan? Alangkah baiknya jika kamu memikirkan ide pengunduran dirimu dengan matang. Tapi tentu, pada akhirnya semua kembali kepada pilihanmu. Semoga pilihanmu tak salah, ya.