Kebahagiaan harus diusahakan. Namun, kadang kita mengusahakannya dengan cara yang tak tepat. Tanpa disadari, kesalahan ini justru membuat kita semakin jauh dari kebahagiaan yang kita cari. Ketika kamu belum juga menemukan kebahagiaanmu, mungkinkah sebenarnya kamu sedang melakukan 1 dari 7 kesalahan berikut ini?
ADVERTISEMENTS
1. Kamu Larut dalam Kesedihan Saat Terbentur Kegagalan
Perjalanan hidupmu sudah pasti akan melewati berbagai tantangan. Berjuang saat ujian kelulusan sewaktu SMA, mempertahankan argumenmu ketika sidang skripsi, hingga melewati serangkaian tes demi pekerjaan pertamamu. Tantangan hidup menguji kualitasmu sebagai manusia dewasa.
Yang pasti, setiap tantangan menjanjikan dua kemungkinan, antara berhasil atau gagal. Jika keberhasilan membuatmu bahagia, bukan berarti kamu layak bersedih ketika menemui kegagalan. Kamu tetap bisa berbahagia ketika mau berdamai dengan keadaan – menerima dan belajar dari kegagalanmu sendiri. Percayalah bahwa kesempatan mencicipi kegagalan justru yang menjadikan hidupmu luar biasa.
ADVERTISEMENTS
2. Kadang, Kamu Lebih Percaya Pada Kebahagiaan yang Sementara
Berharap cepat-cepat menemukan kebahagiaan, kamu justru memilih kesenangan yang sifatnya sementara. Punya pekerjaan tetap dan penghasilan yang lumayan membuatmu rajin-rajin pergi traveling. Menurutmu, traveling adalah cara menemukan kebahagiaan yang paling praktis; bebas dari tugas-tugas kantor, melonggarkan pikiran, dan merilekskan tubuhmu.
Akibatnya, kamu akan mudah merasa sedih ketika harus mengakhiri liburan dan kembali pada rutinitas pekerjaan. Pengalaman mengunjungi tempat-tempat indah atau bertemu dengan teman-teman baru saat traveling yang selayaknya membahagiakan dirimu. Kamu berbahagia karena bisa memperkaya pengalaman hidup.
ADVERTISEMENTS
3. Tanpa Sadar Kamu Mengabaikan Orang-Orang di Sekitarmu
Keinginan untuk bahagia rentan mengubahmu jadi pribadi yang egois. Saking fokus pada pekerjaan dan bisnis yang dirintis, kamu menganggap bahwa selalu pulang kerja larut malam dan lembur di akhir pekan adalah hal yang biasa. Kamu melupakan kehidupan di luar pekerjaan; mengabaikan hubungan dengan pasangan, keluarga, atau teman-teman di sekitarmu.
Gaya hidup yang kamu jalani justru menjauhkanmu dari kebahagiaan itu sendiri. Bahagia tidak selalu tentang pencapaianmu secara individu. Bukan pula perkara seberapa banyak yang kamu dapat untuk dirimu sendiri. Ada kalanya bahagia hanya bisa kamu rasakan saat bisa memberi dan membahagiakan orang lain, ketika kamu merasa bahwa keberadaanmu bermanfaat bagi orang-orang yang kamu cintai.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu Membuat Harapan yang Membebani Hidupmu Sendiri
Berharap bisa lulus cepat dan punya kesempatan melanjutkan kuliah ke luar negeri tentu sah-sah saja. Kamu pun pantas mengusahakan keinginananmu; giat belajar, fokus mengerjakan skripsi, cari informasi beasiswa, hingga banyak-banyak berdoa.
Namun, setiap harapan haruslah diimbangi dengan mental yang kuat. Menyadari bahwa keinginanmu mungkin tidak semuanya bisa terwujud. Ada kalanya hidup memang harus dijalani dengan “mengalir”. Kamu berhak punya harapan-harapan besar dalam hidupmu, asalkan mau berusaha untuk meraihnya dan siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi — termasuk saat harapanmu harus pupus.
ADVERTISEMENTS
5. Banyak Kesempatan dan Kebaikan-Kebaikan yang Kamu Lewatkan
Keinginanmu adalah bekerja di perusahaan multinasional dan dapat gaji tinggi. Bisa bekerja di perusahaan keren dan “mapan” secara finansial sudah pasti membuatmu bahagia. Ketika mendapat tawaran kerja dari perusahaan startup, kamu memilih mengabaikannya. Padahal, lamaran yang kamu alamatkan ke perusahaan-perusahaan besar belum juga mendapat balasan.
Menetapkan tujuan terkadang bisa berakibat buruk. Kamu terlalu fokus pada satu tujuan sehingga melewatkan kesempatan dan kebaikan-kebaikan yang datang menghampirimu. Tidak ada salahnya menunggu panggilan kerja dari perusahaan impian sambil memanfaatkan waktumu, kan? Menjajal bekerja di perusahaan startup yang sesuai bidangmu sama halnya dengan menabung pengalaman.
ADVERTISEMENTS
6. Tidak Menjadikan Otoritasmu Sebagai Sumber Kebahagiaan
Kamu merasa bahwa bahagiamu adalah kuliah di luar negeri seperti yang kini dilakoni salah satu temanmu. Atau, bahagia berarti punya pasangan yang pintar dan punya pekerjaan mapan. Kamu juga baru merasakan kebahagiaan saat bisa menjejakkan kakimu di puncak gunung atau pasir pantai.
Padahal, kebahagiaan tak pernah benar-benar ada di tempat-tempat yang kamu kunjungi. Bahagia juga bukan pemberian orang yang kamu cintai. Kebahagiaan sebenarnya bersumber dari dalam dirimu sendiri. Kamu punya kemampuan untuk mengendalikan perasaanmu. Apakah ingin bahagia atau bersedih? Pilihan selalu ada di tanganmu.
7. Kamu Percaya Bahwa Bahagia Adalah Milik Mereka yang Sempurna
Banyak orang mengaitkan kebahagiaan dengan kata “sempurna”. Saat bisa lulus kuliah cepat dan dapat IPK bulat sudah pasti kamu bahagia. Kalau kamu cewek cantik, pintar, dan punya pekerjaan mapan berarti hidupmu bahagia. Tapi, tunggu! Bukankah tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini? Kamu tidak harus bersusah payah mewujudkan hidup yang sempurna demi bisa bahagia. Justru segala kekurangan dan kelebihan dalam hidup bisa kamu nikmati. Kamu pun bisa belajar jadi pribadi yang lebih tangguh dan menghargai hidup.
Mengejar kebahagiaan justru akan membuatmu “lelah”. Cara paling sederhana demi bisa bahagia adalah menjalani hidup, itu saja. Sedih, kecewa, marah, bahagia; banyak rasa yang menjadikan hidupmu seimbang. Kamu hanya harus berbangga karena berhasil melewati seberat-berat hidupmu. 🙂