Mau dilihat dari sudut manapun, persoalan hidupmu saat ini jauh berbeda dengan persoalan yang kamu hadapi saat SD dulu. Jadi bukan berarti saat kamu SD, permasalahan absen dari hidupmu. Karena kenyataannya, kamu juga menghadapi banyak masalah pada zamannya. Bedanya, sewaktu SD kamu bisa berpikir begitu sederhana. Sementara sekarang, kamu hobinya mempersulit keadaan. Hehe.
Mumpung lagi santai, yuk kita main-main ke masa yang sudah kita tinggalkan di belakang. Siapa tahu kamu jadi paham, kenapa sementara sekarang hidup terasa begitu menekan, dulu hidup bisa berlangsung begitu sederhana. Siap-siap nostalgia!
ADVERTISEMENTS
1. Waktu SD kamu lebih bisa mengatakan tidak. Semakin kamu dewasa, makin banyak nggak enaknya
Untuk sebagian besar orang, berkata ‘tidak’ jauh lebih sulit daripada soal fisika ataupun matematika. Diajak jalan teman, iya-iya saja, padahal keuangan sedang sekarat. Dimintai tolong tugas teman, iya-iya saja, padahal kamu sendiri sedang berdarah-darah mengerjakan tugas. Ini itu semua diiyakan, hanya karena kamu nggak enak untuk menolak. Itulah yang membuat beban hidup semakin meningkat. Padahal kalau memang nggak bisa, atau nggak mau, kamu punya hak penuh untuk menolak. Seperti masa SD dulu, kalau kamu memang nggak mau disuruh menemani temanmu ke toilet, ya bilang nggak. Saat ujian tiba, kamu juga bisa tegas menolak teman yang minta sontekan. Mana ada cerita ‘nggak enak-nggak enak’-an?
ADVERTISEMENTS
2. Kalau memang nggak suka sama teman, kamu nggak akan main dengan mereka. Nggak kayak sekarang, di depan baik tapi ternyata menusuk di belakang
Semakin kamu dewasa, kamu akan belajar yang namanya poker face. Atau lebih ahli lagi, kamu juga akan belajar untuk memasang dua wajah yang berbeda. Bukan karena kamu jahat, melainkan begitulah tuntutan pergaulan. Susah untuk mengatakan nggak suka kepada seseorang, karena demi alasan kesopanan ataupun tujuan yang lebih besar, kadang kamu harus ‘berdamai’ dengan orang yang nggak kamu suka. Di waktu kamu SD dulu kamu berbeda. Bila kamu nggak suka dengan seorang teman, kamu nggak akan repot-repot bermain dengannya. Kamu nggak akan merasa bersalah ataupun pura-pura suka, padahal di belakangnya pengin jambak-jambak rasanya. Hmm, ada yang familiar perasaan itu?
ADVERTISEMENTS
3. Pola pikirmu saat masih SD juga sederhana. Berani bercita-cita tinggi. Berhasil atau gagal, dipikir belakangan
Kepercayaan tinggimu saat SD dulu juga patut diacungi jempol. Alangkah tinggi cita-cita yang bisa disebutkan oleh anak-anak ketika gurunya bertanya dia ingin jadi apa kelak. Dokter, guru, insinyur, astronot, polisi, pilot, dan masih banyak lagi. Mereka nggak pernah ragu menjawab saat ditanya cita-citanya. Soal realistis atau nggak realistis, mereka nggak pernah memikirkannya. Bagaimana dengan kamu yang sekarang? Jangankan menyebutkan apa cita-citamu, passionmu apa saja kamu tak tahu bukan? Hehe. Terlalu banyak pertimbangan yang kamu pikirkan membawa terlalu banyak ketakutan untuk memimpikan sesuatu yang besar.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Meski gampang ngambek, waktu SD kamu juga gampang memaafkan. Pagi berantem, siangnya sudah main bareng lagi dengan temanmu ini
Selain sulit mengatakan tidak, kamu yang dewasa sering sulit memaafkan kesalahan orang lain. Memang sih, sakit hati yang kamu alami masih terasa cekit-cekit meski kamu berharap waktu akan menghapusnya. Padahal kamu mungkin hanya lupa, bahwa memaafkan kesalahan seseorang, akan mempermudah jalanmu untuk move on dan melanjutkan hidupmu menuju lebih baik lagi. Kamu yang SD dulu lebih bijak (atau lebih polos?) dalam menyikapi pertikaian. Kamu begitu mudah memaafkan, dan nggak sempat mengungkit-ngungkit kesalahan teman di masa depan. Meski paginya kamu dan sahabatmu diam-diaman, bukan nggak mungkin sore harinya kamu dan dia sudah main layangan bareng. Ah, masa kecil begitu asyik ternyata ya?
ADVERTISEMENTS
5. Sewaktu SD, cinta juga sederhana. Sekadar diledekin dengan teman saja sudah berbunga-bunga. Mana ada itu friendzone, PHP, ataupun digantung macam jemuran
Saat kamu sudah dewasa, soal asmara menjadi begitu pelik. Ada berbagai macam istilah yang muncul untuk menjelaskan sebuah hubungan. Mulai dari HTS (hubungan tanpa status), diPHP-in, koban frienzoned, dijadikan selingkuhan, sampai digantung dan tarik ulur seperti layangan. Nggak heran bila banyak status galau bertebaran di media sosial. Karena keterangan ‘it’s complicated’ yang disediakan facebook pun kadang nggak cukup mengungkapkan rumitnya persoalan. Waktu SDmu dulu bagaimana? Kamu yang dewasa mungkin nggak tahu kenapa saat jatuh cinta, anak SD justru akan memusuhi orang yang dia taksir. Padahal kalau diceng-cengin teman, senangnya bukan kepalang
6. Waktu SD kamu juga jago bagi waktu. Pagi sekolah, sore main, malam belajar. Sekarang, kamu bahkan susah tidur nyenyak karena waktu habis oleh pekerjaan
Kamu yang sekarang keteteran karena time-management yang berantakan, mungkin bisa mengulik masa SDmu untuk mencari saran. Dulu hidupmu begitu tertata, bukan? Pukul 7 sampai pukul 1 siang kamu sekolah. Sore harinya main dengan teman-teman. Malam harinya kamu belajar. Saat kamu SD, kamu tahu kapan waktunya belajar dan kapan waktunya bersenang-senang. Kalau kamu yang sekarang? Waktu habis untuk pekerjaan. 9-5 waktu yang diberikan masih kurang. Weekend-pun kamu habiskan dengan mengerjakan lemburan. Tidur nyenyak hanya di angan-angan karena, katanya, demi mengejar kesuksesan.
7. Meski sering pusing saat pelajaran matematika, kamu tetap semangat berangkat ke sekolah. Karena kamu tak sabar menunggu hal-hal baru atau menarik di sana
Meski kadang malas, tapi saat SD, berangkat sekolah selalu kamu lalui dengan penuh semangat. Meskipun hari itu nggak ada jadwal mata pelajaran favoritmu, dan justru ada jadwal pelajaran yang paling kamu benci. Meski tahu akan pusing ketika guru menerangkan rumus luas dan keliling bangun datar, kamu tetap semangat berangkat sekolah karena kamu tahu banyak hal yang kamu dapatkan di sekolah, selain pelajaran saja. Kamu bisa ketemu dan main dengan teman-teman. Kamu bisa bertemu guru-guru, dan belajar banyak hal baru dari mereka. Kamu yang sekarang sulit menerima keadaan karena bekerja tidak sesuai dengan bidang, mungkin harus banyak belajar dari masa SDmu dulu. Meskipun kamu nggak suka, pasti ada satu atau dua hal yang bisa kamu petik manfaatnya.
Seiring bertambahnya usia, persoalan yang kita hadapi semakin rumit saja. Seringnya, bukan menjadi semakin mantab dalam melangkah, kamu justru lebih sering dihinggapi ragu. Cemas nanti begini dan nanti begitu, membuat hidup jadi berlipat-lipat sulitnya. Iya sih, saat kamu masih SD masalah memang masih sedikit. Beban hidup paling hanya soal pe-er matematika yang lupa dikerjakan. Tapi meski usia hidup bertambah, dan persoalan hidup juga berubah, mungkin enak ya kalau kita bisa menyederhanakan masalah seperti waktu masih SD. Woles saja, yang penting hepi.