Gagal itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ketika kamu gagal lalu tak mau mencoba lagi.
Dalam hidup, selalu ada dua kemungkinan yang menyertai. Ada hitam dan putih. Siang dan malam. Kesuksesan serta kegagalan. Bicara soal kegagalan, memang tak enak sekali. Ingin rasanya merutuki hidup ini saat apa yang sudah diperjuangkan, tak sesuai harapan. Saat gagal menyapa, pilihan terdekat adalah menyerah saja. Nggak perlu tenaga, nggak perlu mikir lama. Tapi menyerah jelas akan membuatmu dapat predikat baru, pecundang.
Lalu pilihan apa yang bisa diambil selain menyerah? Lelah banget kalau harus lanjut berjuang!
Kamu nggak selalu harus kembali melanjutkan langkah atau bahkan berlari. Tarik nafas sejenak, lalu hembuskan. Cari distraksi agar pikiranmu nggak selalu tertekan. Banyak sekali hal-hal yang bisa kamu jadian distraksi di dunia ini. Bukan narkoba atau hal-hal yang merugikan. Coba deh tengok hal-hal di bawah ini. Siapa tahu bisa membuka matamu bahwa ada distraksi seru yang bisa menjauhkanmu dari pilihan menyerah ini.
ADVERTISEMENTS
1. Alih-alih terpuruk, mendengar candaan renyah teman-temanmu malah bisa buatmu tak merasa sendiri
Laporanmu bulan ini dikatakan sampah oleh atasan. Padahal dua minggu sudah kamu kerahkan semua waktu dan tenaga untuknya. Terlintas di pikiran, resign aja apa? saat lagi-lagi atasan minta revisi. Sebab kamu merasa tak adil. Hidupmu hanya dihabiskan di kantor dan memperbaiki laporan yang terus saja minta revisi.
Sebelum berpikir untuk menyerah, atau resign untuk kasus ini, coba deh tinggalkan barang lima menit laporan laknat itu. Copot earphone di telinga dan dengarkan interaksi di sekitarmu. Dengarkan candaan garing tapi selalu mampu buat teman-teman kantormu tertawa lepas. Sesampah apapun candaan mereka, yakinlah bahwa sepersekian dari stresmu bisa dilepas ke udara. Kamu pun tak merasa sendiri. Ternyata ada mereka, kaum cungpret seperti dirimu yang selalu tunduk oleh revisi.
ADVERTISEMENTS
2. Mengatur pandangan tak hanya ke atas. Tapi juga ke bawah agar gagalmu ini membawa rasa syukur
Kapan ya bisa beli tas seharga mobil? Pasti bakal keliatan cantik, kalau tanganku menenteng tas itu.
Kamu gagal mendapatkan promosi naik jabatan. Upayamu, siang malam lembur demi presentasi seakan sia-sia. Belajar lagi soal perusahaan biar punya dasar sampai rela menghamburkan ratusan ribu tiap hari untuk hangout bareng calon teman sedivisi. Semua lenyap ketika bukan namamu yang diumumkan naik jabatan. Tapi temanmu, yang nggak melakukan apapun dan diam-diam streaming Youtube, sampai pura-pura sakit biar bisa kelayaban.
Pupusnya harapan naik jabatan ini menyita seluruh pikiranmu. Rencana-rencana indah yang disusun sejak awal, terpaksa direlakan. Ganti mobil di gajian kedua, beli tas (lumayan) mahal biar naik kelasnya, sampai bisa pulang saat matahari masih keliatan.
Kamu merasa gagal jadi dirimu sendiri. Naik jabatan aja gagal didapatkan. Mau jadi apa di masa depan? egomu bersuara begitu. Tapi cobalah tengok ke bawah. Maka hatimu kelak akan berkata dengan damainya, bersyukur aja. Toh kamu masih punya kerjaan yang menghasilkan tiap bulannya. Meski gajinya masih sama, kamu nggak usah capek-capek ngelamar kerja kayak dulu, bukan?
ADVERTISEMENTS
3. Guratan dan peluh di kening orangtua. Kalau mereka saja pantang menyerah, masa kamu yang muda justru ingin melakukannya?
Entah disimpan dalam dompet hingga lecek dan kucel atau dalam memori ponselmu, mulai sekarang kamu perlu menyimpan foto kedua orangtuamu. Simpanlah satu foto mereka sebagai distraksi kala kamu tengah merasa frustasi dan nggak ada orang yang bisa mengerti. Sebelum ketok palu memilih menyerah, coba pandangi foto ayah dan ibu yang kamu simpan itu. Cukup pandangi saja, maka hati kecilmu akan memberikan pendapatnya.
Tuh coba lihat! Ayah dan ibu yang sudah tua dan keriput saja masih gigih berusaha. Masih diam-diam mendoakanmu. Nggak malu dengan mereka kalau kamu menyerah di titik ini? Nggak kasihan melihat apa yang sudah mereka berikan dan hanya kamu hentikan di sini?
ADVERTISEMENTS
4. Klise, tapi mengingat tujuan awal dengan benar-benar akan menjauhkanmu dari kata menyerah
Kamu boleh bilang ini distraksi paling klise. Tapi percaya atau tidak, dengan mengingat tujuan awalmu, kamu bisa jauh dari pilihan menyerah. Gagal naik jabatan tak apa. Toh tujuanmu kerja di sini untuk mendapatkan penghasilan tetap dan mengembangkan diri. Gagal meraih beasiswa nggak apa-apa. Ingat tujuanmu dulu untuk belajar lagi, bukan untuk merutuki diri?
Selain itu, mengingat tujuan awalmu pun bisa membuatmu melihat kemungkinan lain selain menyerah. Gagal naik jabatan, kamu tetap bisa mengembangkan karirmu. Atau bahkan coba-coba buka usaha sendiri. Gagal dapat beasiswa, kamu bisa cari alternatif lainnya.
ADVERTISEMENTS
5. Kadang pilihan menyerah ada saat kamu gegabah. Coba tenangkan pikiran dengan kegiatan yang kamu suka. Niscaya pilihan lain akan terbuka
Kadang, pilihan untuk menyerah hanya muncul ketika kamu lagi gegabah dan banyak pikiran. Coba deh sekarang kamu melipir sejenak. Lalu lakukan kegiatan yang kamu suka. Karaoke, nonton film, sampai sesederhana tidur siang dulu. Dengan melakukan hal-hal yang kamu sukai ini, pikiranmu bisa sedikit tenang. Pikiran yang tenang itu kelak akan membuka pilihanmu yang lain dan tak hanya menyerah.
ADVERTISEMENTS
6. Curhat ke pacar atau sahabat. Siapa tahu mereka punya pengalaman yang sama dan bisa membantumu dengan urun pendapat
Berbagi dengan orang lain juga bisa kamu jadikan distraksi. Berbagi cerita bisa ke siapa saja, asalkan orangnya benar-benar kamu percaya. Seperti pacar, sahabat, atau bahkan keluarga. Siapa tahu pikiranmu tak hanya sekadar teralihkan dari pilihan menyerah. Tapi juga dapat pandangan baru dari pendapat mereka yang berusaha membantumu.
7. Menengok ke pencapaian yang sudah kamu genggam. Kalau sebelumnya kamu bisa, kenapa kali ini malah ingin menyerah?
Distraksi yang paling sulit, tapi cukup ampuh untuk menjauhkanmu dari kata menyerah. Kalau kamu sudah penat sekali dan tak tahu lagi harus apa selain menyerah, mungkin kamu perlu menengok ke pencapaianmu beberapa waktu ke belakang. Lihatlah betapa kamu sudah hebat telah berada di titik ini. Apa nggak sayang kalau apa yang udah kamu genggam, ternoda hanya karena satu kali menyerah ini?
Kalau tak mau terus merasa tertekan dan sakit karena gagal, mencari distraksi bisa kamu jadikan pilihan. Tapi ingat ya, distraksinya ke hal-hal yang ada manfaatnya aja. Kalau tidak, bukannya menyelesaikan masalah tapi justru cari masalah baru lagi. Hayo, kamu udah cukup matang kan untuk mencari distraksi mana yang bisa kamu lakukan?