7 Hal Ini Pernah Dialami Oleh Ibumu Dahulu. Sebagai Calon Ibu, Kamu Sebaiknya Tahu

Menjadi ibu adalah impian dari sebagian besar perempuan. Meski terkadang kamu suka sebel kalau melihat kelakuan anak kecil yang hobi menangis dan susah diatur, hal itu tidak menyurutkan keinganmu kelak untuk memiliki anak juga. Namanya juga naluri alamiah.

Meskipun saat ini usiamu masih muda, keinginan untuk membina keluarga atau membesarkan buah hati masih belum terlihat ada tanda-tanda, ada baiknya kamu tahu beberapa hal rasanya menjadi seorang ibu. Agar nanti saat tiba waktumu, hal-hal penting tidak luput dari perhatianmu. Gugup itu pasti, tapi kamu harus tahu beberapa hal ini.

ADVERTISEMENTS

1. Ilmu menjadi ibu tidak pernah kamu dapatkan di sekolah. Tapi nanti, kamu nanti akan sering-sering melakukan riset seperti di tingkat doktoral

Ilmu menjadi ibu tidak bisa diperoleh dari sekolahan

Ilmu menjadi ibu tidak bisa diperoleh dari sekolahan via www.marieclaire.cz

Ilmu bahasa, matematika, fisika, ataupun ilmu agama, bisa kamu dapatkan dari bangku-bangku pendikan formal. Kamu bisa belajar dari buku-buku, ataupun menyimak penjelasan dari orang yang ahli. Berbeda dengan cara menjadi ibu. Kamu tidak akan pernah mendapatkan ilmu itu dari ruang kuliah. Tapi nanti ketika waktunya tiba, kamu dituntut untuk melakukan penelitian yang lebih berat dari tingkat doktoral. Bebanmu pun lebih berat. Berbeda dengan riset yang masih memiliki kemungkinan tidak berhasil, kamu tidak boleh gagal dalam membesarkan anak.

Naluri seorang ibu membuatmu selalu mencari tahu hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk anakmu. Apakah makanan yang sehat untuknya, bagaimana cara membuatnya lebih disiplin, dan banyak hal lainnya. Menjadi ibu adalah ilmu yang sifatnya learning by doing. Artinya, kamu akan tahu rasanya ketika kamu mengalaminya nanti.

ADVERTISEMENTS

2. Tapi semakin banyak mencari, semakin kamu paham bahwa kamu tidak tahu apa-apa. Ada kalanya, kamu merasa gagal dan sedih luar biasa

Ada momen merasa gagal

Ada momen merasa gagal

Namun belajar menjadi ibu juga tidak mudah. Karena tidak semua hal yang kamu dapatkan dari kata orang ataupun buku-buku bacaan itu bisa diterapkan di dunia nyata. Pada akhirnya, semakin kamu mencari, semakin kamu merasa tidak tahu apa-apa. Di sini kamu akan tiba di momen-momen merasa gagal. Merasa tidak becus berperan sebagai ibu. Lalu bisa juga, kamu mulai memikirkan perilakumu selama ini. Kamu menyadari bahwa perjuangan ibumu sangat berat, dan kamupun menyesali semua hal buruk yang pernah kamu lakukan kepadanya.

ADVERTISEMENTS

3. Sensitivitasmu meningkat drastis. Sentilan tak sengaja dari suami atau orang lain bisa membuatmu emosi berhari-hari

Lebih sensitif

Lebih sensitif via www.huffingtonpost.com

Terutama di awal-awal kelahiran sang buah hati, rasa bahagiamu akan didampingi rasa frustrasi. Mengurus bayi ternyata tidak semudah yang terlihat di televisi. Mulai dari jam tidurmu yang berkurang drastis karena kamu harus siap bangun jam berapapun anakmu bangun, sampai banyaknya pekerjaan yang terbengkalai karena kamu tidak mau meninggalkan anakmu meskipun cuma sebentar. Rasa lelah dan lelah bergabung menjadi satu, membuat sensitivitasmu meningkat drastis. Kalau suamimu melakukan hal-hal kecil yang tak enak di hati, kamu mudah tersulut emosi. Kalau ada yang menyinggung perasaanmu, kamu bisa sedih berhari-hari. Ah, sindrom ibu muda yang sedang belajar mengurus bayi.

ADVERTISEMENTS

4. Kamu akan sangat sibuk memikirkan kebutuhan anakmu, sampai tidak punya waktu lagi memikirkan kebutuhanmu

Kamu nggak akan punya waktu untuk dirimu sendiri

Kamu nggak akan punya waktu untuk dirimu sendiri via www.yahoo.com

Saat kamu sudah menjadi ibu nanti, perlahan-lahan kamu akan lupa pada dirimu sendiri. Makhluk kecil yang kini menjadi tanggung jawabmu sudah menyita seluruh waktumu. Setiap hari yang kamu pikirkan hanya kebutuhan si kecil, sementara kebutuhanmu bisa menunggu entah sampai kapan. Bila kini kamu merasa senang saat bisa membeli barang berharga untuk dirimu sendiri, nanti kamu akan lebih bahagia bila bisa membelikan sesuatu untuk anakmu. Di titik ini, hidupmu bukan lagi milikmu, melainkan sepenuhnya untuk anakmu.

ADVERTISEMENTS

5. Kamu akan mulai mengkhwatirkan semuanya. Mulai dari tayangan televisi, sampai hal-hal berbahaya di luar rumah yang tidak bisa kamu kontrol

Khawatir pada tayangan televisi

Khawatir pada tayangan televisi via www.theendoftelevision.com

Namun membesarkan makhluk polos yang belum tahu apa-apa itu juga membawa kekhawatiran tersendiri untukmu. Bagaimanapun juga, kepribadian anak tergantung cara orang tua mendidiknya. Karena itu, kamu selalu khawatir bila ada hal-hal buruk yang bisa memberikan pengaruh negatif kepada anakmu. Tayangan televisi yang tidak bermutu bisa membuatmu kalut. Ketika anakmu mulai memasuki pergaulan sosial, kamu pun sering cemas memikirkan apa saja yang akan dia temui di luar sana.

Naluri seorang Ibu, ingin selalu melindungi buah hatinya. Sayangnya, kecemasanmu seringkali dianggap berlebihan oleh anakmu. Terkadang kamu menerima pemberontakan bila anakmu terlalu merasa dikekang. Mereka tentu tidak tahu bahwa itu semua kamu lakukan semata-mata kamu khawatir hal-hal buruk terjadi padanya.

ADVERTISEMENTS

6. Kamu merasa cemas dengan segala sikapmu sehari-hari. Khawatir siapa tahu kamu malah menjadi contoh yang buruk untuk anakmu sendiri

Takut menjadi contoh yang buruk

Takut menjadi contoh yang buruk via www.tumblr.com

Selain mencemaskan hal-hal yang ditemui anakmu di luar rumah, yang di luar kontrolmu, kamu juga mencemaskan sikapmu sendiri. Kamu mulai ekstra berhati-hati dalam bersikap, karena kamu tahu anak adalah peniru yang paling handal. Kamu tidak mau memberikan contoh yang buruk untuk anakmu. Kamu sadar barangkali kamu memiliki sifat buruk dalam dirimu. Karena itu, sebisa mungkin kamu menjauhkan anakmu dari sifat buruk yang bisa saja dia tiru. Kecemasan-kecemasan itu muncul karena kamu begitu ingin menjadi orang tua yang sempurna untuk anak-anakmu kelak.

7. Kamu akan belajar untuk menerima. Apa yang kamu inginkan, belum tentu sama dengan yang anakmu impikan

Belajar menerima pilihan

Belajar menerima pilihan via aphotoeditor.com

Seiring perkembangan usianya, anakmu mulai banyak mengerti tentang berbagai persoalan. Ilmunya sudah lebih banyak, dan dia juga mulai menyusun rencana masa depannya sendiri. Sebagai ibu, terkadang kamu merasa ragu dengan rencana anakmu. Bukan apa-apa, kamu hanya ingin yang terbaik untuk anakmu, dan terkadang pilihan yang diambil anakmu terlihat kurang bisa memberinya kebahagiaan atau masa depan seperti yang kamu bayangkan.

Namun kamu juga sadar bahwa anakmu sedang menjalani kehidupannya sendiri. Apa yang kamu mau belum tentu apa yang dia mau ataupun yang terbaik untuknya. Di sini, kamu harus belajar menerima dan berhenti mengarahkan. Sebaliknya, kamu belajar untuk lebih mendengarkan dan mendukungnya dari belakang.

Menjadi ibu memang tidak mudah. Banyak hal yang akan berubah, dan banyak kecemasan yang kamu rasakan setiap harinya. Tapi sebagaimana ibu kamu dahulu, semua calon ibu juga akan merasakannya. 🙂

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi