Waktu kecil kamu pernah menggantungkan cita-cita sesukamu. Tak pernah terlalu tinggi, tak pernah begitu rendah karena pada dasarnya sewaktu kecil kamu tak pernah mengerti patokan pastinya. Sebuah hal yang membahagiakan, hidup tanpa tahu strata yang sekarang jadi masalah. Tapi sekarang tetaplah sekarang, kita hidup di puncak masa lalu dan pangkal masa depan, memainkan peran dari apa yang pernah kita lakukan. Soal cita-cita masa kecil, kini hanya menjadi kenangan lucu sementara hidup harus terus dijalani dengan semangat. Ya, meskipun cita-cita hanya bisa tertambat pada impian saja.
Masa kecil dengan impiannya adalah dunia yang menyenangkan. Sekarang, kedewasaan malah membuat orang menjadi kehilangan tawa, kesenangan hanya soal bagaiaman kita merawat pekerjaan dan waktu istirahat dengan baik. Impian sebenarnya masih ada, tapi itu pun tinggal sumbu-sumbu bekas yang sudah legam dibakar waktu. Pekerjaan yang dijalani pun hanya sekenanya, hanya soal mengamini anggapan orang banyak “yang penting kerja”. Kamu dan mungkin mereka semua pasti punya seumber semangat meski impian kadang hanya jadi impian saja tanpa tak akan pernah terwujud.
ADVERTISEMENTS
1. Tak apa, niat hati ingin jadi pengusaha apa daya cuma jadi karyawan. Menabung dulu, modal terkumpul impian masa kecil pun terkabul
Mungkin uang adalah segalanya, sampai akhirnya uang juga yang memaksamu untuk bercita-cita. Jadi pengusaha juga bukan hal yang mudah, dunia usaha berisi banyak risiko yang jelas nggak bisa sebentar prosesnya. Tapi kalau itu cita-cita maka hal ini perlu diusahakan, siapa tahu kamu yang bisa menabung akan meraih sukses nantinya.
ADVERTISEMENTS
2. Impian masa kecilmu harus tetap kamu pertahankan, siapa tahu anakmu nanti dapat mewujudkannya tanpa paksaan
Kamu mulai berpikir untuk berhenti dan cita-citamu dibiarkan begitu saja. Tak masalah, toh kamu bisa menyambung masa depan bersama cita-citamu lewat buah hati. Tapi perlu diingat walau bagaimanapun dia punya cita-citanya sendiri, jangan kamu paksakan untuk membubuhi semangatmu yang pudar. Kamu harus mencoba belajar untuk merelakan.
ADVERTISEMENTS
3. Setidaknya semangat dari impian masa kecil membuatmu ada dipencapaian yang sekarang
Bagaimanapun kamu harus bersyukur bahwa dulu kamu pernah punya cita-cita tinggi. Cita-cita itu akhirnya membawamu pada tingkatan ini, ya mungkin tak teramat dekat dengan tingginya cita-cita masa kecilmu. Tapi paling tidak karena cita-citamu yang kamu gantung selangt itu kamu sekarang bisa menikmati hasilnya walau tak seberapa tinggi. Kamu pantas bersyukur, hal seperti ini pantas untukmu syukuri.
ADVERTISEMENTS
4. Sadar, orangtuamu sudah begitu bangga dengan pencapaianmu saat ini. Tak perlu macam-macam lagi ketika umur terus bertambah
Apa yang kamu sesalkan? Lihat bagaimana bangganya orangtua denganmu sekarang, mereka tak pernah meminta lebih. Apa yang kamu capai sekarang adalah yang membahagiaakan untuk mereka. Kalau saja kamu sadar ini, cita-cita masa kecil adalah pelecut semangat yanga mengantarkanmu pada kesuksesan hari ini. Meski tak sesuai dengan cita-citamu di masa kecil. Tapi, bukankah ini membahagiakan?
ADVERTISEMENTS
5. Jangan mengeluh soal pencapaianmu yang sekarang, meski tak seindah impian masa kecil tapi pasti selalu diliputi kebaikan
Yang terpenting dari sebuah pekerjaan adalah kualitas hasil yang dinilai dari seberapa baik dan bermanfaatnya suatu pekerjaan. Ingat, bukan soal kuantitas nominal atau uang? Kalau saja semua hal kebaikan di dunia ini dinilai dengan uang, maka tak akan ada habisnya penyesalan dalam hatimu. Untung saja kamu punya orang-orang dekat yang pandai berbangga diri dengan kebaikan. Kamu harus syukuri apa pekerjaanmu sekarang.
ADVERTISEMENTS
6. Jalanmu masih panjang dan impian masa kecil hanya sekadar mimpi, lebih baik jalani apa yang kamu hadapi sekarang
Jalani apa yang jadi lelakumu sekarang, semua takdir telah antri menunggu. Mimpi kecilmu, jadikan itu sebagai sebuah kenangan indah, jangan dilupakan begitu saja. Seharusnya kamu kerjakan apa yang terpampang di depan, meramunya jadi hal yang tak kalah membahagiakannya seperti impian masa kecilmu dulu. Kamu tak pernah bisa melupakan mimpi masa kecilmu, tapi waktu terus berjalan dan kamu perlu memastikan kamu di jalan yang baik meski mimpi di masa kecil tak pernah terwujud.
Menepi dulu, rasanya harus menepi dulu dari segala sibuk dan rutinitas yang menjenuhkan. Bukan liburan yang melelahkan, hari libur kerja sebenarnya harus dimanfaatkan untuk memanjakan diri. Kita terlalu sibuk, kadang karena harus bersosial kita melupakan nikmat untuk memanjakan diri. Di dunia yang berisi sengkarut masalah yang kian hari kian riuh, menepi dan mengurung diri untuk bermanja dibutuhkan. Soal cita-cita, biarlah mengalir saja karena yang ada kini hanya keinginan-keinginan untuk hidup tenang, nyaman dan melegakan bersama orang-orang terkasih. Patut disyukuri.