Sandang, pangan, papan, dan media sosial adalah kebutuhan utama orang-orang yang hidup di zaman serba digital seperti sekarang. Keberadaan media sosial pelan tapi pasti mengubah kehidupan manusia. Orang-orang menjadi lebih melek teknologi dan cepat menangkap informasi. Media sosial juga menjadi penghubung mereka yang terpisahkan jarak.
Selain sisi baik tersebut, media sosial juga punya sisi negatif yang diam-diam turut mengubah hidup orang-orang. Salah satunya adalah semakin banyak hate speech yang mudah disebarluaskan. Menghakimi orang pun jadi hal yang wajar. Sampai terciptalah sebuah ungkapan bahwa ibu jari jauh lebih kejam daripada ibu tiri.
Mungkin sebagian darimu nggak percaya akan ungkapan ibu jari yang kejam tersebut. Tapi bisa jadi setelah membaca beberapa hal di bawah ini, kamu jadi lebih paham dan mengerti.
ADVERTISEMENTS
1. Rasa iri kadang membuat orang lain ingin menjatuhkan. Cara termudahnya apalagi kalau bukan memberikan komentar pedas
Lewat media sosial, seseorang memang bisa dengan mudahnya membagikan sesuatu. Mulai dari kehidupan sehari-hari sampai pencapaian atau prestasi. Namun ketika ada oknum yang nggak suka, bisa jadi unggahan tersebut malah menimbulkan rasa iri. Dari iri yang nggak terkendali tersebut orang-orang dengan mudahnya memberikan komentar yang kurang sopan. Bahkan cenderung pedas. Padahal kadang seseorang yang dikomentari tersebut nggak terlalu dekat atau bahkan nggak kenal.
ADVERTISEMENTS
2. Kadang lebih merasa sakit hati saat membaca komentar pedas daripada mendengarkan langsung dari orangnya
Dari komentar pedas orang-orang di media sosial tersebut, nggak menutup kemungkinan untuk menghadirkan rasa sakit hati. Bagaimana tidak? Beberapa saat setelah mengunggah sesuatu di media sosial dan nggak menyinggung siapa-siapa, tiba-tiba dihujani komentar yang bahkan kamu nggak kenal dari siapa. Momen inilah yang kadang rasanya lebih menyakitkan. Mungkin seperti inilah sakit tapi tak berdarah akibat dari kejamnya ibu jari di media sosial.
ADVERTISEMENTS
3. Kejamnya ibu jari bisa membuat masalah kecil menjadi besar. Jelas butuh waktu lebih banyak agar masalah tersebut bisa kelar
Masalah yang sebenarnya hanya sepele bisa berlarut-larut dan akhirnya melebar. Padahal kalau tak dicampuri jari-jari yang kurang kerjaan, pasti masalah sepele ini bisa cepat kelar. Inilah bukti kekuatan jari dan ibu jari itu sebenarnya memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang.
ADVERTISEMENTS
4. Berkat ibu jari juga citra seseorang bisa berubah dengan cepatnya. Masa depan seseorang dipertaruhkan dari sana
Mungkin awalnya hanya iseng, tapi ibu jari yang nggak dijaga bisa menyebabkan citra seseorang rusak setelahnya. Asal menyebar informasi yang belum tentu kebenarannya atau asal menghakimi seseorang contohnya.
Pernahkah kamu berpikir bahwa ibu jarimu bisa mempertaruhkan masa depan seseorang?
ADVERTISEMENTS
5. Berawal dari aktivitas ibu jari di dunia maya, perbedaan menjadi suatu masalah besar. Padahal bukankah perbedaan itu sebuah keindahan?
Perbedaan diciptakan untuk menyeimbangkan kehidupan. Coba bayangkan kalau perbedaan ini tak pernah ada. Mungkin hidup di dunia ini akan berjalan dengan begitu-begitu saja. Namun berkat ibu jari yang nggak terkendali, perbedaan ini justru menjadi awal sebuah pertengkaran. Pertengkaran yang mungkin sampai kapanpun nggak akan cepat kelar. Kalau setiap perbedaan ini selalu disikapi dengan pertengkaran, gimana kehidupan bisa berjalan dengan nyaman?
ADVERTISEMENTS
6. Ibu jari juga bisa membuat seseorang terkekang. Sebab zaman sekarang seseorang lebih tunduk akan omongan orang
Hidup di zaman serba digital memang harus pintar-pintar beradaptasi. Sebab jika tak mampu beradaptasi, seseorang bisa selamanya terjebak dan terkekang. Mirisnya sesuatu yang menjebal itu berasal dari tingkah laku ibu jari di media sosial. Sudah banyak kan orang-orang yang hidupnya terkekang dan tunduk dengan omongan orang di media sosial?
Biar nggak semakin menambah populasi ibu jari yang kejam, kita bisa membiasakan diri sendiri agar tak mudah nyinyirin orang. Memfilter apa saja yang bisa dikomentari dan apa saja yang baiknya tak perlu dicampuri. Semoga generasi di depan bisa sembuh dari kebiasaan ini dan tak lagi mengalami ungkapan ibu jari lebih kejam daripada ibu tiri.