Bicara soal bulan Ramadan anak rantau nggak bisa dipisahkan dari mudik lebaran. Yap! mudik lebaran menjadi satu hal yang paling dituunggu-tunggu para perantau. Selain momen pelepas rindu bertemu dengan keluarga dan kampung halaman. Mudik juga kerap dimaknai sebagai momen me-refresh diri dari rutinitas di rantauan yang kian hari kian membebani kepala.
Siapa sih yang nggak senang bertemu keluarga? Kamu semua tentunya juga pasti sudah menunggu momen mudik bukan? Tapi nyatanya, nggak semuanya bahagia menyambut libur lebaran. Pasalnya ada sebagian orang yang kurang beruntung nggak bisa pulang ke rumah karena satu dan lain hal. Buat kamu yang belum beruntung tahun ini, inilah 6 hal yang mungkin rasakan saat nggak bisa mudik lebaran.
ADVERTISEMENTS
1. Keresahanmu selalu timbul setiap kali teman-temanmu membawa topik lebaran dan mudik ke kampung halaman
“Nggak kerasa, ya puasa sudah belasan hari aja. Udah pada beli tiket belom”
“Belum…”
Mendengar percakapan teman semacam itu rasanya resah sekaligus miris, tapi apa daya kenyataannya kamu nggak bisa mudik lagi tahun ini. Keresahan karena kamu nggak bisa mudik sejatinya sudah membayangimu jauh sebelum libur lebaran tiba. Tepatnya ketika kamu menyadari bahwa tahun ini sepertinya kamu lebaran di kota rantauan lagi. Penyebab yang lumrah biasanya kendala biaya, jarak yang jauh dan ada sesuatau yang mesti diselesaikan di rantauan.
ADVERTISEMENTS
2. Bukannya nggak mau berjuang untuk pulang, tapi memang ada sesuatu di luar kuasamu yang mengharuskanmu tinggal di perantauan
“Kamu nggak pulang kampung lagi, Lih? Nggak kangen rumah?
“Ya, kangen tapi…”
Pertanyaan-pertanyaan klise silih berganti menyapamu dari tutur kerabat dekatmu. Awalnya terdengar wajar, tapi semakin lama pertanyaan serupa makin mengusik kenyamananmu. Bukannya tersinggung, namun siapa sih yang nggak mau pulang? Pastinya mau cuma memang pada saat itu kamu nggak bisa pulang.
Mulai dari jarak yang jauh dan biaya perjalanan yang nggak sebanding dengan lamanya waktu liburan, sampai ada tugas yang nggak bisa ditinggalkan. Semua kemungkinan untuk pulang sudah kamu perjuangkan, tapi apa daya kenyataan nggak sesuai ekspektasimu.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Hari demi hari menjelang lebaran kamar indekos mulai sepi, sebab teman satu per satu pergi. Di sinilah rasa sepi mulai menjangkiti
Selain tak bisa bertemu keluarga, satu hal yang membuatmu merasa miris adalah ketika tak ada teman untuk menghadapi kesendirianmu di tanah rantau. Rasa sepi itu mulai menjangkiti pada pertengahan puasa saat temanmu satu per satu pulang kembali ke peraduan. Suasana indekosmu mendadak sunyi, terpaksa ke mana-mana kamu mesti sendiri, dan hari-hari kamu jalani sebagai penyendiri.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Pada Hari Raya Idul Fitri semua kegalauan pun pecah, rasanya ingin tidur seharian daripada terus menerus sendu saat ingat rumah
Puncaknya adalah saat lebaran tiba. Hari raya suci yang biasanya kamu mulai dengan shalat ied bersama di masjid, terpaksa kamu jalani sendiri. Momen hangat bertemu sepupu-sepupu dari jauh hanya bisa kamu bayangkan dalam angan. Tak ada pula nostalgia saat bertemu teman-teman kecil dulu. Kerinduan jadi satu dan rasanya ingin tidur saja daripada galau dan sendu menahan rindu-rindu berkecamuk dalam kalbu.
5. Lebaran di rantauan makan apa saja serasa tak enak, karena cuma cita rasa opor buatan ibu yang terngiang di kepala
Lebaran identik dengan opor ayam sebagai hidangan santap pagi. Buah tangan ibu sebagai koki semakin bertambah lezat saat disantap bareng keluarga. Kerinduan akan kampung halaman dan suasana lebaran mungkin sudah kamu siasati dengan mencari santapan opor ayam, tapi nyatanya tak ada yang mampu mengalahkan opor ayam buatan ibu yang sudah terlanjur terkecap lezat di lidah serta ingatanmu akan masa kecil dulu di kampung halaman.
6. Menelpon rumah jelas satu-satunya cara membunuh rindu, mendengar suara ayah dan ibu
Obat rindu akan rumah paling mujarab dan setidaknya bisa mengobati kerinduan rumah adalah dengan mendengar suara ibu. Ya, itulah hal yang sedikit bisa mendistraksi kegalauan dan kesepianmu menjalani lebaran di rantauan. Lebih jauh lagi kamu bisa memanfaatkan video call untuk melihat rupa ibu, ayah, kakak, adik dan saudara-saudaramu lainnya saat mereka sedang berkumpul di rumah.
Memang menyedihkan tak bisa berlebaran di kampung halaman. Tapi setidakberuntungnya kamu, hidup selelu menawarkan dua sisi. Berlebaran sendiri sejatinya bisa kamu jadikan pelajaran untuk dirimu sendiri. Di saat seperti inilah sejatinya kamu bisa merenung dan meresapi arti pentingnya sebuah pertemuan dengan keluarga. Sehingga ke depannya kamu menjadi lebih bijak menyikapi waktu libur adengan memanfatkannya sebagai momen untuk pulang dan bertemu keluarga.
Semoga artikel ini bisa sedikit menghibur anak-anak kos yang jarang pulang kampung, ya… Nah, khusus buat kamu yang lebaran besok terpaksa bengong di kosan, semoga bisa tetap bahagia menyambut hari raya. Semangat ya, guys!