Biasanya setelah lulus SMA dan hendak melanjutkan kuliah, orang akan memikirkan untuk merantau ke kota orang. Umumnya pilihan ini muncul pada mereka yang berasal dari kota-kota kecil yang belum memiliki universitas ternama di daerahnya. Alasan lain adalah mencari pengalaman hidup karena bosan sejak kecil hanya berkutat di situ-situ saja.
Apapun alasannya merantau sekarang sudah menjadi salah satu pilihan utama bagi seseorang –nggak terkecuali kamu. Namun apabila diingat kembali, banyak hal yang kamu pertimbangkan saat memutuskan merantau. Nah beginilah kiranya gambaran 6 hal yang ada dalam pikiranmu saat kamu memutuskan merantau dulu. Ketidak tegaanmu meninggalkan ayah–ibu yang paling membikin galau.
ADVERTISEMENTS
1. Ada rasa sedih melihat Ibu sendirian mengurus rumah kala ayah bekerja, tapi mau bagaimana lagi
Hal utama yang kamu pikirkan adalah ibu di rumah. Kamu sejatinya nggak tega meninggalkannya sendiri sebab meski masih ada adik dan ayah namun sesekali rindu kepadamu membuatnya merasa sepi. Dulu, ada kamu yang suka membantu-bantu urusan rumah meski hanya sekadar mengepel lantai dan mencuci piring, tapi sekarang hanya dia seorang. Sejatinya kepada ayah, kamu pun nggak tega membiarkan beliau bekerja lebih keras untuk membiayai kuliah dan bulananmu di perantauan. Tapi mau bagaimana lagi, semua demi masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENTS
2. Keputusan merantau juga berangkat dari keadaan di rumah. Ada ilmu dan pengalaman hidup yang perlu dikejar demi mewujudkan masa depan yang cerah
Dari berbagai pertimbangkan, semua telah kamu pikirkan baik buruknya. Keputusan merantaumu ini juga baik untuk masa depanmu. Memang sekarang kamu meninggalkan ibu sendirian di rumah dan ayah bekerja lebih keras, tapi semua itu rasanya sepadan dengan apa yang ingin kamu peroleh, ilmu dan pengalaman yang tentunya berguna untuk masa depanmu. Kalau kamu sukses juga mereka senang dan bangga.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Usia mudamu bisa sia-sia kalau kamu terus-terusan berada dalam zona nyaman dan dalam pengawasan orangtua
Namun jika dipikir dari segi usia, sekarang kamu sudah harus ke luar dari zona nyaman. Bayangkan saja dari dulu kamu tinggal di rumah di mana semua telah tersedia. Kamu jelas butuh sesuatu yang baru untuk menempa dirimu menjadi seseorang yang lebih dewasa, yang lebih baik dari sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Di balik kesedihan meninggalkan rumah, kamu mengingat lagi kisah sukses orang-orang di perantauan
Keputusanmu untuk merantau juga terpengaruh dari kehidupan teman-temanmu di rantauan yang sekilas asyik dan seru kala mereka menceritakan kepadamu. Terutama dari perubahan sikap dan kualitas obrolan yang dibicarakan saat pulang dari rantauan. Dari sana kamu tertarik untuk ikut menempa diri dengan berkuliah di kota orang.
5. Lagipula kalau di rumah, rutinitasmu sebatas itu-itu saja bahkan lebih sering merepotkan orangtua. Ini jelas bikin jenuh dan memalukan
Sejatinya kamu nggak masalah jika harus berkuliah di kampung halaman. Tapi dengan segala kenyamanan yang telah disediakan orangtua seringkali membuatmu lupa diri sampai terkadang justru merepotkan orangtua. Seperti halnya saat SMA, kamu sering pulang larut hanya untuk nongkrong. Nggak seperti di rantauan sekarang, seenggaknya meski sama-sama pulang malam tapi ada tugas yang telah selesai dikerjakan atau ada diskusi yang tuntas dibahas.
6. Lain halnya dengan yang kamu yang mencari pekerjaan di luar kota. Kesempatan kerja dan gaji yang lebih besar menjadi sesuatu yang sulit ditolak
Nggak bisa dipungkiri bahwa keputusan merantau juga dipikirkan masak-masak oleh kamu para pencari kerja. Kamu yang baru saja lulus kuliah tentu juga memikirkan ibu dan ayah di rumah, bukan? Dan kebetulan tawaran paling menggiurkan datang dari luar kota yang menyediakan kesempatan kerja yang luas dengan gaji yang lebih tinggi dari daerahmu. Harapannya kamu mandiri dan rutin memberikan materi kepada keluarga di rumah.
Itulah beberapa hal yang setidaknya ada dipikirkanmu saat memutuskan merantau –baik dulu maupun sekarang. hal yang paling memberatkan tentu saja meninggalkan orang tua, tapi mau bagaimana lagi ada ilmu yang mesti dipelajari, ada cita-cita yang mesti diraih, ada masa depan yang kamu mesti genggam. Semua demi membahagiakan mereka.