Transisi menuju kedewasaan adalah saat-saat paling kritis dalam hidup manusia. Periode itulah yang seringkali menentukan kehidupan seseorang untuk selamanya. Pilihan karier, pasangan, dan keputusan penting lain yang dibuat semasa ini, biasanya akan terus melekat denganmu untuk waktu yang sangat lama. Wajar jika banyak orang yang mengalami krisis identitas karena kebingungan menghadapi tanggungjawab barunya sebagai manusia dewasa.
Panjangnya masa ini bagi tiap orang, pastinya berbeda-beda. Ada yang sejak usia dini sudah ‘dipaksa’ kondisi untuk berlaku layaknya orang dewasa. Ada juga yang sudah berumur tapi terus ‘dimanjakan’ situasi, hingga tak bisa mengambil keputusan sendiri. Saking dramatis dan gentingnya masa-masa ini, kisah menuju kedewasaan ini sering diangkat jadi cerita film. Genre yang populer disebut ‘coming of age’ ini memang bisa jadi pelipur lara buat kita yang sedang menyebrangi jembatan kedewasaan ini. Supaya kita tidak merasa sendirian berjuang untuk bisa pantas menyandang titel ‘dewasa’, tonton deh 5 film coming of age ini.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
 1. Spectacular Now (2013), mengajari pentingnya memaknai waktu terbatas yang kita miliki sebagai manusia. Harus nikmati saat ini, tapi ingat akan ada besok untuk dinanti
Menyadari bahwa kita tidak bisa hidup selamanya, merupakan pembuka langkah menuju kedewasaan. Tokoh Sutter Keely yang diperankan dengan apik oleh Miles Teller dalam film ini, adalah tipe orang yang ingin selamanya hidup dalam popularitasnya sebagai anak keren di SMA. Disukai oleh semua orang karena kepribadiannya yang outgoing, tapi sebenarnya tak punya rencana untuk masa depan selepas SMA. Pada akhir film, tokoh ini akhirnya sadar bahwa dia harus meninggalkan masa ‘sekarang’-nya ini demi meraih ‘sekarang’ atau ‘now’ yang lebih spektakuler di esok hari. Karena sejatinya waktu dan usia akan terus berjalan, meski kamu hanya ingin diam di tempat. Tak bisa selamanya tinggal di masa sekarang, harus segera beranjak dewasa.
ADVERTISEMENTS
2. Juno (2007), punya kebebasan dan bisa lepas dari pengawasan orang tua itu disertai tanggung jawab yang besar. Sudah harus siap menanggung konsekuensi dari tiap pilihan yang kita buat
Semasa kecil, kita pasti melihat orang-orang dewasa dengan penuh rasa iri dan kekaguman. Bebas kemana-mana sendiri dan tak perlu minta izin pada orang tua untuk segala hal. Tapi begitu merasakan kebebasan itu, hampir semua orang berharap bisa kembali ke masa kanak-kanak yang naif dan penuh ketidaktahuan. Tonton deh film ini untuk memahami perjuangan tokoh Juno MacGuff (Ellen Page), bergulat menerima konsekuensi dari pilihannya berhubungan seks di usia belia. Meski orangtuanya berusaha bersikap suportif, banyak hal yang harus ditanggung sendiri oleh Juno sebagai calon ibu remaja. Dihadapan beratnya konsekuensi hidup sebagai orang dewasa, pasti banyak orang yang berharap bisa kembali dalam lindungan rumah dan orangtua.
ADVERTISEMENTS
3. Crossroads (2002), menjalani masa-masa kritis itu bersama sahabat dapat meringankan bebanmu. Tak apa-apa meski status dewasamu belum sempurna, yang penting sudah melangkah ke depan
Bagi penggemar berat Britney Spears pasti tidak asing dengan film yang satu ini. Kisah tiga sahabat yang melakukan perjalanan untuk lebih mengenal satu sama lain dan dalam prosesnya justru makin menemukan jati dirinya masing-masing. Akibat perjalanan itu, mimpi dan prioritas hidup mereka berubah 180 derajat. Persahabatan pun diuji karena sadar mereka tak lagi pribadi yang sama. Belum sepenuhnya dewasa, tapi yang jelas sudah bukan lagi anak-anak. Sahabat yang bisa bertahan melewati semua tahapan hidup itu, adalah mereka yang layak untuk dipertahankan.
ADVERTISEMENTS
4. Catatan Akhir Sekolah (2005), jadi dewasa itu masalah perspektif. Masalah yang tadinya dikira akhir dunia, nyatanya tak seberapa dibanding banyak tantangan di depan
Drama selama masa-masa keemasaan SMA, memang paling bisa buat remaja manapun labil. Tapi film ini memperlihatkan di akhir, bagaimana semua episode dramatis semasa SMA bisa rangkum dalam 8 menit yang singkat. Kisah pembuatan film dokumenter oleh tiga sahabat, Agni, Arian, dan Alde, menunjukkan perubahan perspektif itu seiring proses pendewasaan diri. Masalah yang tadinya membuat konflik dipenuhi tangisan dan sampai mengancam persahabatan, toh akhirnya bisa dilihat kembali dengan senyuman. Semua yang kamu kira akhir dunia, sebenarnya bukan apa-apa jika dibandingkan akhir dunia yang sesungguhnya. Makanya tak perlu berlama-lama terpuruk, segeralah bergegas mencari solusi dan bersiap untuk cobaan yang lebih berat lagi.
ADVERTISEMENTS
5. Sang Pemimpi (2009), dihadapkan dengan berbagai realita kehidupan yang jauh dari kata indah, bukan berarti orang dewasa tak berhak melanjutkan mimpi masa kecilnya
Bertambah umur, pengalaman, dan menghadapi realita yang jauh dari indahnya cerita dongeng, merupakan perjalanan umum menjadi dewasa. Dalam prosesnya, mimpi dan idealisme banyak yang luntur dan terpatahkan oleh realita. Banyak yang semasa kanak-kanak bermimpi jadi astronot dan pergi ke luar angkasa, dewasanya bahkan tak mau keluar daerah untuk mencari kerja. Padahal orang dewasa juga harusnya tetap rajin bermimpi dan lebih rajin lagi berupaya mewujudkannya. Jika yang dewasa dianggap sudah tak lagi pantas bermimpi, berarti masyarakat kita sudah menjadi makin pesimis.
Inilah pelajaran hidup yang diangkat dengan menyentuh dalam kisah Ikal, Arai, dan Jimbron di film ini. Mereka bertiga yang tak punya apapun selain mimpi, nyatanya bisa sukses mewujudkan impian masa kecilnya. Kita yang makin sering menggunakan berbagai alasan dan realita untuk meyakinkan diri ‘ah itu tidak mungkin’, seharusnya menunduk malu dan tersadar. Terutama jika sebenarnya tokoh Ikal itu terinspirasi dari kisah penulisnya sendiri, Andrea Hirata yang tak pernah takut untuk bermimpi.
Pastinya perjalanan menuju kedewasaan itu berbeda untuk tiap orang. Tapi tak perlu putus asa dan merasa berjuang sendirian. Semoga kisah-kisah dalam film ini dapat menjadi gambaran dan pendamping di kala kesepian. Atau mungkin kamu punya film-film lain yang membantumu memahami makna kedewasaan, share di bawah ya guys!