Setiap usahamu berhenti di satu titik dan tak tahu harus usaha apa lagi, kamu langsung mengira bahwa memang ada sesuatu yang salah dari dirimu. Saat apa yang kamu lakukan hanya berujung pada kesedihan, kamu selalu ngotot menyalahkan diri sendiri. Gagal, sedih, dan kecewamu pada akhirnya berujung pada kata berhenti. Sebab kamu merasa lemah dan tak punya kesempatan lagi.
Namun kamu hanya melihat pada satu sisi saja. Kamu mengambil keputusan hanya dari satu sudut pandang saja. Padahal kalau kamu melihat dari berbagai sisi dan sudut pandang, mungkin kamu hanya merasa lelah, BUKAN lemah. Dan yang kamu butuhkan hanya berhenti SEJENAK bukan selamanya.
Untukmu yang selalu gamang dan berujung pada kata “Iya, iya, aku ini memang lemah!” inilah saatnya kamu berbenah. Tahan dulu keputusan berhenti untuk selamanya sebelum menuntaskah hal-hal di bawah ini.
1. Kegagalan yang kamu alami bukan karena dirimu lemah. Toh kalau lemah, kamu tak akan sampai di titik yang sekarang
Setiap buka usaha baru, ujung-ujungnya malah rugi. Giliran banting setir mau jadi penulis, naskahmu selalu berakhir di tempat sampah penerbit. Pun dengan pendidikan, aplikasi beasiswamu entah kenapa hanya mentok sampai tahap seleksi berkas. Rasanya semua yang kamu lakukan pasti akan berakhir sama: gagal! Kegagalan ini buatmu merasa tak berguna menjadi manusia. Lemah sebagai ciptaan yang katanya paling sempurna dari semua makhluk di dunia.
Namun tahukah kamu? Kalau kamu lemah, kamu tak akan sampai di titik ini. Kamu tak akan sampai merasakan kegagalan. Sebab gagal adalah bukti kamu telah berjuang. Sedangkan orang-orang lemah tak akan sampai pada perjuangan sehebat ini.
2. Merasa lemah berarti kamu menyerah. Padahal bisa jadi kamu menemukan turning point hidup untuk berhenti sejenak lalu lanjut lagi
Udah ah, nggak mau sok kirim-kirim naskah lagi. Kayaknya emang takdirku bukan jadi penulis. ~
Mengatakan pada diri bahwa kamu lemah sama saja dengan kamu menyerah. Dan menyerah adalah hal yang setara dengan bunuh diri. Sebab kamu memutus sepihak potensi dirimu. Sama saja kan dengan bunuh diri yang mendahului takdir yang tertulis di Lauh Mahfudzmu? Padahal kamu tak pernah tahu apa yang nantinya akan terjadi. Siapa tahu kalau kamu menunda keputusanmu untuk menyerah dan berusaha lebih lama lagi, kamu akan menemukan turning point dalam hidup yang selama ini dicari.
3. Rasanya sayang sekali jika kamu tenggelam dalam kelemahan ini. Sementara kesempatan selalu membuka pintu untukmu mencoba berulang kali
Hidup memang tak ada yang tahu. Begitu pula dengan umur manusia. Karena tak tahu sampai kapan kamu bisa menikmati napas yang Tuhan berikan cuma-cuma, rasanya sayang sekali jika hidup hanya dihabiskan dengan tenggelam dalam kelemahan. Apalagi pintu kesempatan selalu terbuka. Masalahnya lagi-lagi ada dalam dirimu. Apakah kamu mau mencoba berulang kali atau hanya merasa lemah, pasrah lalu sudah.
4. Coba lihat sekelilingmu, pasti ada orang-orang yang berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga yang tersisa. Kalau mereka bisa, kamu pun pasti bisa!
Namanya hidup juga pasti ada bagian tak enaknya. Namun menyikapi bagian tak enak dari hidup ini nggak harus dengan mendeklarasikan diri bahwa kamu lemah lalu menyerah. Kalau kamu beralasan hidupmulah yang paling nggak enak, coba lihat sekelilingmu. Lihat baik-baik sampai kamu tertunduk malu, karena nyatanya ada banyak orang yang dihantam keadaan tapi tak menyerah sepertimu. Kalau mereka bisa meneruskan hidupmu, mestinya kamu juga bisa! Toh sumber semangat di luar sana tak terbatas jumlahnya.
5. Saat kamu merasa tak ada pilihan selain menyerah karena lemah, mungkin kamu lupa akan keberadaan doa. Penyambungmu dengan Yang Maha Memberi di sana
Kamu tuh cuman bisa ngomong dan ceramah doang. Pilihanku sekarang memang hanya menyerah!
Pilihan dalam hidup memang terbatas. Ada kalanya hidup memang tak bisa memberikan pilihan. Namun kamu mungkin lupa sesuatu. Saat hidup tak memberikanmu pilihan, selalu ada yang namanya doa. Penyambungmu dengan Yang Maha Memberi ini bisa tiap hari kamu andalkan. Apalagi di setiap tarikan nafasmu ketika berdoa, diam-diam Tuhan meniupkan kekuatan untukmu. Masih mau patah semangat dan merasa lemah?
6. Karena sejatinya manusia tidak diciptakan untuk merasa lemah lalu kalah. Namun semesta memaklumi kalau kamu ingin berhenti sebentar ketika merasa lelah
Zaman kecil dulu, kamu mungkin diajari bahwa manusia diciptakan dari zat-zat terbaik yang pernah ada . Namun kamu mungkin belum tahu kalau manusia sejatinya diciptakan tidak untuk merasa lemah lalu kalah. Rasanya akan sia-sia sekali jika zat-zat terbaik dalam dirimu ini hanya berakhir dengan “Udah deh, aku nyerah!”. Pun dengan semesta yang menjadi tempatmu lahir dan tumbuh besar. Bisa jadi dia akan kecewa dan marah. Tapi lain halnya ketika kamu berhnti sejenak karena lelah, semesta jelas akan memaklumi dan menunggu sampai siap berjuang lagi.
Mulai sekarang, kamu perlu mengurangi meremehkan, merendahkan dan menganggap dirimu lemah lagi. Sebab gagal, sedih, dan kecewa, bukan bukti kalau kamu lemah. Kamu hanya sedikit lelah.