Dih, sekarang gendut banget sih? Mukanya pipi semua
Kurus banget sih? Kamu pakai drugs ya?
Gendut dikomentari. Kurus juga dikomentari. Punya kulit putih dinyinyirin. Apalagi kalau kulitnya hitam, pasti nggak mau berteman. Body shaming atau mengomentari kekurang fisik seseorang seakan sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Apalagi sejak ada stereotip bahwa cantik itu harus putih dan tinggi. Begitu ada yang nggak sesuai, kamu langsung gatal ingin mengomentari. Hal ini seringkali dilakukan dalam berbagai cara. Mulai dari sekadar basa-basi sampai terang-terangan di depan orangnya.
Cara memandang orang yang satu ini bisa dibilang nggak elegan sama sekali. Sebab hanya keadaan fisiklah yang buatmu berani mengomentari. Biar cara pandangmu terhadap orang lain nggak seremeh ini, berikut beberapa alasan untuk tak lagi mengomentari kekurangan fisik seseorang.
ADVERTISEMENTS
1. Sebelum mengomentari orang lain, coba berkaca pada diri sendiri. Sempurnakah dirimu sampai bisa bertindak seperti itu?
Saat kamu mengomentari orang lain, pasti kamu sama sekali lupa dengan kondisi diri sendiri. Untuk itu, sesekali coba lah untuk menahan hasrat nyinyir itu dan berkaca. Perhatikan diri sendiri, apakah kondisinya lebih baik daripada mereka yang kamu komentari. Kalau pun memang lebih baik, coba lihat lebih dalam lagi. Kamu pasti kamu akan menemukan kekurangan di sana, sebab tak ada satupun manusia yang sempurna.
ADVERTISEMENTS
2. Mengomentari kekurangan seseorang sama aja dengan mem-bully. Sebab hal itu membuat mereka stres dan tak percaya diri
Percaya atau tidak, mengomentari kekurangan fisik seseorang sama saja dengan mem-bully. Meskipun kamu nggak melukai fisik mereka, tapi lewat kata-kata kamu berhasil melukai psikis mereka. Kata-kata pedasmu akan membuat mereka merasa stres dan nggak percaya diri. Kedua hal itu pun kalau dirasakan secara terus menerus bisa membuat hidup mereka tertekan sekali.
ADVERTISEMENTS
3. Mungkin maksudmu hanya mencari kesenangan, tapi masa depan seseorang bisa hancur berantakan
Beberapa orang mengomentari fisk seseorang hanya untuk kesenangan. Terdengar sepele memang namun jika dilakukan berulang-ulang akibatnya bisa fatal. Kamu nggak hanya merusak mood-nya hari itu, tapi bisa berakibat ke masa depannya. Rasa tertekannya itu yang akan terus tertinggal di dalam pikirannya. Sehingga pelan-pelan mengendap dan buatnya terus-terusan insecure dengan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENTS
4. Dengan sibuk berkomentar tentang kekurangan fisik seseorang, kamu justru mengumbar sisi kelemahanmu sendiri
Mungkin maksudmu ingin menjelek-jelekan kekurangan mereka, namun secara nggak langsung kamu justru mengumbar sisi kelemahanmu sendiri. Orang-orang akan tahu bahwa kamu sebenarnya hanya mencari perhatian dan kesenangan. Dengan mengomentari kekurangan fisik seorang kamu seakan ingin balas dendam, sebab selama ini tak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu pun akan tumbuh menjadi sosok yang nggak berkembang karena sibuk mengomentari kekurangan fisik seseorang
Sekali mengomentari kekurangan fisik seseorang, kamu akan ketagihan dan ingin melakukannya lagi. Hari-harimu pun akhirnya hanya berisi kegiatan yang punya manfaat sama sekali ini. Ke depannya, kamu bisa menjadi sosok yang nggak berkembang karena disibukkan untuk nyinyirin apa yang kurang dari mereka.
Kalau sosokmu nggak berkembang, apa kamu nggak sayang dengan hidupmu nanti?
ADVERTISEMENTS
6. Mengomentari kekurangan fisik seseorang sama dengan merendahkan ciptaan-Nya. Hati-hati bisa jadi karma di suatu hari nanti
Setiap manusia diciptakan karena kuasa-Nya. Mengomentari kekurangan fisik mereka sama halnya dengan meragukan Yang Maha Esa. Sebagai manusia, sebaiknya kamu tak melakukan hal itu, sebab Dial ah sebaik-baiknya pencipta yang ada. Kamu yang hobi mengomentasi fisik, sebaiknya berhati-hati. Karma akan selalu ada, termasuk untukmu yang suka nyinyirin keadaan fisik mereka.
Saat melihat keadaan seseorang berbeda denganmu, ada baiknya kamu tak buka suara. Jika memang tak mampu menahan kata-kata pun sebaiknya kamu pikir dulu berkali-kali apakah perkataanmu nanti akan menyakitkan mereka.
Berbeda itu biasa. Jika sama semua, bukankah dunia hanya akan berisi kebosanan semata?