Bahagia itu sederhana.
Nasehat yang sudah terlalu sering kamu dengar. Karena ungkapan itu kamu pun punya pandangan bahwa tak perlu berusaha keras atau banyak berkorban untuk merasakan kebahagiaan. Seiring berjalannya waktu, kamu mulai tumbuh dan mengalami berbagai fase kehidupan. Sekarang, diumurmu yang seperempat abad ini, pandanganmu tentang bahagia mulai bergeser. Nasehat tadi seolah isapan jempol.
Untukmu yang kini menjalani fase usia 25-an, kebahagiaan mungkin tak sesederhana yang dibayangkan. Nggak perlu putus asa dulu, namun kamu sebaiknya memahami penyebab mengapa bahagia tak bisa dirasakan dengan sesederhana itu. Berikut alasan yang mungkin mendasari terjadinya pergeseran makna bahagia. Kamu perlu pahami dan resapi agar bisa terus berusaha membahagiakan diri.
ADVERTISEMENTS
1. Waktu kecil kamu percaya bahagia bisa didapatkan sesederhana dapat izin makan sambil nonton acara TV tanpa mandi dulu
Biarpun waktu kecil kamu masih harus terpaksa tidur siang atau makan sayur yang rasanya nggak enak. Tapi kamu masih bisa merasakan bahagia setelahnya. Seperti kamu diberi kebebasan oleh ibu untuk makan sambil menonton acara TV tanpa perlu mandi dulu. Hal itu meskipun hanya sekali seminggu kamu alami, tapi selalu sukses mengembangkan senyum kecil di wajahmu.
ADVERTISEMENTS
2. Nyatanya kini Bahagia yang sederhana mulai sulit kamu rasakan, apalagi saat memasuki usia 25-an
Waktu terus berjalan, dan tak terasa kamu sudah memasuki usia seperempat abad. Usia di mana kamu telah mengalami beberapa fase pembelajaran dalam kehidupan. Di usia ini pula kamu harus menerima kenyataan kalau bahagia bukan lagi kebebasan makan di depan TV, tapi lebih sulit lagi. Kamu harus mengorbankan sesuatu hanya untuk merasakan secuil kebahagiaan yang dulu didapatkan secara cuma-cuma itu.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Ingin senang-senang dengan pergi travelling, tapi apa daya kamu malah terjebak rutinitas pekerjaan yang buatmu kepayahan sendiri
Meskipun sekarang kamu udah punya pekerjaan dan penghasilan sendiri, tetap saja kamu harus mengikuti aturan perusahaan agar bisa segera liburan. Tapi seringnya kamu harus gigit jari karena rutinitas pekerjaan semakin lama buatmu kepayahan sendiri. Pengorbanan berlebih pun mau tak mau harus kamu lakukan. Seperti lembur berhari-hari, menabung demi ongkos perjalanan, hingga pintar-pintar mengambil jatah cuti yang hanya dua belas hari. Semua pengorbanan itu kamu lakukan demi sebuah:
Ah, akhirnya melepas penat juga!
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Rencanamu ingin membahagiakan ayah ibu di kampung halaman, namun jumlah pemasukan hanya cukup untuk kebutuhanmu sebulan
Sewaktu kecil dulu kamu ingin sekali membahagiakan kedua orangtua saat sudah bekerja. Salah satunya seperti mengirimi uang secara rutin untuk membantu keperluan rumah tangga. Namun kenyataannya, di usia yang 25-an ini kamu masih saja terseok demi menegakkan tiang perekonomian diri. Jangankan untuk rutin mengirimkan sejumlah uang ke ayah dan ibu di kampung halaman. Untuk menabung saja kamu udah kesusahan karena pemasukan yang pas banget di kantongmu sendiri.
5. Kembali ke rumah juga belum tentu buatmu bahagia. Apalagi saat kamu masih sendiri di usia 25-an ini
Dulu bahagiamu cukup sederhana. Cukup dengan berada di rumah, nonton TV sambil ngemil sesuatu buatan ibu. Namun sekarang hal tersebut nggak berlaku lagi. Meskipun kamu tetap masih bisa nonton TV sambil makan sesuatu, ada hal-hal yang terus mengusik kebahagiaan. Apalagi saat kamu kembali ke rumah, kamu masih sendiri di usia yang udah cukup matang ini. Obrolan tentang jodoh dan masa depan menjadi salah satu hal yang mau tak mau mengharuskanmu merelakan kata bahagia itu.
“Nak, kapan kamu bawa calon menantu buat ibu?”
5. Standar bahagiamu kini tak lagi sama. Semakin bertambahnya usia dan tuntunan hidup yang ada buat bahagiamu jauh dari kata sederhana
Travelling, kiriman untuk ayah ibu sampai sekadar nonton TV dengan tenang di rumah sendiri, adalah sederet kebahagiaan sederhanamu. Hal-hal itu dalam kenyataannya tak bisa didapatkan secara sederhana. Harus ada pengorbanan yang perlu kamu lakukan terlebih dahulu. Seperti menabung, lembur, sampai memantaskan diri agar segera dapat calon mantu. Kamu pun akhirnya tersadar bahwa semakin bertambahnya usia, standar kebahagiaan juga semakin tinggi adanya. Kalau boleh meminta, mungkin kamu ingin kembali ke masa kecil dulu. Masa di mana kamu bisa merasa bahagia tanpa perlu mengorbankan apa-apa.
6. Meski di usia 25-an bahagiamu tak lagi sederhana, tapi paling tidak kamu selalu punya nyali untuk mencari kebahagiaanmu sendiri
Mau tidak mau, suka tidak suka, di usia 25-an bahagia memang udah nggak lagi sederhana. Kamu sudah sepantasnya bersyukur dengan semakin tingginya standar bahagia di usiamu yang sekarang ini. Paling tidak kamu selalu punya nyali untuk terus berusaha dan bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhanmu tentang rasa bahagia ini.
Seiring bertambahnya usia, hidup memang nggak akan semakin mudah. Bahagia yang nggak lagi sederhana bukan berarti kamu nggak bisa merasakannya. Kamu hanya perlu berusaha lebih giat serta mempersiapkan mental yang kuat. Jadi, udah siapkah kamu untuk berjuang demi bahagiamu hari ini?