5 Kalimat yang Harus Enyah dari Pikiranmu Sekarang Juga

Dalam satu hari, ada berapa banyak pikiran yang melintas dalam otakmu? Bisa ribuan hingga ratusan ribu. Namun, tak selamanya pemikiran-pemikiran itu memiliki dampak yang positif. Ada pemikiran-pemikiran yang justru harus kita jauhi. Ada kalimat-kalimat dalam otak yang harus kita enyahkan.

Kalimat-kalimat apa saja, misalnya?

1. “Enak banget deh jadi dia. Kerja di tempat bagus, jalan-jalan terus… Nggak kayak aku.”

Enak ya, jalan-jalan terus

Enak ya, jalan-jalan terus via dianpelangi.net

Kamu punya seorang teman yang memenuhi standar konvensional masyarakat soal ‘kesuksesan’. Selepas kuliah, dia langsung bisa mendapatkan pekerjaan mapan. Pekerjaan ini memungkinkannya menjalani hidup yang nyaman, yang cacahan-cacahannya diabadikan rutin di Facebook, Twitter, Path, dan Instagram. Dibandingkan dia, kamu sampai merasa hidupmu belum ada apa-apanya.

Padahal, bisa jadi sebenarnya hidupnya pun “sama saja”. Selayaknya kamu, untuk makan enak dan jalan-jalan pun dia juga harus banting tulang. Cuma, memang tidak ada fotonya yang kerja lembur sampai jam 3 pagi di Instagram atau Path.

Tidak ada orang yang hidupnya lurus-lurus saja. Kalau temanmu tak pernah terlihat susah di depanmu, itu karena ia pandai menyembunyikannya.

2. “Perasaanku nggak cukup berharga.”

“I am not good enough.” via weimeifan.net

Perasaanmu berharga. Jika kamu merasa sedih atau bahagia, teman-temanmu peduli dan ingin tahu. Jangan mengubur isi hatimu karena mengira tak ada yang akan sudi mendengarnya. Kita terhubung satu sama lain dengan cara-cara yang ganjil, dengan empati yang tumbuh atas kesadaran bahwa semua orang pernah berjuang untuk hal-hal yang sama.

Tak perlu malu ketika kamu merasa gusar atas sesuatu. Dengan jujur atas perasaanmu, kamu bisa berpikir lebih jauh apakah hal yang membuatmu gusar itu memang penting. Tak perlu menyembunyikan kekaguman atas kehebatan seorang teman. Semua orang senang mendapat pujian — jadi lebih baik kekagumanmu kamu utarakan.

Tapi, yang paling penting adalah jujur atas perasaan sedihmu. Bersikap terbuka pada orang-orang yang terpercaya bisa menyelamatkan hidupmu. Ada alasan kenapa mereka yang bunuh diri selalu mengejutkan orang lain dengan perbuatan itu. Rasa sakit yang paling dalam dan berbahaya tak akan mendorongmu berteriak mencari pertolongan, namun justru membuatmu diam. Jadi, selagi kamu masih bisa berbicara, berbicaralah. Jangan sampai kamu tenggelam.

3. “Buat apa belajar? Toh nanti ujung-ujungnya bakal lupa juga.”

“Buat apa belajar?” via 8tracks.com

Buat apa tidur, toh nanti ujung-ujungnya harus bangun. Buat apa makan, toh nanti ujung-ujungnya kembali lapar. Kalau kamu memang mau malas-malasan, carilah justifikasi yang lebih pintar. Jangan bilang “toh nanti ujung-ujungnya bakal lupa juga.”

Kamu tidak akan melupakan ilmu yang sudah kamu dulang kalau cara belajarmu benar. Daripada menganggap sebuah perbuatan baik sia-sia, lebih baik benarkan caramu melakukannya.

4. “Kayaknya dia nggak suka deh sama aku.”

“Kayaknya dia nggak suka sama aku.” via www.digitaltelevisionstore.com

Mungkin dia memang tidak suka, mungkin wajahnya saja yang galak, atau mungkin saat bertemu denganmu kemarin suasana hatinya sedang buruk. Ada banyak alasan kenapa seseorang tidak memperlakukan kita dengan baik. Daripada terburu-buru mengambil kesimpulan, lebih baik santai saja.

Yang jelas, kita tidak perlu terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang kita. Pertama, mereka biasanya terlalu sibuk dengan hidup mereka sendiri untuk berpikir dalam-dalam soal kita. Kedua, kamu toh tidak bisa mengontrol apa yang orang lain pikirkan. Yang bisa kamu kontrol adalah bagaimana kamu bersikap pada orang-orang. Selagi sikapmu sopan dan menyenangkan, apa yang perlu kamu khawatirkan?

5. “Aku nggak ngerti kenapa aku pantas mendapatkan ini.”

Menghindar sementara

“Aku nggak ngerti kenapa pantas mendapatkan ini.”

Mungkin nilai ujianmu tidak  sebaik yang kamu kira, padahal dirimu sudah berusaha. Mungkin pacarmu tidak menyukai makanan yang mati-matian kamu masak untuknya. Ada hal-hal di dunia ini yang memang tidak akan pernah kita mengerti. Ya sudah, tidak apa-apa.

Yang paling penting bukanlah mengerti kenapa segala sesuatu bisa terjadi. Yang paling penting adalah kesadaran bahwa ada hal-hal yang justru tak akan pernah kita mengerti. Dengan begini, kita bisa belajar berdamai dengan tak menentunya masa depan. Dari hal-hal kecil seperti nilai ujian yang tak memuaskan atau pacar yang tak senang, hingga hal-hal besar seperti pernikahan dan kematian, kita akan bisa merelakan bahwa tak semua hal bisa kita kontrol dengan remote di tangan.

Santai saja, kata orang, Santai saja, dan pastikan kita bisa bersenang-senang. Jadi, apakah kamu siap bersenang-senang? 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ophelia of the postmodern age.