Kerja sudah cukup lama, penghasilan ternyata masih segitu-segitu saja. Masih harus pikir-pikir untuk nongkrong di kafe kekinian, apalagi jalan-jalan setiap bulan. Untuk beramal pun kamu kadang merasa keberatan. Dengan dalih “toh gajiku masih segini”, kamu memilih untuk “Ntar aja deh kalau udah kaya, baru beramal sebanyak-banyaknya”. Apakah kamu termasuk salah satunya?
Padahal beramal itu tidak harus berjuta-juta. Bahkan beramal tidak harus dengan uang. Jadi, nggak ada alasan menunggu kaya dulu baru beramal bukan? Bila kamu belum yakin, inilah beberapa alasan kamu tak akan pernah beramal kalau terus-terusan menunggu kaya. Yuk, direnungkan sama-sama.
ADVERTISEMENTS
1. Masa depan tidak pernah terbaca. Menunggu kaya, sama saja kamu menunggu ketidakpastian yang belum diketahui jawabannya
Jika ditanya, tentu semua orang ingin kaya di usia muda. Atau setidaknya, sudah berkecukupan sejak sebelum berumahtangga. Tapi bukankah masa depan itu penuh misteri dan tidak bisa diprediksi? Apakah kamu yakin akan kaya dalam waktu dekat? Meski kita harus selalu optimis, namun menungg kaya untuk beramal itu sama seperti menunggu ketidakpastian. Kamu tidak akan pernah tahu kapan itu bisa terwujudkan.
ADVERTISEMENTS
2. Uang yang hanya sedikit memang membuat pengeluaran harus diirit. Tapi percayalah, semakin banyak nominal gajimu, semakin banyak pula kebutuhanmu
Memang, gaji yang belum seberapa itu menuntut kita untuk terampil mengelola keuangan. Kadang mana terpikir untuk membantu orang lain saat kamu masih pontang-pontang memenuhi kebutuhan. Sayangnya, kebutuhan ini bukan sesuatu yang ajeg. Saat ini kamu cukup makan di warteg. Nanti setelah gaji meningkat, bisa jadi kebutuhanmu meningkat menjadi makan di restoran. Semakin tinggi pendapatan, kebutuhan pun semakin banyak. Mungkin ini misteri yang belum terpecahkan, tapi itulah kenyataan.
ADVERTISEMENTS
3. Sudah jadi hukum alam bahwa manusia tidak pernah punya kepuasan. Meski angka di rekening besar, bukan mustahil kamu selalu merasa kekurangan
Bila ditanya berapa jumlah uang di rekening untuk bisa disebut kaya, mungkin jawabanmu akan berbeda-beda. Beberapa tahun lalu, kamu merasa aman saat ada uang 1 juta di rekening. Sekarang, kamu sudah ketar-ketar saat saldo tinggal 1,5 juta dan gajian masih lama. Bisa jadi juga kelak kamu tetap merasa kurang meski ada puluhan juta di tabungan. Bukankah manusia memang sulit merasa puas?
ADVERTISEMENTS
4. Akui saja, ada banyak hal dalam wishlistmu. Saat gaji besar itu semua kamu prioritaskan hingga niat beramal terlupakan melulu
Ingin pindah kosan, ingin beli baju yang sudah lama diidam-idamkan, ingin traveling ke luar kota, ingin beli Hp baru karena yang lama sudah sering erornya, ingin mengajak orangtua jalan-jalan, ingin kredit mobil, ingin mulai nyicil KPR. Mungkin itu semua sudah ada dalam angan-anganmu saat merencanakan keuangan masa depan. Dan saat akhirnya gaji sudah naik, kamu pun tak sabar mewujudkan wishlistmu satu persatu. Lalu, kapan beramalnya? Ah, nanti dulu.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu selalu ketakutan bahwa beramal membuat uangmu semakin pas-pasan. Padahal 2000-3000 tak akan membuatmu jatuh miskin
Gajimu belum seberapa, minta subsidi ke orangtua pun rasanya sudah tak pantas. Kamu yang pontang-panting cari uang sendiri, sangat dipahami kok bahwa kamu khawatir kebutuhanmu tidak terpenuhi. Tapi kita lupa bahwa beramal tidak harus berjuta-juta. Bahkan beramal tidak harus berbentuk uang materi. Banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk meringankan beban orang lain. Lagipula 2000-3000 uang yang kita keluarkan untuk membeli tisu dagangan kakek-kakek di pinggir jalan, tak akan membuat kita semakin kekurangan bukan? Sedikit waktu yang disisihkan untuk mengajar di sekolah gratis untuk anak jalanan, tak akan membuat kita miskin bukan?
Setelah semua itu, mungkin muncul rasa ragu di pikiranmu. Apalah gunanya beramal seribu atau dua ribu? Untuk beli nasi bungkus pun belum cukup. Namun semua itu hanya dilihat dari sisi kita, yang barangkali berbeda dengan orang lain. Seribu atau dua ribu yang tak seberapa itu, bisa jadi bantuan luar biasa untuk orang yang membutuhkannya. Jadi, masih mau nunggu kaya untuk berbagi dengan sesama?