Seandainya waktu bisa berputar, saya akan minta ke Tuhan buat ngasih ukuran badan tinggi dan ramping seperti botol sirup Marjan, bukan seperti galon air mineral.
Saya terlahir dari keluarga yang memang doyan makan. Sedari dulu, Bapak dan Ibu selalu menyediakan banyak makanan di meja ataupun di rak dekat TV untuk anak-anaknya. Entah apa tujuannya, tapi saya kecil justru senang karena jadi jarang jajan. Pssst, kalau dulu belum kepikiran soal lengan bergelambir atau volume pipi yang makin melebar.
Tapi memasuki usia remaja, saya jadi banyak insecure karena sudah mulai kenal cowok, mulai dari cowok kompleks sebelah sampai cowok pulau seberang. Mau nggak mau, penampilan haruslah jadi yang utama kala itu. Ibaratnya, saya harus tampak sempurna meski belum kenal bedak, lipstik atau baju ala-ala yang sengaja diperlihatkan pundaknya.
Otomatis, soal berat badan pun jadi concern utama saya meski masih tergolong belum baligh dengan sempurna. Pokoknya, jangan sampai ada yang ngatain gendut apalagi gentong! Sesimpel itu yang saya pikirkan saat itu. Sampai pada puncaknya, saya mencoba untuk nggak makan siang sampai malam, jadi cuma sarapan aja. Karena waktu itu saya masih SMP kelas 7, Bapak dan Ibu belum ngeh kalau anak gadisnya ini sedang melakoni diet yang menyesatkan. Ironisnya, belum ada 48 jam diet ini saya jalani, saya langsung lemas saat jam olahraga. Saya sempat mau pingsan, tapi benar-benar ditahan karena malu. “Ah, masa’ mau kurus malah pingsan!”
Mendaratlah badan bongsor ini di UKS sekolah waktu itu, sampai saya harus pulang ke rumah diantar Pak Guru. Bapak dan Ibu sih mikirnya simpel, “Ini paling kecapekan karena setiap harinya main layangan, gundu sama kasti di lapangan depan rumah.”
Karena insiden ini, saya pun terpaksa izin sekolah selama dua hari buat pemulihan. I don’t know, hal sesimpel ini aja bisa bikin badan lemes dan langsung drop seketika. Mungkin, karena saya terbiasa doyan makan sejak kecil, jadi satu butir nasi pun jangan sampai terlewatkan!
Makanya, kejadian yang sebetulnya sepele dan sebenarnya nggak layak dibahas ini membuat saya jadi sadar kalau badan bongsor ini memang sudah takdir dari Sang Pencipta. Bapak Ibu saya memang tergolong bongsor, jadi mau diet sampai Kim Kardashian jualan tahu bulat pun nggak akan bisa kurus ini badan. So, ya saya terima apa adanya aja lah.
Dan buat teman-teman di luar sana yang masih minder berbadan bongsor, berikut ini saya punya beberapa rangkuman kenapa (terkadang) badan besar itu jadi sebuah keberuntungan. Salah satunya adalah…
ADVERTISEMENTS
Sekilas orang melihat kita sebagai sosok yang bahagia, meski malesnya naudzubillah buat olahraga
“Wih, itu si Silvi kayaknya makmur banget ya kayak nama toko bangunan!”
“Maksunya gimana, Bro?”
“Iya, toko bangunan Makmur Jaya…”
“…….”
ADVERTISEMENTS
Asal kamu masih bisa bergerak bebas dan masih muat pakai manset, tenang, badanmu belum overweight!
Buang jauh-jauh kegelisahanmu soal badan bongsor yang banyak diolok-olok orang! Nyatanya mereka nggak pernah tahu kok perjuanganmu buat terus menjaga pola makan, saat milih pakaian sampai mati-matian nahan malu saat pakai baju renang. Jangan khawatir, asal kamu masih mampu berdiri, berlari dan melakukan aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENTS
Nggak kalah sama yang langsing, kamu juga akan disandingkan dengan selebriti cantik berbadan curvy!
Lihatlah Tasya Kamila, Gita Gutawa, Raisa hingga Adele. Dengan sejuta bakat yang mereka punya, terbukti kok kalau badan curvy nggak jadi penghalangnya. Mereka justru bangga, terlihat fresh dan lucu tingkah lakunya. Nggak menutup kemungkinan, kamu bisa menyangkal ejekan “dasar gendut lo!” dari teman-temanmu dengan kalimat, “liat noh, si Hamish aja bahagia banget dapet Raisa yang bongsor, kenapa lo kerak gelas warteg ribut aja sih!”
Just calm down, guys! Orang nggak akan menghargai dari berapa senti lingkar dada kita, tapi bagaimana cara kita bersikap serta memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin.
ADVERTISEMENTS
#HipweeJurnal adalah ruang dari para penulis Hipwee kesayanganmu untuk berbagi opini, pengalaman, serta kisah pribadinya yang seru dan mungkin kamu perlu tahu
Baca tulisan #HipweeJurnal dari penulis lainnya di sini!