Menjadi anak kuliah di perantauan bisa jadi menyenangkan atau menyeramkan. Menyenangkan karena akhirnya kamu bisa bebas dari aturan orangtua dan bertemu teman-teman dari sudut Indonesia yang berbeda. Kamu bisa mencoba ini-itu, bahkan menjadi diri yang baru. Tapi di sisi lain, merantau juga bisa jadi menyeramkan karena semua urusan hidup harus diurus dan dipikirkan seorang diri. Bukan tak mungkin pula kamu kesepian, dan tak ada keluarga yang mengurus saat kamu sakit atau membutuhkan.
Hidup di luar kota untuk kuliah memang pengalaman yang unik. Kamu baru bisa mengerti jatuh-bangunnya kehidupan ini jika kamu memang pernah merasakannya. Semua ini membuatmu akan selalu mengingat 4-7 tahun periode hidupmu ini. Inilah hal-hal yang bisa kamu pelajari dengan memutuskan kuliah di perantauan!
ADVERTISEMENTS
1. Jika Selama Ini Akuntan Keuanganmu Adalah Ibu, Merantau Mengajarkanmu Menjadi Akuntan Pribadi Untuk Diri Sendiri
Perbedaan yang mungkin paling dirasakan oleh anak perantauan adalah pola pemberian uang oleh orangtua. Pada umumnya dulu semasa SMP dan SMA, kamu menerima uang dengan sistem harian. Namun kini karena tinggal di kota berbeda dan tidak bisa bertemu setiap hari, uangmu diberikan dengan sistem bulanan.
“Waaaa… duitku banyak banget!” (karena masih di awal bulan, dan masih belum terbiasa diberi uang jajan bulanan)
Tapi yang terlihat banyak ini ternyata tidak seberapa kalau kamu tidak mengerem pengeluaranmu. Tak jarang sebelum akhir bulan, uangmu sudah habis karena kamu terlalu boros. Di awal-awal memang kamu akan kewalahan mengatur pengeluaran.
Ini karena tadinya uangmu selalu aman di tangan ibu. Ibu adalah akuntan yang mengatur pemasukan dan pengeluaran setiap harinya, kamu tinggal terima beres saja. Kamu pun menjadi kurang terbiasa mengatur uang.
Pada saat kuliah di perantauan, mau tidak mau kamu pun harus belajar mengelola uangmu. Peran ibu sebagai akuntan keuangan kini kamu ambil alih. Kamu harus pintar-pintar memanajemen keuangan kalau tidak mau kelabakan di akhir bulan.
ADVERTISEMENTS
2. Karena Sudah Mengelola Uang Sendiri, Kamu Pun Akhirnya Paham Kenapa Ibumu Dulu Selalu Mengomel Kalau Kamu Boros
Karena sejak dulu tinggal bersama orangtua, kita tidak pernah tahu detail cashflow keluarga. Kita pun jadi santai saja dengan pengeluaran, karena apa yang kita butuhkan ada dan tersedia. Apa yang kita inginkan, kita merasa bisa tinggal minta.
Kita tak tahu bahwa ayah dan ibu selama ini bekerja keras mengatur keuangan. Beli dan itu selalu dilakukan dengan penuh perhitungan. Karena itu, ketika Ibu mengomel karena kamu membeli sesuatu yang tidak penting, kamu tidak mengerti. “Pelit banget sih, padahal cuma duit 500.000 doang…”
Ketika kuliah di luar kota, barulah kita sadar bahwa mengatur keuangan itu memang tidak mudah. Ada banyak sekali hal yang harus diperhitungkan. Mulai dari uang makan harian, bensin, fotokopi materi kuliah, peralatan mandi, dan lain sebagainya. Kalau dijumlah, kebutuhanmu tidak sedikit.
Dari sinilah kamu belajar memilah mana keperluan yang perlu dan tidak. Dengan uang bulanan yang mepet, kamu harus memangkas biaya bersenang-senang untuk sesuatu yang lebih krusial. Misalnya saja tunda keinginan nonton di bioskop karena uangmu lebih baik dialokasikan untuk fotokopi bahan kuliah menjelang ujian. Sekarang ketika kamu boros sedikit, silakan marahi dirimu sendiri…
ADVERTISEMENTS
3. Kamu Pun Belajar Bahwa Tugas Asisten Rumah Tangga Itu Tidak Mudah Sama Sekali. Dibutuhkan Kerja Keras Menjaga Kamarmu Agar Rapi.
Kenikmatan tinggal di rumah adalah tidak perlu terlalu repot memikirkan hal-hal kecil seperti kebersihan rumah. Bagi kamu yang terbiasa menggunakan asisten rumah tangga, kita akan menyerahkan sepenuhnya urusan membersihkan rumah bahkan sampai kamar ke Mbak/Mas . Bagi yang tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga, urusan kebersihan rumah biasanya akan ditangani oleh ibu. Kamu yang sudah sibuk dengan kegiatan sekolah diberi kelonggaran untuk tidak terlalu dilibatkan membersihkan rumah atau bahkan kamar sendiri. Pulang dari sekolah lalu dilanjutkan les dan kegiatan ekstrakulikuler juga membuatmu tidak punya waktu untuk mengurus hal tersebut.
Akan tetapi tinggal di kost-kostan tentu tidak bisa senyaman itu. Karena kamar kost adalah milik pribadi, kamu pun memiliki kewajiban untuk menjaga kebersihannya. Kalau ingin kamar kost nyaman untuk ditempati, kamu tidak boleh beralasan capai atau malas bersih-bersih.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu Akan Belajar Pentingnya Menjaga Pintu Kamar Tetap Terbuka. Teman-Teman Kost Adalah Pelipur Lara, Biarpun Fasilitas Tempat Tinggalmu Seadanya.
Kost sebagai tempat tinggal anak kuliah perantauan menjadi tempat yang harus dibuat nyaman untuk ditinggali. Mulai dari nyaman kebersihannya, keamananannya, sampai dengan suasananya. Cara paling ampuh untuk membuat kost terasa seperti rumah sendiri adalah mengakrabi penghuni di dalamnya. Jangan segan mengajak ngobrol teman sebelah kamarmu. Sesekali undang dia untuk datang ke kamar dan mencicipi cemilan yang kamu punya.
Punya teman asyik di kost-kostan bisa kamu ajak melakukan berbagai hal seru. Buat yang cowok bisa diajak main PES, Dota, atau futsal juga bisa. Bagi yang cewek, punya teman kost yang nyambung berguna banget diajak curhat atau masak-masak bareng. Berada di kost dan jauh dari keluarga akan terasa tidak begitu menyiksa lagi kalau kamu punya teman dekat di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
5. Merantau Membuat Kamu Jadi Paham Bahwa Semboyan “Pulang ke rumah = Perbaikan gizi” Itu Benar Adanya
Karena sibuk dengan urusan kampus yang seabrek belum lagi uang bulanan yang mepet, banyak anak kuliah rantau yang kurang memperhatikan asumsi gizi yang dikonsumsinya. Maka dari itu ketika pulang ke rumah istilah perbaikan gizi pun sering terdengar. Di rumah akan ada ibu yang siap menyediakan makanan lezat, bersih, dan tentunya bergizi. Selain itu karena kamu yang kuliah jauh jarang makan makanan enak, Ibu pun tak segan memasak ekstra untuk anaknya yang lagi pulang ke rumah.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu Pun Tahu Cara Curi-Curi Kesempatan Makan Gratis. Tak Ada Lagi Kata Malu Saat Diundang Atau Dipersilahkan Makan. Apapun yang Ditawarkan, SIKAT BRO!
Teman kuliahmu ada yang orang asli dari kota tersebut? Jika ya maka sangat beruntung seandainya kamu lagi mengerjakan tugas di rumahnya dan ditawari makan. Bagi anak kost ini adalah kesempatan emas yang bisa jadi gak datang lagi, sehingga harus diterima dengan senang hati. Kira-kira kalau Hipwee bikin ilustrasinya, kayak gini:
Anak non-perantauan bersama ibu dari temannya
“Eh temannya Nanik ya? Jangan lupa makan ya itu ada nasi sama lauk di meja, ambil saja gih!”
“Wah gak usah Tante, hehe… Sudah kenyang…”
Anak perantauan bersama ibu dari temannya
“Ayo-ayo… sebelum keluar pada makan siang dulu yuk, belum pada makan ‘kan? Itu ada di meja makan lauknya…”
“Hehe… Tante tahu aja.” *langsung ambil piring*
7. Meski Awalnya Kewalahan, Lama-Lama Kamu Jadi Lihai Menyelesaikan Berbagai Pekerjaan Kecil: Dari Setrika Baju Sampai Jahit Kancing
Karena sudah tidak ada yang selalu bisa diharapkan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah, menjadi pribadi yang mandiri dan serba bisa adalah pilihanmu satu-satunya. Dimulai dengan kemampuan mengatur uang, memasak berbagai makanan, sampai dengan mengerjakan pekerjaan sederhana yang terkesan simple namun belum tentu bisa kamu lakukan jika tak harus merantau. Contohnya adalah menyetrika pakaian atau menjahit kancing celana yang lepas. Meskipun terkesan sepele, jika kamu menguasainya tentu dapat berguna di kemudian hari! 🙂
8. Kamu Harus Tabah Ketika Hari Raya Menjelang. Puasa di Perantauan Pun Bisa Benar-Benar Jadi Tantangan.
Bagi teman-teman Muslim yang menjalankan ibadah puasa, tentu akan sangat menyenangkan jika puasa di rumah dekat dengan keluarga. Makan menu sahur buatan Ibu adalah kenikmatan yang tidak tertandingi. Belum lagi saat buka puasa, aroma kolak sudah tercium sejak pukul 5 sore mewarnai keindahan puasa di rumah. Akan tetapi karena kini statusmu adalah anak rantau, segala kenikmatan itu harus kamu tinggalkan sejenak. Bangun pada jam sahur, kamu akan mengisi pagi dengan berjalan ke warung terdekat atau masak makan bersama teman lainnya. Begitupun saat jam berbuka, tak ada lagi rutinitas buka bersama dan shalat Tarawih di masjid terdekat bersama ibu-bapak. Semuanya akan digantikan dengan berburu makanan berbuka bersama teman. dan dilanjutkan shalat bersama mereka! 🙂
9. Maka Itu, Bisa Pulang Saat Hari Raya Datang Adalah Anugerah Terindah
Karena sudah merasakan tidak enaknya jauh dari keluarga, pulang di hari raya dari kota perantauan dapat menjadi anugerah terindah buatmu. Kamu tidak akan membiarkan momen-momen tersebut berakhir begitu saja. Ya kamu menjadi lebih bersyukur di hari raya karena saat itulah kalian sekeluarga bisa berkumpul dalam momen bahagia.
10. Jika Ayah dan Ibu Kita Dipilihkan oleh Tuhan, Sahabat di Perantauan Adalah Anggota Keluarga yang Kita Pilih Sendiri.
Tak hanya menjadi lebih bersyukur saat bisa berkumpul bersama keluarga, keberadaan sahabat sebagai anggota keluarga baru pun dibuktikan kebenarannya. Sahabat terdekatmu mensubtitusi kehadiran kakak atau adikmu menghibur saat rasa sedih datang melanda. Sahabat juga bisa menjadi galak seperti orangtuamu kalau kamu melakukan hal-hal yang tidak benar. Kalian pun saling mengisi dan menguatkan. Ya Tuhan dunia perkuliahan seolah mengamini bahwa sahabat adalah anggota keluarga yang kita pilih sendiri.
11. Hanya Dengan Merantau Pula, Kamu Bisa Mengerti Betapa Keluarga Selamanya Berarti
Bertemu dengan hal baru, memiliki sahabat yang senantiasa menemani, serta bebas menentukan jalan hidup sendiri tidak lantas membuatmu betah berlama-lama untuk tidak pulang ke rumah. Memasuki tahun ke 3 dan 4 hasrat pulang kembali ke kampung halaman akan semakin kuat terasa. Kamu senang berada di sini namun sadar bahwa kamu butuh tempat kembali yang disebut “keluarga”. Tak peduli seberapa jauhpun kamu pergi, pada akhirnya kamu akan kembali ke sangkarmu yang asli!
Ketika pertama kali memutuskan untuk kuliah jauh dari rumah, ada banyak perasaan yang berseliweran di hati kita. Bisa jadi ada rasa senang, sedih, atau takut. Perasaan-perasaan tersebut seolah mengiringi kita membuka lembar baru dalam hidup kita yang mulai merasakan hidup di perantauan menimba ilmu. Jika di awal kamu merasa senang dengan fase ini, dalam perjalanan kehidupan perantuanmu bisa saja rasa senang itu perlahan mulai pupus karena pada faktanya kamu harus menghadapi tantangan hidup yang tak mudah.
Sebaliknya, bagi yang di awal merasa stres karena jauh dari keluarga bukan tidak mungkin kamu akhirnya bisa menikmati tantangan tersebut sebagai suatu proses hidup yang mendewasakan. Namun terlepas dari seperti apa perasaan kamu ketika mengetahui bahwa pada akhirnya harus keluar dari zona nyamanmu, pelajaran-pelajaran hidup tersebut harus bisa menjadi bekal baru dalam bentuk ilmu untuk mengarungi fase hidupmu selanjutnya 🙂