Kamu mungkin sudah biasa melihat prosesi pernikahan ala-ala yang ada di kota, namun pernahkah kamu melihat prosesi pernikahan yang ada di sudut desa?
Banyak media yang mengekspos prosesi pernikahan yang ada di perkotaan. Sebab tradisi pernikahan daerah perkotaan ini sendiri memang cukup familiar dengan ingar bingar dan juga berbagai prosesi yang trendy lainnya. Agaknya, dengan perkembangan zaman sekarang ini memang akan mendorong banyak orang untuk merancang pernikahan dengan berbagai konsep yang kekinian. Namun, sebenarnya masih ada kok beberapa daerah yang tidak ikut-ikutan dengan trend masa kini.
ADVERTISEMENTS
1. Acara lamaran sederhana, sarat makna
Salah satu kekhasan yang ada di beberapa daerah yakni, kesederhanaannya dalam menggelar prosesi lamaran ini. Ada orang yang menggelar prosesi lamaran ini dengan hanya mengundang beberapa tetua, ataupun sanak saudara. Namun ada juga yang mengundang beberapa teman – temannya di dalam acara tersebut.
Kalau di prosesi lamaran adat Jawa sendiri, adanya tamu yang diundang di dalam prosesi acara lamaran adalah untuk menghargai para sesepuh (orang yang dituakan). Selain itu, orang – orang yang hadir diharapkan dapat menjadi saksi dalam persiapan acara sampai dengan acara berlangsung.
Mungkin, ini sedikit berbeda dengan tradisi lamaran yang ada di Sulawesi. Kalau di Sulawesi, ada tradisi ketika akan melamar seorang gadis maka sang lelaki harus mengajak seseorang yang dianggap bijak (tidak boleh ayah atau ibunya). Namun bisa digantikan dengan anggota keluarga lain. Ada sumber yang manyatakan bahwa prosesi lamaran ini terbagi jadi dua, pertama tahap 'meminta sang gadis' kepada ayahnya dan kedua adalah 'pemberian panaik'. Tentu kamu sudah tahu apa itu panaik. Hal ini yang mungkin cukup membedakan antara budaya lamaran yang ada di pulau Jawa dengan daerah lainnya.
Namun, kesemuanya memiliki makna sakral tersendiri.
ADVERTISEMENTS
2. Foto pre-wedding, bukan prioritas
Selanjutnya adalah tradisi prewedding, tradisi yang satu ini cukup populer di kalangan para muda – mudi. Sebenarnya tradisi ini bukan sepenuhnya datang dari kebudayaan Indonesia, namun mulai banyak dipraktikkan oleh hampir pasangan muda di Indonesia. Biasanya foto prewedding ini akan dipajang pada undangan atau pun juga di tempat acara pernikahan berlangsung.
Namun, tidak semua orang di daerah pedesaan memiliki keinginan untuk melakukan sesi foto prewedding ini. Kemungkinan karena, adanya adat yang menganjurkan untuk 'memingit' calon mempelai sebelum acara pernikahan berlangsung. Adat ini juga jadi hal yang masih dipertahankan di beberapa tempat, namun ada juga yang sudah tidak begitu mementingkan pelaksanaan ritual yang satu ini.
ADVERTISEMENTS
3. Prosesi pernikahan sederhana
Hal yang menarik lainnya, lagi-lagi saya ingin berkisah tentang adat yang ada di Jawa. Di Jawa, mayoritas pernikahan digelar dengan prosesi yang serupa. Ada acara hajatan selama kurang lebih 3 hari. Acara ini didukung oleh tetangga dan sanak saudaranya, biasanya mereka akan mengambil peran sebagai sinoman. Tugas mereka adalah menerima tamu, mempersiapkan makanan sampai dengan melayani tamu yang datang ke acara hajatan.
Jarang ada warga desa yang menggunakan jasa catering. Justru momen yang seperti ini jadi momen di mana anak-anak mudanya saling berpangku tangan untuk memberikan dukungan kelancaran acara pernikahan rekannya. Bahkan ada slogan 'Ora srawung, rabimu suwung!'. Slogan ini memiliki arti, jika kamu tidak bersosialisasi dengan teman sekitarmu maka acara pernikahanmu akan sepi. Dengan adanya slogan semacam ini, anak-anak muda akan selalu siap siaga untuk hadir dan membantu di dalam persiapan hajatan.
Tradisi ini memang layak untuk terus dilestarikan, karena adanya kemajuan teknologi yang ada saat ini saja sudah membuat orang-orang mulai kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi. Contoh sederhananya, adanya aplikasi maps. Kegunaan aplikasi yang satu ini memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, karena dengan adanya aplikasi ini banyak orang yang dimudahkan dalam mencari suatu tempat tujuan dengan cepat. Namun, hal yang hilang adalah kamu kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang baru. Ketika maps belum ada, orang akan bertanya orang-orang di jalan. Memang melelahkan, namun hal ini juga jadi peluang untukmu memperluas jejaring dengan orang baru.
ADVERTISEMENTS
4. Memperhatikan setiap detail dalam prosesi pernikahan
Salah satu hal yang mencolok di dalam pernikahan khas pedesaan yang masih menjunjung nilai budaya adalah banyaknya filosofi nenek moyang yang diangkat. Pernahkah kamu melihat konsep pernikahan khas Jawa? Lagi-lagi saya ingin membahas mengenai adat pernikahan yang ada di Jawa. Ketika kamu mengamati lebih detail, bentuk dekorasi Jawa itu bervariasi. Kamu bisa melihatnya dari bentuk geber (backdrop) dan juga pernak-pernika pernikahannya. Setiap benda yang ada di dekat dekorasi biasanya merupakan pralambang dari sebuah do'a ataupun pengharapan yang ditujukan untuk mempelai.
Di pintu masuk menuju lokasi pernikahan, kamu pun biasanya akan menemukan beberapa tanaman palawija yang dipajang, seperti kepala gading muda, tebu hitam, padi, daun kelapa muda dan masih banyak lagi. Setiap tanaman yang di pajang ini memiliki makna filosofis Jawanya sendiri-sendiri. Contohnya kelapa gading muda atau sering disebut dengan cengkir dalam bahasa Jawa. Cengkir sering disebut sebagai akronim dari 'kenceng ing pikir', kalimat ini memiliki makna yang kurang lebih artinya selalu berpikir. Dengan dipajangnya kelapa gading muda ini, diharapkan calon mempelai senantiasa menjadi pasangan yang selalu berpikir panjang dan senantiasa mempertimbangkan segala sesuatu dengan logika. Hal ini sebenarnya merupakan salah satu petuah yang diberikan dengan tujuan agar pernikahan mereka langgeng.
ADVERTISEMENTS
5. Kenduri
Selanjutnya, adalah prosesi kenduri. Prosesi yang satu ini sebenarnya adalah salah satu bentuk rasa syukur yang diekspresikan oleh pihak keluarga mempelai. Dengan diadakannya acara ini, maka orang-orang memiliki kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kenduri ini biasanya juga diisi dengan kegiatan doa bersama dan juga memberikan makanan yang dapat disantap di tempat ataupun dibawa pulang.
Apakah kamu masih menemukan beberapa adat seperti ini? Jika iya, bersyukurlah sebab kamu masih bisa jadi seorang penerus budaya mulai sekarang hingga nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”