Bersambung dari pos pertama, ini adalah cerita mengenai hari kedua perjalanan saya di Gili Trawangan bersama Ve.
Dibandingkan dengan sunset, saya dan Ve jauh lebih menikmati pengalaman sunrise. Walaupun lelah luar biasa, kami sanggup bangun pagi, cuci muka, dan kemudian mengayuh sepeda menuju spot sunrise favorit kami di dekat dermaga. Saat menuju ke pantai, tak jarang kami berpapasan dengan para bule yang baru pulang dari peraduannya. Mereka sangat bau bir, berjalan sempoyongan dan kadang meracau sambil dipapah kawannya. Sudut-sudut jalanan dipenuhi dengan bekas-bekas botol bir yang tergeletak secara sembarangan. Beberapa penduduk lokal terlihat memasukan botol-botol tersebut ke dalam karung, mungkin untuk dirombeng. Saya dan Ve belum bisa membayangkan seperti apa suasana malam di Gili Trawangan. Pasalnya, pukul sepuluh malam kami sudah kembali ke penginapan untuk tidur, haha. Padahal pada jam itu bar-bar baru mulai ramai.
<>2. Sunrise Yang Dinanti>Memandang matahari yang perlahan naik terasa seperti magis. Suasana sekitar yang awalnya gelap, perlahan meremang keemasan. Kami duduk terbengong sambil bersandar pada kaca etalase toko minuman beralkohol di tepi pantai. Sesekali kami turun ke pantai dan memunguti pecahan batu karang. Di kejauhan kami dapat melihat Pulau Lombok membentuk bukit-bukit hijau yang diselimuti kabut.
<>3. Serunya Mencoba Snorkling>Snorkeling juga menjadi salah satu pengalaman paling menyenangkan selama berada di Gili Trawangan. Rata-rata paket snorkeling ditawarkan seratus hingga seratus lima puluh ribu rupiah. Setelah berputar-putar, saya dan Ve berhasil mendapatkan harga termurah yaitu delapan puluh rupiah. Sebenarnya semua jasa yang menawarkan snorkeling di Gili Trawangan sama saja, ujung-ujungnya akan dijadikan satu. Jadi, pintar-pintar saja cari harga yang paling murah.
Berhubung ini pengalaman pertama, saya sangat excited sekali pakai banget! Perahu yang kami tumpangi memuat kurang lebih tiga puluh orang, separuh wisatawan lokal dan separuh wisatawan mancanegara. Bagian dasar perahu dilengkapi dengan kaca yang memungkinkan kami untuk melihat pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan ketika laut tidak cukup dalam. Akhirnya, kami dijeburkan ke spot-spot di sekitar Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Walaupun terumbu karangnya (menurut saya) tidak cukup bagus, pemandangan yang saya lihat tetap membuat saya terkagum. Relief kedalaman laut di bawah saya sukses bikin deg-degan. Saya menyaksikan terumbu karang yang sangat besar dikelilingi oleh berbagai macam ikan. Pemandangan macam apakah ini, sungguh menggetarkan hati, ujar saya dalam hati. Di spot lain, saya benar-benar dikelilingi oleh ikan-ikan bergaris hitam dan kuning yang berlomba memakan remah-remah roti. Saya berenang-renang sembari mencoba menangkap ikan-ikan tersebut. Lucu sekali rasanya, so kewl!
Selama snorkeling, saya menggunakan pelampung. Sementara bule-bule yang lain langsung berenang begitu saja, bahkan mereka leluasa menyelam. Kalau saya dibuang ke laut dalam keadaan tanpa pelampung, dijamin, sudah pasti akan tenggelam. Asyiknya, saya bisa leluasa menyaksikan badan-badan hot dudes yang berenang-renang tepat di bawah saya. Ingin rasanya kupeluk punggungmu dari atas, Mas. Sungguh pemandangan yang lebih indah daripada ikan-ikan di sekitar saya. Sukses gagal fokus.
<>4. But Maybe Not, For Some People>Menurut saya snorkeling cukup aman. Toh, rasanya saya belum pernah mendengar ada orang yang meninggal akibat snorkeling. Tapi, bagi kalian yang sama sekali belum bisa berenang, kadang dilepas di tengah laut bisa cukup membuat panik. Hal ini dialami sendiri oleh Ve. Ia merasa ada gangguan di alatnya lalu ia gugup, menelan air laut, panik dan akhirnya justru tidak bisa menikmati pengalaman snorkeling pertamanya. Apalagi waktu itu tidak ada pemandu pribadi yang benar-benar menuntun kami. Sebagian besar kru tetap berada di atas kapal. Akhirnya ketika Ve berada cukup jauh dari kapal, dia sangat panik karena merasa badannya terus terdorong arus dan makin menjauhi kapal. Alhasil, saya harus mendorong dan menyeret Ve yang histeris untuk mendekati kapal.
Sebenarnya kunci paling utama adalah tenang. Jika ada gangguan alat, tegaklah sebentar, benarkan alat sampai terasa normal dan kembalilah berenang-renang. Jikalau kita berenang terlalu jauh dari kapal, santai saja karena kru kapal akan menjemput kita. Snorkling tersebut berlangsung dari pukul sembilan pagi hingga tiga sore. Kami beristirahat selama satu jam di Gili Air. Saya dan Ve memanfaatkan waktu tersebut untuk berkeliling sembari makan gelato.
<>5. Whatever Happens, Keep Having Fun!>Snorkeling was the best experience, I love it so much! Kurang puas! Semoga saja bisa snorkeling lagi di tempat yang lebih indah!
Anyway, ada hal yang menarik ketika saya membandingkan wisatawan lokal dan mancanegara selama snorkeling tersebut. Waktu itu, wisatawan lokal yang ada sangat terlihat repot dengan barang bawaan, gadget, dan bekal. Sementara itu, para bule hanya bermodalkan bikini, satu botol air mineral dingin untuk bersama, dan kacamata hitam. Selama di atas perahu, ibu-ibu sibuk ber-selfie. Sementara para bule lebih banyak menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan dan sesekali bercakap.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.