Setiap manusia tentu memiliki kedua sisi baik dan buruk. Manusia tidak pernah lepas dari kesalahannya. Tidak ada manusia yang tidak hidup tanpa kesalahan. Namun manusia selalu memiliki pilihan untuk menjadi lebih baik. Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaan tapi juga kekurangannya. Tujuannya untuk menjadikan manusia lebih bijaksana dalam kehidupannya. Bijaksana dalam setiap pemberian yang diberikan. Ada kalanya manusia dia memiliki keegoisan dan justru malah merugikan orang lain. Lebih memilih mempercayai logika dibanding hatinya.
Beragam alasan tentu menjadi penyebabnya, tapi alasan tidak seharusnya menjadikan seseorang menipu dirinya sendiri dan orang lain. Keegoisan yang sudah sangat tidak rasional atau diluar nalar bahkan bisa menyakiti dan berdampak lebih buruk terhadap orang lain. Jika seseorang sudah berbohong dan berpura pura sebagai korban, inilah yang harus kita kenali. Beberapa perilaku akan sangat terlihat. Berikut 7 perilaku seseorang yang sedang Playing Victim.
ADVERTISEMENTS
1. Selalu mencari kambing hitam
Perilaku seseorang yang sedang terjangkit keegoisan seperti playing victim biasanya memiliki tanda khas ketika mereka terpojok. Seseorang yang berpura pura menjadi korban biasanya selalu mencari kambing hitam atau pihak yang disalahkan. Tujuannya untuk melimpahkan kesalahan. Orang cenderung fokus terhadap yang dia katakan, tidak sedikit orang justru percaya sengan omongan dan kepura puraanya.
Hal yang lebih mengerikan adalah ketika semua orang percaya dan orang yang menjadi kambing hitam justru disalahkan. Perilaku yang selalu mencari kesalahan orang lain adalah salah satu tanda yang sering ditemukan. Perilakunya cenderung seperti anak kecil mencari kesalahan dan membawa masalah yang tidak relevan.
ADVERTISEMENTS
2. Berkata tidak konsisten
Perilaku kedua yang bisa dikenali adalah berkata tidak konsisten. Apa yang diucapkan bisa berubah sesuai dengan konsep dan pikirannya bukan kebenarannya. Terkadang dia bicara A terkadang bicara B. Apa yang dia katakan menjadi tidak konsisten dan tidak bisa dipercaya. Setelah kebenarannya terungkap dia akan mengubah perkataanya dengan mengganti konsep lain. Sehingga apa yang dikatakannya bisa berubah. Perilaku seperti ini sudah jelas bermain peran.
Kita harus mewaspadai orang yang sedang berperilaku seperti ini. Janganlah lantas percaya pada apa yang dikatakannya, kalau perlu konfirmasi kebenarannya melalui orang orang yang bersangkutan dengan hal yang disebutkan. Kita harus lebih pintar dalam membaca perkataanya.
ADVERTISEMENTS
3. Sering berbohong dan bermuka tebal
Perilaku ketiga yang sering ditemui adalah sering berbohong dan bermuka tebal. Pada awalnya seseorang yang sedang berpura pura pastinya tidak memiliki kebenaran yang jelas. Dia memikirkan segala konsep dan mengumpulkannya menjadi sebuah fakta yang berdasar kebohongan.
Seseorang dengan perilaku ini biasanya sering mengabaikan fakta. Dia membuat sebuah konsep untuk dirinya dalam zona aman ataupun menguntungkan dirinya. Tidak peduli akan terbongkar, dia akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan lainnya. Ciri lainnya adalah bermuka tebal atau tidak tahu malu. Seseorang yang berbohong sudah pasti tidak tahu malu, merasa semua baik baik saja.
ADVERTISEMENTS
4. Tidak merasa bersalah
Seseorang dengan perilaku berpura-pura menjadi korban cenderung memikirkan apa yang dikatakannya sepenuhnya benar. Meski ketahuan, dia akan tetap berkata dirinya tidak keluar jalur atau tidak merasa ada kesalahan. Perilakunya akan menunjukan bahwa dirinya selalu benar dan orang lain salah.
Dalam konsepnya selalu ada orang yang bersalah atas dirinya. Pada akhirnya dirinya akan menolak kebenaran. Selanjutnya, dia akan berkelit dan mencari pembenaran dengan berbagai upaya.
ADVERTISEMENTS
5. Tidak berempati dan tidak bisa memposisikan diri sebagai orang lain
Perilaku lain yang bisa dikenali adalah tidak bisa berempati. Seseorang yang sedang berpura pura menjadi korban tentunya tidak bisa berempati. Seseorang dengan perilaku ini cenderung arogan atau tidak punya hati, sehingga dirinya tidak memposisikan diri sebagai orang lain. Perilaku ini akan sangat jelas terlihat dari bagaimana dirinya menyalahkan orang lain dan tidak mengakui apapun.
ADVERTISEMENTS
6. Menyepelekan urusan orang lain
Perilaku lain adalah sering menyepelekan urusan orang lain. Seseorang yang berperilaku ini memiliki sifat acuh atau bodo amat. Dirinya tidak peduli dengan urusan orang lain, dalam konsepnya urusan orang lain tidaklah penting jika tidak menguntungkan dirinya. Sehingga seringkali membuat orang lain merugi karena sikap acuhnya. Bahkan yang lebih mengerikan bisa mengambil hak orang lain dan menganggapnya tidak ada artinya.
Segala hal yang menguntungkannya akan diambil tanpa pandang bulu karena bagi dirinya tidaklah penting urusan orang lain. Dirinya hanya bisa berorientasi pada diri sendiri yaitu melihat semua permasalahan hanya dari sudut pandangnya. Seolah olah hanya ada permasalahan dirinya saja.
7. Tidak meminta maaf meski kerugiannya yang ditimbulkan sangatlah jelas
Seseorang yang sudah sampai tahap ini memiliki kedengkian yang sangat besar. Sehingga tidak ada rasa bersalah, tidak ada rasa empati, bersikap acuh. Pada akhirnya tidak peduli dan tidak pernah terbesit untuk meminta maaf meski kerugiannya yang ditimbulkan sangatlah jelas.
Terakhir bagaimana membedakan orang yang sedang playing victim dengan orang yang benar benar menjadi korban? Sangatlah gampang, lihatlah dari segi kerugiannya. Orang yang benar benar menjadi korban memiliki kerugian yang sangat besar dibanding orang yang sedang berpura pura.
Seseorang yang sedang playing victim justru memiliki keuntungan besar dengan dirinya berpura pura. Kedua, dirinya jelas menimbulkan kerugian yang sangat nyata bagi orang lain. Kita perlu mewaspadai perilakunya yang pandai menutupi kebohongan.
Itulah sebagian kecil perilaku yang sering ditemukan pada orang yang sedang berpura pura atau playing victim. Jangan sampai kita tidak tahu dan malah menjadi korban yang disalahkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”