Wahai Para Pejuang Tingkat Akhir. Skripsi Ibarat Benteng Terakhir Pertahanan Musuh yang Harus Dihancurkan!

Menurutku, Mahasiswa pantas di katakan pejuang. Yaa, mereka sudah berjuang untuk masuk perguruan tinggi yang diinginkan, dengan begitu susahnya. Berjuang mencari beasiswa, untuk menyelesaikan study-nya. Berjuang untuk hidup mandiri, jauh dari orangtua. Dan terakhir, berjuang untuk menghancurkan benteng terakhir pertahanan musuh yang harus di hancurkannya, yaitu SKRIPSI. Jika tidak mampu mengalahkannya Mahasiswa akan terjebak dan tidak berhasil menjadi pemenang.

ADVERTISEMENTS

1. Tentang Dosbing Killer.

Dosbing Killer itu memang ada. Tapi, se-killer-killer-nya Dosen Pembimbing, mereka akan luluh jika kita mau berusaha keras untuk belajar. Malas-malasan bukan solusi yang tepat untuk menghadapi dosbing yang killer. Kuatkan motivasimu bahwa SKRIPSI bukan semata-mata syarat kelulusan, tapi juga bentuk kecil dari sebagian masalah yang harus di hadapi. Kau harus tahu, dunia pasca kampus lebih berat daripada mengadapi dosbing killer.

ADVERTISEMENTS

2. Tentang topik dan judul skripsi.

Membuat judul dan Topik SKRIPSI memang tidak semudah membuat caption dan status Instagram atau Facebook. Judul dan Topik SKRIPSI jelas harus ilmiah. Tapi, ketahuilah. Membuat judul dan Topik SKRIPSI itu akan sangat mudah di dapat kalau kita mau membaca beberapa skripsi karya orang lain di perpustakaan atau yang sudah di publish di internet.

Bergerak cepatlah untuk membuat Judul dan Topik sendiri. Janga mau di suapin Dosen Pembimbing! Karena kita sendirilah yang tahu kemampuan, bukan dosen pembimbing.

ADVERTISEMENTS

3. Tentang stuck memandang lembar kerja, tapi nulis engga maju maju. Masih berkutat di latar belakang.

Pejuang SKRIPSI sejatinya adalah penulis. Hanya saja menjalani profesi sebagai penulis karena paksaan dan tekanan. Bukan keinginan hati. Wajar, jika ada masanya mengalami stuck. Berjam-jam di hadapan laptop bahkan sampai begadang namun tidak menghasilkan apa-apa.

Para penulis buku di luar sanapun pernah mengalami hal yang sama. Wrtiter Black namanya. Hanya saja, mereka punya cara sendiri untuk menghadapi rasa bosan atau kehilangan ide.

Kita bisa ikutin cara penulis buku jika kehilangan ide. Mencari suasana berbeda lalu membaca. Kau harus tahu, membaca adalah jalan keluar untuk seseorang yang tidak bisa menulis.

ADVERTISEMENTS

4. Tentang Skripsi, Pacar, gebetan dan gagal move on.

Hey! Berhenti sejenak mikirin tentang gebetan atau pacar. Apalagi gagal move-on! SKRIPSI udah sangat rumit, jangan ditambah rumit dengan hal yang engga begitu penting. Jangan takut! semakin cepat skripsi semakin cepat di tanya mana pendamping?

Ingat ada ada orang tua di sana yang selalu mendoakan keberhasilanmu. Ada tangis dan jerih payah yang mereka sembunyikan. Jadi, semangatlah untuk segera lulus! Skripsi tidak semenakutkan itu ketimbang mengecewakan kedua orangtua mu.

ADVERTISEMENTS

5. Tentang iri hati melihat temanmu sudah sidang akhir.

Iri hati untuk kebaikan memang boleh. Bukan berarti engga bersikap independen. Mari ikut Bahagia atas teman-teman yang lebih cepat lulus, tapi jangan membuat kita iri hati dan was-was karena kita masih berkutat di latar belakan atau BAB I. Sehingga membuat diri kita sendiri stress.

Buatlah jadwal dan target yang di inginkan. kondisikan. konsultasikan dengan dosen pembimbing. Jangan terseok-seok oleh keadaan dan jangan mau di kendalikan oleh waktu. Jandilah pengendali!

ADVERTISEMENTS

6. Jangan menyerah! ingat lulus bareng-bareng itu lebih indah.

Benar! Putus asa dan menunda lulus tahun depan kadang jadi pilihan kala stress melanda. Padahal cuma hal yang sangat remeh temeh yang dihadapi, seperti susah nemuin dosbing. Ganti-ganti judul. judul samaan dengan teman satu bimbingan atau satu penguji.

Ingat! itu semua hanya ritme tingkat akhir saja. Akan ada masanya dimana kita lega. merasakan nikmatnya lulus bersama. Lalu berteriak, berkata, "Ternyata SKRIPSI tidak seemnakutkan itu ya!"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kulian di Manajemen Perbankan Institut Koperasi Indonesia