Ketika banyak teman kanan-kiri sudah mulai membuat postingan, “Akhirnya puasa pertama bareng suami” atau “Tahun ini mudiknya ke kampung suami juga” sedangkan di sisi lain kita cuman bisa posting, “Semoga lebaran tahun depan sudah tidak sendiri lagi,” maka di sinilah terkadang kita merasa sedih dan mulai merenungi nasib single kita yang belum berakhir juga. Namun tak sepantasnya kita larut dalam kesedihan karena hal ini. Ternyata momentum Ramadan dan Lebaran bisa jadi ajang kita latihan mempersiapkan diri menjadi seorang istri, menantu, dan ibu yang baik untuk keluarga kita kelak
ADVERTISEMENTS
1. Membantu ibu menyiapkan makanan sahur dan berbuka
Salah satu hal yang perlu kita kuasai saat nanti berumahtangga adalah perihal urusan dapur. Walau kita belum pandai untuk memasak, setidaknya kita tahu beberapa alat masak seperti : kompor, penggorengan, panci, dan lain sebagainya.
Dengan membantu ibu mempersiapkan makanan sahur dan berbuka, kita jadi sedikit banyak akan belajar tentang bagaimana cara memasak nasi, menu seperti apa yang harus disiapkan, bagaimana cara mengupas buah, dan banyak hal lagi yang berurusan dengan dapur serta meja makan.
Meskipun kita melabeli diri kita sebagai anak masa kini yang, “Tinggal pakai aplikasi delivery service, semuanya juga bakal makan,” namun setidaknya kita tahu dasar-dasar tentang bagaimana memenuhi kebetuhan perut keluarga kecil kita kelak
ADVERTISEMENTS
2. Menata rumah bersama ayah menyambut tamu-tamu di hari Lebaran
Meski kesannya apa yang dilakukan ayah adalah apa yang seharusnya dilakukan laki-laki, namun kita sebagai wanita juga perlu tahu. Supaya kelak kita bisa membantu suami kita dalam urusan pekerjaan rumah.Bukankah dalam rumah tangga itu hakikatnya adalah saling tolong menolong dan bahu membahu untuk satu sama lain kan?
“Kalo mau Lebaran gini, Ayah yang tanggung jawab beres-beres ruang tamu, Ibu fokus ngurusin dapur dulu,” cerita ibu
ADVERTISEMENTS
3. Menemani ibu dan ayah berbelanja bingkisan Lebaran untuk keluarga dan kerabat
Membagikan bingkisan lebaran bisa jadi adalah suatu tradisi yang mungkin berlaku di keluarga A, namun tidak berlaku di keluarga B. Namun jika keluarga kita adalah penganut yang tidak melupakan berbagi kebahagiaan kepada keluarga dengan adanya bingkisan lebaran maka kita perlu banyak belajar dari orangtua kita. Supaya kita paham mengenai apa alasan orangtua rela mengeluarkan uang berlebih untuk membeli bingkisan lebaran yang pada akhirnya hanya akan dibagikan untuk orang lain.
“Sebagai bentuk terima kasih atas banyak jasa yang sudah mereka lakukan untuk Ayah dan Ibu saat kamu masih kecil dulu. Biar mereka juga paham bahwa kita tidak pernah lupa pada mereka,” begitu penjelasan ayah
ADVERTISEMENTS
4. Tentang mudik ke kampung ayah atau ke kampung ibu
Apabila Ibu dan ayah adalah kaum rantau yang masih memiliki banyak sanak saudara di kampung halaman, maka ritual mudik bisa jadi adalah suatu kewajiban dalam setiap momen Lebaran. Mudik adalah ritual besar yang banyak sekali persiapannya. Bukan hanya fisik, tapi materi juga perlu dipersiapkan dengan sangat matang.
“Ibu dan Ayah dari awal sudah sepakat bahwa lebaran hari pertama selalu di kampung Ayah, baru nanti hari ketiga kita akan berlebaran ke kampung Ibu,” tutur ibu ketika kutanya mengapa kita tidak pernah sholat Idul Fitri di kampung ibu
Ada banyak kebiasaan yang harus kita pelajari dari momentum mudik ketika memang itu adalah suatu kewajiban untuk kita jika nanti sudah berumah tangga. Bisa jadi kebiasaan di keluarga kita dan keluarga suami akan berbeda, maka momentum mudik akan mengajarkan kita tentang bagaimana belajar toleransi dan mencari jalan tengah agar semua tetap bahagia di hari Lebaran.
ADVERTISEMENTS
5. Mengatur prioritas antara buka bareng dengan teman atau keluarga
Sudah menjadi kebiasaan undangan buka bersama akan segera datang ketika Ramadan sudah datang. Ajang pengerat silaturahim antarkerabat membuat kita terkadang bingung harus memilih yang mana ketika jadwalnya harus bersamaan. Namun di sisi lain, kita juga tidak boleh lupa untuk mengatur jadwal buka puasa bersama keluarga di rumah. Ini masalah prioritas, mana yang ingin kamu dahulukan. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Hal ini nantinya akan membantumu membentuk kebiasaan buka puasa di keluarga kecilmu,
“Apakah setiap hari harus buka di rumah atau tidak masalah jika setiap hari harus pergi buka bersama dengan kerabat di luar rumah?”
ADVERTISEMENTS
6. Melatih kreativitas dengan membuat kue dan penganan lebaran bersama ibu
Salah satu hal yang paling ditunggu saat momentum lebaran adalah beragam kue cantik yang terhidang lezat di atas meja tamu. Nilai plus lagi apabila kue lebaran itu berasal dari tangan buatan kita sendiri.
Ada rasa bangga dalam menghidangkannya, “Dicoba ini, kue buatan sendiri.”
Membuat kue adalah suatu keahlian khusus yang tidak semua orang mampu dan berhasil melakukannya dengan sempurna. Jika kebetulan ibu memberi kesempatan untuk kita membantunya membuat kue, maka ada kemungkinan suatu hari nanti kita juga bisa membuat kue lebaran dari tangan kita sendiri. Apalagi kalo kue lebarannya besok dibawa ke rumah mertua, bakal makin jadi menantu kesayangan deh pastinya.
7. Latihan bertemu camer dengan bersilaturahim kepada kerabat yang lebih tua dari ibu dan ayah
Jangan malas kalo diajak Ibu dan Ayah untuk bertamu ke rekan sejawat mereka atau bahkan jauh lebih senior dari mereka. Kita yang akan belajar dengan sendirinya untuk bagaimana memosisikan diri bertemu orangtua lain yang bukan orangtua kita sendiri. Hal ini akan sangat bermanfaat sekali ketika nanti calon suami memberikan sinyal kepada kita untuk berkenalan kepada orangtuanya. Setidaknya bekal sopan-santun yang kita bawa dalam ajang silaturahim lebaran, bisa menyelamatkan kita di “Pertemuan pertama dengan calon mertua.”
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”