Oya, masihkah kamu mengingatku? Wanita sederhana yang sempat memiliki hatimu. Aku ingin bercerita, ku harap kau rela memasang telinga atau bersedia untuk sekedar membaca apa yang coba ku goreskan melalui pena.
Ketahuilah Tuan, aku selalu menjadi korban dari dinginnya udara malam serta sendunya suara gerimis yang tak kunjung mereda. Mereka selalu saja mampu mengajakku untuk kembali menjamah masalalu. Celakanya, seringkali aku menemukanmu di sana. Entah sedang tersenyum, berbicara, atau diam memandangku lembut tanpa mengucap sepatah kata.
Ingin rasanya aku berjalan mendekat, memeluk tubuh tegapmu dengan erat atau sekedar memuaskan hasrat untuk memandang kedua mata teduhmu lekat-lekat. Perpisahan kita memang sudah terlampau lama, tapi... ku akui rasa itu sebenarnya masih ada.
<>2. Ragam upaya telah ku coba demi melumat segala kenangan kita, tapi hasilnya tetap saja sia-sia.>Begitu banyak orang yang menghakimi perasaanku seolah diriku tak lagi layak memendam rasa untukmu. Tapi nyatanya aku tidak cukup kuat untuk dikalahkan oleh kenangan. Hingga sempat aku membayangkan betapa nikmatnya mengidap amnesia, agar aku tak lagi banyak membebani mereka dengan cerita dongeng tentang dirimu saja.
Namun semakin aku menghindari, bayanganmu justru semakin lincah menari-nari. Melupakan segala hal tentangmu adalah satu-satunya kesakitan yang belum ku temui obatnya. Sungguh aku pun tidak mengerti mengapa rasa kecewa ini masih saja tak mampu membuatku berhenti mencintai meski telah disakiti berkali-kali.
<>3. Menjalin hubungan dengan pria lainpun pernah aku lakukan, hanya demi mencari pelampiasan.>Aku tahu ini sebuah kesalahan. Menjalin suatu hubungan atas dasar pelampiasan bukan satu-satunya jalan keluar untuk dapat melupakan. Tidak ada yang dapat kubanggakan, hingga hati mulai merasa tak nyaman dan hubungan itu pun harus rela meranggas kandas ditengah jalan.
Bagiku pria-pria itu hanyalah persimpangan. Meskipun memang tidak pernah membuatku menangis, tapi mereka juga tidak dapat membuatku mengecap cinta yang manis. Maka kuputuskan berhenti mencari, hingga hatiku benar-benar siap dan pulih kembali.
<>4. Aku bukan menutup hati, hanya saja belum siap untuk jatuh cinta lagi.>“Mau sampai kapan kamu terus mengenangnya?”
“Jangan terus mengingat dia. Masih banyak laki-laki di luar sana.”
Aku sangat berterimakasih kepada mereka yang sudi repot-repot mencarikan solusi. Tapi... kalimat-kalimat klise itu bagiku tidak banyak memiliki fungsi. Rasanya telingaku pun sudah kebal dengan saran dan nasihat yang sama. Ya, aku memang terlalu keras kepala.
Tidak semua orang mampu berlari dan melupakan masa lalunya dengan segera. Sialnya aku termasuk yang harus merangkak dan terseok-seok sekian lama. Tapi bukan berarti aku menutup hati akan hadirnya cinta pengganti. Seandainya bisa berganti posisi, aku yakin mereka pasti akan lebih mengerti dan berhenti menggurui.
Saat ini... aku ingin mengistirahatkan hati. Biarkanlah hati ini yang memilih jalannya sendiri.
<>5. Kini kamu telah memilih bersamanya, semoga dia dapat lebih membuatmu bahagia.>Rasa sakit itu ternyata tidak berlaku untukmu, Tuan. Di saat aku babak belur dihajar kenangan, kamu justru lebih cepat melangkah ke depan tanpa sedikitpun menoleh ke arahku yang berdarah-darah oleh pengorbanan. Apa yang salah denganku, Tuan?
Jika memang dia yang telah membuatmu jatuh cinta, ku harap dia adalah sebaik-baiknya wanita. Memang aku pernah berharap kita bisa kembali bersama. Namun kedewasaan membuatku mengerti bahwa ego tidak selamanya harus dituruti. Tuhan tak akan mengambil sesuatu yang kita miliki tanpa mengganti dengan yang lebih baik nanti.
Ah, satu hal lagi. Mawar yang kamu berikan masih tersimpan rapi di kamarku. Walaupun sudah layu, setidaknya aku bisa menatapnya untuk menghalau rindu. Terima kasih atas waktu yang telah kau habiskan bersamaku. Aku percaya, jika memang takdir inginkan kita bersama, maka tangan-tangan Tuhan yang akan mempersatukan kita.
Dariku,
Yang sempat memilikimu
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Waw